Streams of Light

42 0 0
                                    

 Author's Note: Cerita ini kemungkinan setiap chapternya akan berupa drable (kurang dari 1000 kata). Jika beruntung, mungkin bisa lebih.

Terkadang, saya suka meng-upload chapter baru, tetapi di edit di kemudian hari. Maafkan saya jika Anda tidak begitu nyaman.

Motto saya: publish dulu, lihat reaksi (atau baca ulang), baru edit. 

Akhir kata;

Selamat menikmati.

*** page break ***

Ia tidak memperdulikan bahwa dirinya basah kuyup karena hujan. Ia terus melangkahkan kakinya tanpa arah. Sesekali, ia menengok ke kanan atau ke kiri. Nuri kemudian mengeluarkan handphonenya.

Untung waterproof. Batinnya. Dengan cepat ia mengecek email yang masuk. Tidak ada. Kemudian Nuri melanjutkan perjalanannya setelah ia memasukkan handphonenya kembali.

Sampai sebuah toko kecil menarik perhatiannya.

Dengan keraguan, ia memasuki toko tersebut.

Sebuah toko antik. Batinnya setelah ia melihat isi toko tersebut. Sungguh jarang menemukan toko seperti ini di kota besar. Nuri kemudian membalikkan badannya, tak ada satu pun yang memikat hatinya.

Ketika tangannya menyentuh kusen pintu toko tersebut, ia melihat sebuah siluet bayangan dikepalanya.

“Ugh–”

Rasa sakit kepala yang besar menyerangnya.

“Selamat datang,”

Nuri tersentak kaget saat mendengar suara seorang wanita tua. “Ah–” Rasa sakit kepalanya menghilang.

Wanita tua yang tadi menyambutnya hanya tersenyum keibuan. Tidak memperdulikan bahwa Nuri membasahi tokonya. “Ada yang bisa saya bantu, Nona?

Nuri, seorang remaja putri hanya menggelengkan kepalanya. “Saya hanya– masuk ke sini– lalu– melihat sesuatu– dan–” Kemudian ia menutup mulutnya. Ekspresi bingung menghiasi wajahnya.

Wanita tua itu menganggukkan kepalanya mengerti. “Kemarilah, Nona,” Begitu Nuri sudah ada dihadapannya, wanita tua itu bertanya; “Apa yang kau lihat, Nona?”

Nuri berpikir keras. “Sebuah anting,” jawabnya.

“Anting? Bukan sepasang?”

Nuri menganggukkan kepalanya.  “Iya, hanya sebuah anting,”

Wanita tua itu hanya bergumam pelan. “Kalau boleh tahu, Nona. Anting seperti apa?”

“Serigala,” jawab Nuri langsung. “Anting itu memiliki motif serigala,”

“Ah… Anting itu rupanya,” Wanita itu kemudian bangkit dari kursinya. “Tunggu disini, Nona. Akan saya ambilkan anting itu,”

“Eh, tunggu dulu–” Belum sempat Nuri selesai mengucapkan kalimatnya, wanita itu sudah pergi meninggalkannya.

Sambil menghela nafas, Nuri mengacak-acak rambutnya dengan kesal. Tak lama kemudian, wanita tua itu datang bersama sebuah kotak kecil berwarna merah. Begitu wanita tua itu sudah berdiri tepat dihadapannya, wanita tua itu membuka kotak kecil tersebut.

Nuri menahan nafasnya. Di dalam kotak kecil itu, terdapat sebuah anting perak dengan motif serigala. Seolah terhipnotis, ia mengambil anting tersebut, dan memasangnya di telinga kirinya.

Terima kasih sudah menjaga anting ini,” ucap Nuri dengan suara yang berbeda. Kedua matanya berwarna merah.

Wanita tua itu hanya menganggukkan kepalanya. “Sudah menjadi tugasku, Nona,” jawabnya sambil tersenyum penuh arti.

“Ah, maaf?” tanya Nuri tidak mengerti. Warna kedua matanya kembali normal.

“Bukan apa-apa, Nona,” jawab wanita tua itu. “Apakah kau mau mengambil anting itu? Kulihat, kau sudah memakainya,” lanjutnya.

“Oh!” Seolah mengerti, Nuri menyentuh anting tersebut. “Ya, akan aku ambil. Entah mengapa anting ini sangat berarti bagiku,” Kemudian Nuri menatap wanita tua itu. “Berapa harganya?”

Wanita tua itu hanya menggelengkan kepalanya. “Itu gratis, Nona,”

“Eh? Tapi–”

Wanita tua itu langsung memotong. “Aku hanya menjaga barang-barang yang ada di toko ini, Nona,” Sambil tersenyum ia memperhatikan sekelilingnya. “Sudah menjadi tugasku untuk mengembalikan barang-barang yang ada disini kepada pemiliknya,” ucapnya penuh misterius.

“Tapi… Aku tidak pernah memiliki anting seperti ini,” ucap Nuri heran.

Si wanita tua itu hanya diam sambil tersenyum.

Sekali lagi Nuri menghela nafasnya, “Jika Anda bilang seperti itu…” ucapnya tidak yakin. Kemudian ia menatap jam ditangannya. “Maaf, saya harus pergi. Sampai jumpa lagi!”

Begitu Nuri keluar dari tokonya, wanita tua itu kembali ke kursinya.

“Sampai jumpa di lima ratus tahun lagi,

...di dunia lain, Nona,” ucap wanita tua itu sambil tersenyum.

Streams of LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang