BAGIAN 13 : MENERKA ARTI CINTA

1.4K 80 0
                                    

"Aku udah hampir sampe."

[Aku tunggu dibukit]

"Oke"

Klik

Thalia memutuskan sambungannya. Sekarang dia sedang berada dalam sebuah bis menuju daerah puncak, pasalnya hari ini Axal mengajaknya untuk pergi ke puncak, dan Thalia harus sendiri ke sana, karena Axal sekarang sudah berada di sana lebih dulu.

Hari sudah mulai sore. Butuh waktu sekitar 2 jam untuk sampai ke puncak. Sesekali diliriknya jam tangan untuk mengetahui waktu saat itu. Kemudian, bis yang Thalia tumpangi berhenti. Thalia segera turun, dan menggendong tas punggung besarnya.

Hawa dingin puncak menyeruak diindera perabanya, membuat Thalia lebih merekatkan lagi jaketnya ke tubuh mungilnya.

"Dingin banget hawanya, apa karena bentar lagi malem, ya?! Di puncak aja udah dinginnya naudzubillah, masih di negara tropis nih. Apalagi kalau aku ke Korea pas musim dingin, ya? Beku aku. Mana nih ransel beratnya seberat dosa lagi." Thalia malah ngedumel, bukannya berjalan mencari Axal yang kini mungkin tengah menunggunya di suatu tempat. Setelah banyaknya dumelan yang keluar dari mulut Thalia, akhirnya Thalia memutuskan untuk melanjutkan perjalannannya menuju tempat yang kini Thalia cari lokasinya dengan menggunakan GPS, untung saja Axal menshare location, jadi Thalia tidak perlu mencari keberadaan Axal dengan susah payah.

Butuh waktu sekitar setengah jam untuk sampai di puncak bukit. Tidak jauh dari tempat Thalia berdiri sekarang, di bawah sana terdapat Axal yang memakai jaket tengah berdiri memunggunginya.

Senyum Thalia mengembak, ia segera berjalan ke arah Axal.

"AXALL!!" Thalia berteriak, membuat Axal membalikan badannya. Senyum terkembang dibibir manisnya yang jarang ditampakannya selama ini, senyum yang kelewat lebar. Entah kenapa, Axal juga bingung, kenapa perasaannya sangat senang saat melihat sosok Thalia berdiri tidak jauh dari tempatnya.

Axal merentangkan tangannya, membuat Thalia berlari dan masuk ke dalam pelukan Axal. "Miss you" bisikan Axal membuat Thalia melting.

Tidak lama, mereka melepaskan pelukan mereka. "Mau makan? Aku udah masakin rendang buat kamu. Kamu suka rendang, kan?"

"Darimana kamu tau?"

"Apa sih yang gak Thalia tau? Thalia gitu loh!" Thalia membanggakan diri, dengan menepuk dadanya bangga. "Gak kamu kasih sianida, kan?" Axal bercanda, tapi ditanggapi dengan pukulan dikepala Axal oleh Thalia.

"Aw!"

"Rasain! Ya lagian, ngawur banget sih omongan kamu. Mana mungkin aku racunin pacar aku sendiri? Orang yang aku sayang dan aku cintai. Edan dasar kamu!"

Entah kenapa, mendengar kata pacar dari mulut Thalia membuat perasaan Axal bercampur aduk. Disatu sisi rasa senang membuncah dirinya. Tapi disisi lain, rasa bersalah tiba-tiba saja muncul. Mengingat taruhannya bersama Amar beberapa bulan yang lalu, taruhannya untuk berpacaran dengan Thalia selama 3 bulan. Dan kini, masa pacarannya dengan Thalia tinggal 2 minggu lagi.

Axal sendiri bingung, selama ini perasaan bersalah tidak pernah hinggap dalam pikirannya, malah ia senang karena sebentar lagi terbebas dari taruhan konyol itu. Namun, kenapa perasaan bersalah tiba-tiba saja hinggap? Di saat dirinya dan Thalia akan segera berpisah?

"Axal?" Thalia melambaikan tangannya tepat di depan wajah Axal yang terlihat bengong sambil menatapnya.

"Hah? Iya? Kenapa Tha?"

"Ish! Aku panggil dari tadi malah bengong! Ayo makan!"

Thalia membawa Axal untuk duduk di atas batu besar. Kemudian ia membuka tupperwarenya, aroma rendang yang lezat tercium diindera penciuman Axal, membuatnya ngiler ingin segera memakan makanan kesukaannya itu sampai tandas tak tersisa.

So Far Away ✔✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang