Kepala Yonghwa rasanya akan meledak memikirkan ini semua. Kerajaan? Pangeran? Cerita macam apa ini? Dia sudah menyubit lengannya berpuluh-puluh kali, memastikan dia sedang tak bermimpi. Dia sudah mengelingi seluruh kerajaan dan sekitarnya, tapi tempat ini begitu asing. Tadinya dia ingin kabur, tapi para pegawal bersikeras untuk menemaninya jika ingin keluar kerajaan.
Sumpah demi apapun, dia masih masih ingat jelas terakhir kali dia terkapar tak berdaya di pinggir jalan dengan tubuh bersimpah darah dan wajah Kwanghee yang terlihat sedih.
Mesti tak mengerti, akhirnya Yonghwa memutuskan menerima seluruh keadaan untuk sementara waktu, sampai ia menemukan sebuah petunjuk. Dipikir-pikir kabur pun tak ada gunanya, malah ia akan tersesat dan tak tahu arah jalan pulang. Lagipula, menjadi Pangeran sesuatu yang patut disyukuri. Daripada terbangun menjadi gembel, misalnya?
Seohyun mengikuti langkah Yonghwa kemanapun ia pergi. Awalnya Yonghwa tak memperdulikan, tapi lama-lama risih juga.
"Ya!! Berhenti mengikutiku!" teriak Yonghwa sesampainya di kamar tidur.
"Aku tidak tahu harus kemana."
"Lah, lalu? Bukan urusanku! Kerjakan dan cari tau lah sesuatu!"
Seohyun menatapnya tajam, "kenapa sih kau selalu marah-marah? Aku kan tidak berbuat sesuatu yang merugikanmu!"
"Rugi? Bersamamu terjebak di tempat ini adalah kerugian besar buatku!!!"
Seohyun memalingkan wajahnya, ia juga lelah mengikuti Yonghwa yang tak bisa diam seharian. Tapi dia juga tidak tahu harus bagaimana.
"Dengar, kita ikuti saja permainan bodoh ini," ucapan Yonghwa membuat Seohyun kembali menatapnya, "di depan mereka berpura-puralah menjadi istri yang baik dan aku juga akan demikian. Setidaknya enam bulan, mungkin kita bisa menetahui sesuatu dari Raja-Ratu yang seharusnya menjadi orangtua kita."
"Tapi mereka bukan orangtuaku. Aku sudah memperhatikan foto kerajaan. Selain wajahmu, aku tidak mengenali siapapun di foto itu."
"Aku tau, aku juga merasa begitu. Makanya, kita tunggu saja mereka. Sampai saat itu kita harus membuat peraturan."
"Peraturan apa?"
"Pertama, kita hanya boleh bersentuhan dan bermesraan di depan mereka. Berakting sebagai Pangeran dan Putri. Jangan bersikap kebingungan, PD saja !"
"Baik. Aku cukup hebat dalam berakting!"
"Kedua, aku tidak mau seranjang denganmu! Jadi kita menggunakan ranjang secara bergilir. Malam ini kau saja yang tidur di sana, aku akan tidur di sofa besar itu," ucapnya sambil menunjuk sebuah sofa yang jauh lebih besar dan empuk daripada tempat tidur di rumah asli Yonghwa, "dan malam berikutnya gantian, begitu seterusnya."
Seohyun menggangguk mengerti. Sudah dia duga, mana mungkin Yoghwa mau mengalah dan membiarkan Seohyun tidur di ranjang selamanya.
"Ketiga, kalau mandi langsung berpakaianlah di dalam kamar mandi. Aku tidak mau ada adegan kau keluar hanya dengan memakai handuk!"
"Ya! Kau pikir aku sudi menunjukkan auratku di depanmu?!"
Yonghwa mengangkat kedua bahunya tanda tak yakin, "dan terakhir..."
"Banyak sekali!! Apa lagi maumu?"
"Jangan pernah jatuh cinta padaku dan berharap aku akan jatuh cinta padamu! Itu yang paling penting!"
Seohyun melempar sebuah bantal tepat di wajah Yonghwa, "makan itu cinta!"
"Ya! Begini-begini aku suamimu, bersikaplah lebih lembut!!"
Seohyun memutar bola matanya, "kau pikir aku peduli? Siapa yang sudi jadi istrimu?!"
"Terserah! Kau pergilah mandi! Sehabis itu kita makan malam! Lalu kita mulai akting bodoh ini!"
Seohyun menurut, ia mencari-cari lemari pakaian tapi tak ketemu, padahal dia sudah memutari seluruh ruangan kamar tidur.
"Ada apa?"
"Em... itu... lemarinya dimana,ya?"
Refleks Yonghwa ikut mencari. Dia melihat sebuah pintu kaca di ujung ruangan. Penasaran dia membukanya, dan...
"Astaga..." Yonghwa lagi-lagi menganga tak percaya. Ruangan yang tak kalah besar itu khusus di buat untuk menyimpan segala kebutuhan mereka. Lemari pakaian, sepatu, tas, semuanya begitu lengkap dengan berbagai model.
Seohyun menerobos memasuki ruangan itu, ia terlihat begitu girang. Semua sepatu itu cocok di kakinya, seolah-olah memang dia lah yang membelinya. Seusai mencoba-coba, dia pun mengambil pakaian yang mayoritas berupa gaun atau dress sederhana tapi tetap saja kelihatan cantik dan mahal. Dia bergegas mandi setelah Yonghwa memarahinya.
Setelah keduanya mandi, mereka turun ke bawah menuju meja makan yang terlalu panjang untuk ukuran dua orang. Belum terbiasa, bukannya duduk berhadapan mereka malah duduk bersampingan. Para pelayan yang bingung tapi tak berani bertanya itu mulai menyuguhkan berbagai makanan yang lebih dari cukup untuk porsi lima orang.
Yonghwa tidak perduli lagi, setidaknya dia bisa menikmati makanan sebanyak dan semewah ini. Ada ayam goreng, berbagai jenis daging sapi, roti-rotian, minuman anggur, lengkap dah. Setelah berdoa dan mengucap syukur dia langsung melahap semuanya.
"Kenapa diam saja?" tanya Yonghwa saat menyadari Seohyun belum makan sesendok pun, bahkan piringnya masih kosong.
"Emm..."
"Kenapa? Diet?"
"Bukan begitu. Aku tidak bisa makan sesuatu yang digoreng."
"Apasih? Tidak baik memilih-milih makanan! Banyak orang di luar sana yang tidak makan!"
"Aku tau! Tapi tetap saja..."
Walaupun kesal Yonghwa memanggil si kepala pelayan yang sedari tadi berdiri tak jauh dari mereka, "apa kau punya sesuatu yang di rebus? Atau sayuran? Atau buah-buahnan?"
"Saya akan segera menyiapkannya, Pangeran."
"Terimakasih,"
"Ah... tunggu!" kata Seohyun.
"Ya, Putri."
"Em... apa kau punya ubi manis?"
Pelayan itu tampak sedikit bingung.
"Ubi manis?!" Yonghwa menatap Seohyun, "seleramu rendah sekali!" bisiknya pelan takut si pelayan dengar.
"Saya minta maaf, Putri. Sepertinya saya tidak menyediakan stok ubi manis. Tapi saya akan langsung membeli dan menghidangkannya dalam sarapan besok pagi, Putri."
"Baiklah, tidak masalah," Seohyun tersenyum manis, "kalau begitu aku makan buah saja."
"Terimakasih, Putri. Saya akan langsung menghidangkannya."
Tak lama kemudian pelayan itu datang membawa berbagai macam buah. Seohyun sampai bingung mau makan yang mana dulu. Saat asik memilih-milih, Yonghwa meletakkan sesuatu ke piringnya.
"Ini, makanlah. Bagaimana kau bisa kenyang hanya makan buah begitu? Aku rasa ayam ini dibakar bukan digoreng. Tidak masalahkan?"
Seohyun tidak menyangka Yonghwa punya sisi baik dan perhatian begini. Tapi yang namanya musuh bebuyutan tetap saja musuh. Tanpa ucapan terimakasih dia langsung melahap ayam itu.
Tadinya Yonghwa mau marah, tapi bersama Seohyun membuatnya belajar mengendalikan diri. Dia cuman memandang tajam Seohyun. Bukannya tadi dia begitu manis kepada kepala pelayan itu? Kenapa dia tidak begitu juga kepadanya?
Merasa diperhatikan, Seohyun membalas tatapan Yonghwa.
"Apa?!" ucapnya, membuat Yonghwa mengepal tangannya menahan marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fairytale - Yongseo
ФанфикTakdir begitu kejam menjebak Yonghwa dalam situasi yang mengharuskannya selalu bersama gadis kasar, manja dan lemah itu. Yonghwa membencinya, sampai rasanya ingin membunuh. Yonghwa membencinya, iblis bertopeng perempuan yang sukses membuat darahny...