Benda

71 18 18
                                    

"Hei! (Memukul pundakku hingga aku maju ke depan) Lo liburan ke villa lo, tapi Lo gak ngajak gue!"

Suara yang tidak begitu asing ini, membuatku sedikit curiga. Tapi aku hanya menganggap suara itu hanya bayangan di pikiranku. Namun, aku sangat terkejut saat melihat ke samping atas. Aku rasa ini mimpi!

Aku benar-benar melihat Azka berada di sampingku dan duduk bersebelahan denganku. Aku rasa bahwa aku sedang bermimpi saat itu. Aku benar-benar tidak percaya. Aku terkejut hingga mendorong tubuhku ke belakang.

"L-lo! K-kok.. g-gimana Lo bisa d-disini?!" tanyaku yang menahan rasa malu, tidak percaya, dan sedikit salah tingkah :3

"Hah.. lu sih, gak ngomong ke gue kalo Lo mau liburan disini! Jahat lu! Padahal kalo di sekolah, gue yang pasti ngasih apa-apa sama Lo. Kan lo udah tau gue gak mau yang lain kecuali Lo!" tegasnya padaku.

' w-what..? G-gue mimpi gak sih?! K-kok tiba-tiba d-dia bilang gitu ke gue? ' pertanyaanku yang menumpuk di dalam hati. Bagaimana bisa, dia datang kemari? Aku rasa, sekarang aku sedang berhalusinasi.

"Eh, iya. Lo kenapa sih suka duduk di sini sendirian?" tanyanya yang secara tiba-tiba sambil menatap laut lepas.

Aku yang benar-benar terkejut, rasanya mulutku beku tak bisa mengucap apa-apa. Aku hanya terus menatapnya.

' perasaan apa ini? Kenapa, gue ngerasa seneng dia datang? Nggak, ini nggak boleh di ketahui sama yang lain ' ujar ku dalam hati yang bingung harus bagaimana.

Angin yang sejuk membuat helaian-helaian rambutnya melayang. Ekspresi dingin yang terkena cahaya matahari terbit membuatku tak bisa memalingkan wajah dari nya. Aku benar-benar bingung, bagaimana dia bisa datang ke mari.

"Hei! Wah... Kacang nih. Hei! (Melihat ke arahku yang melamun) lu gapapa kan? Put, gue tanya.."

Ia terus mendekatkan wajahnya ke arahku. Aku juga tidak tau mengapa aku hanya terdiam saja. Hingga wajah yang dingin itu tepat hanya satu jengkal dariku.

' Put! Lo ngapain sih?! Kenapa Lo cuma diem aja? ' aku memarahi diriku sendiri. Tapi ini benar-benar canggung.

"G-gua.. gua.." benar-benar kaku rasanya untuk menjawab pertanyaannya.

"Putri!" suara teriakan dari bawah batu karang.

Aku langsung menoleh ke bawah dan ternyata ada Adisa yang berdiri sambil menatap ke atas.

' aduh,, ada Adisa. Bahaya nih kalau dia tau. Entar gue di comblangin terus nih. Aduh... Ngapain juga sih dia kemari. ' ucapku dalam hati yang takut jika Adisa melihat Azka sedang berada disini.

"Putri! Lo lagi ngomong sama siapa?! Lo gak mau turun?! Gue sama yang lain mau piknik di kebun Lo!" ucap Adisa.

"Wah, kaya suara Adisa tuh. Berarti, pacar mereka datang semua?" sahutnya yang secara tiba-tiba.

Azka berusaha melihat ke arah bawah, dan melihat Adisa. Aku berusaha untuk mencegahnya agar Adisa tidak tau siapa yang sedang aku ajak bicara di atas sini.

"E.. j-jangan. Itu bukan Adisa, itu Adik saudara gue. Hehe..." ujarku yang berusaha memalingkan keadaan.

"Udah kaga apa-apa. Gua ngintip aja deh.."

Lalu Azka mengintip dari bahu sebelah kiri. ' ya tuhan, semoga Adisa gak lihat ' aku berdoa agar Adisa tidak melihatnya.

"Hmm.. kayanya gue salah denger. Ga ada siapa-siapa. Mungkin Adisa udah pergi." sahutnya sambil kembali menatap ke arahku.

The Truth of VillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang