Hasta La Vista

697 51 0
                                    

Meski sakit begitu tak tertahan, jangan pernah tertidur dan pasrah kepada mimpi. Kadang ia memberimu ketenangan sesaat kemudian menyakitimu tanpa sadar~
👑👑

Kwanghee berlari mengejar Yonghwa yang langsung kabur setelah diramal, "bentar...bentar... Yonghwa jangan cepat-cepat..." ia terbatuk kelelahan.

"Sudah kubilang aku tidak ingin masuk ke dalam! Lihat! Aku jadi sial begini!"

Kwanghee menepuk-nepuk dadanya sendiri, "iya... ngerti... maaf... huk...huk..."

"Ya! Kau kenapa?" Yonghwa ikut menepuk punggung Kwanghee.

"Tidak... kau tau aku paling benci lari. Tapi lihatlah sisi baiknya. Kita jadi bisa pdkt dengan Yoona!!"

"Benar juga! Tapi tetap saja bertemu Seohyun adalah kesialan!"

"Jangan begitu. Ingat kata peramal tadi soal cinta dan benci?"

"Kau mempercayainya? Bagaimana mungkin kau menyamakan sesuatu yang sangat berbeda? Kalau aku bertemu dengannya lagi aku akan benar-benar membuatnya menderita dan menangis!"

"Ya! Kejam sekali!"

Mereka masih asik berdebat sampai tak sadar ketiga wanita itu menghampiri mereka.

"Maafkan ketidaksopanan kami," Yoona menundukkan kepalanya, diikuti Yuri. Sementara Seohyun? Dia malam mencibir dan menatap tajam Yonghwa. Sumpah demi apapun Yonghwa akan membunuhnya saat ini juga.

"Seohyun! Menunduklah!" bisik Yoona.

"Hah? Untuk apa sih kita harus repot-repot? Biarkan saja! Toh kita tidak akan berjumpa dengannya lagi!"

Yoona nyengir salah tingkah dan menundukkan paksa kepala Seohyun. Kemudian dia mengulurkan tangannya, "kenalkan, namaku Yoona."

"Kami tau," jawab Kwanghee sambil menjabat tangan Yoona.

"Benarkah?"

"Jelas. Kau kan yang paling cantik di kampus ini."

"Ah... aku Yuri, salam kenal."

"Kami juga tau. Kau yang paling seksi."

Hening... secara tak sadar mereka menunggu Seohyun ikut memperkenalkan diri, tapi dia malah melipat tangan di depan dadanya, "apa?"

"Namaku Kwanghee," buru-buru Kwanghee berbicara mencegah Yonghwa mengamuk lagi, "dia Yonghwa. Salam kenal semua. Aku berharap kita bisa ketemu lagi, tapi kami harus pergi. Sampai jumpa," dan menarik kasar Yonghwa yang sudah siap beradu mulut dengan Seohyun.

Kwanghee memutuskan untuk mentraktir Yonghwa satu gelas es podeng lagi, berharap dengan begitu kemarahan Yonghwa sedikit mendingin. Kemudian mereka berjalan santai melihat berbagai pameran, berfoto dengan cosplay Inuyasha, bermesraan di bangku taman dan bersiap pulang saat hari mulai gelap.

"Biar aku yang menyetir," tawar Yonghwa. Mereka tinggal bersebelahan. Karena itu, demi menghemat uang bensin mereka berinisiatif untuk saling menebeng, dan kebetulan hari ini adalah giliran mobil Kwanghee.

"Oke," Kwanghee melempar kunci mobilnya kemudian duduk di kursi penumpang.

Yonghwa melesat kencang. Hari ini sangat melelahkan dan dia ingin cepat-cepat sampai di rumah, mandi lalu bersemayam di bawah selimut. Jalanan cukup sepi, membuatnya semakin percaya diri.

Tiba-tiba sebuah cahaya terang menusuk matanya, ia jadi tak bisa melihat apapun, yang dia dengar hanyalah suara hantaman keras dan detik selanjutnya tubuhnya sudah terlempar ke pinggir jalan, mengeluarkan begitu banyak darah.

Pandangannya mengabur tapi ia tetap berusaha mencari Kwanghee. Bodohnya dia tidak memakai sabuk pengaman, tubuhnya jadi terlempar begini.

Kwanghee mengalami luka tidak separah Yonghwa, tapi tetap saja kepalanya mengeluarkan darah. Setelah menghubungi pusat bantuan, ia membuka sabuk pengamannya dan dengan terpogoh-pogoh mendekati Yonghwa.

"Ber... bertahanlah... Yonghwa... jangan tutup matamu... bersabarlah... aku sudah memanggil ambulance,"

Yonghwa ingin sekali menenangkan Kwanghee dan memberitahu bahwa semua akan baik-baik saja. Tapi mulutnya tidak mau mengikuti perintah otaknya untuk berbicara.

Perlahan-lahan matanya semakin berat, bernafas pun semakin susah.

"Ahh... jadi begini rasanya mendekati kematian... padahal skripsiku belum selesai... Eomma pasti sedang menungguku... malah aku lupa minta id line Yoona... akhir-akhir ini aku jarang berdoa dan tidak tulus beribadah... ya Tuhan kalo aku minta maaf masih sempat, kah?" batinnya dalam hati.

Yonghwa masih sibuk dengan pikirannya. Samar-sama ia mendengar suara dan tangisan Kwanghee sampai akhirnya wajah sahabat terbaiknya itu semakin tak jelas.

Dia sudah tidak bisa lagi menahan. Rasanya sangat melelahkan dan Yonghwa butuh tidur. Yang bisa dia lakukan saat ini adalah memaksakan sebuah senyuman untuk Kwanghee dan kemudian menutup matanya, "selamat tinggal dunia."

👑👑

Entah sudah berapa lama sejak dia tak sadarkan diri. Yonghwa membuka matanya secara perlahan, mencoba beradaptasi dengan cahaya yang kelewat silau. Apakah dia sedang di rumah sakit? Rasanya kasur ini terlalu empuk untuk ukuran kasur pasien.

Tak jauh dari sampingnya, terbaring seorang wanita. Yonghwa melebarkan matanya, mencoba mengenali wajah siapapun yang tidur satu ranjang dengannya.

Jangan-jangan dia sudah mati dan berada di surga? Tapi masa sih dia masuk surga? Yonghwa cukup tau diri akan dosa-dosanya selama ini. Tapi dia juga yakin wanita yang sekarang di hadapannya adalah bidadari. Mana mungkin ada manusia secantik ini.

Yonghwa menelusuri lekuk wajah mulus si bidadari, mencari tahu seberapa nyata dan waras otaknya sekarang. Rasanya wajah itu tak asing, ia pernah melihatnya. Merasa terganggu sang bidadari mulai membuka matanya dan detik itu juga Yonghwa tersadar. Dia bukan bidadari, dia adalah iblis bertopeng perempuan!

Fairytale - YongseoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang