Melupakan Yang Hampir Sampai Pada Puncak Tertingginya.

87 8 9
                                    

Perjuanganku dalam melupakanmu hampir tiba di puncak tertinggi. Hampir sampai pada ujung paling ujung usahaku mengobati hati. Bahkan, tak kutemukan lagi sedih-sedih itu bersarang di dada ini. Juga, tak ada lagi gerimis di langit mendung yang dulu membasahi pipi. Kamu, belum sempurna hilang dari dada yang senantiasa melukis manis namamu. Namun, untuk saat ini. Proses mengikhlaslanmu hampir tiba di puncak akhir. Aku masih ingat kamu, namun kuharap lupa hati yang mencintai kamu.
.
Lihatlah! Bahkan ketika matamu mengerjap lembut. Menandakan kamu sadar dan tak apa-apa. Walau tidak sehat betul. Bahagiaku memuncak, bagai tanah tandus yang tiba-tiba disiram air. Senang kamu bernafas lagi. Bahagia kamu memijak bumi lagi. Itu artinya aku tetap bisa melihat kamu meski tak bisa memiliki kamu. Dan saat itulah, aku telah berjanji dengan sekuat-kuatnya aku berjanji. Bahwa, tak akan kamu kucintai lagi, kuhapus secara utuh rasa yang pernah mengusikku lama. Bertekat untuk pergi dari kehidupanmu. Selama-lamanya dan mencari hati yang baru.
.
Entah mengapa tiba-tiba hilang, walau wajahmu masih membayang. Pada setiap malam dan setiap siang. Khawatirku terobati ketika suara getirmu memanggil namanya. Tak ada sesak yang membunuh dada. Tak ada cemburu yang membakar jiwa . yang kutakutkan hanya jika pada akhirnya ini bukanlah lupa, tapi hati yang mati rasa. Namun, aku yakin. Ini adalah melupakan yang hampir sampai pada puncak tertingginya.

*Demi Kamu

Membunuh SepiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang