Terima kasih untuk tiga kata yang penuh dengan makna. Semoga kamu akan tetap seperti ini, mencintaiku, menghargaiku, dan tidak membohongiku.
Dengan tidak sabaran, seseorang memencet bel apartemen milik Thalia. Thalia yang kesal dengan suara bising yang dihasilkan oleh bel itupun segera membuka matanya tentu tidak lupa memasang mimik wajah khas orang kesal.
Ia melirik ke samping nakas dengan kesal. Pukul 3 pagi! Bisa dibayangkan sodara-sodara? Pukul 3 pagi! Yakali! Jam 3 pagi itu masih terlalu malam buat Thalia. Ya maklum lah ya, untuk orang sepemalas Thalia, pukul 3 pagi aja dikiranya pukul 12 malem, harusnya kan bangun ya, sholat tahajud kek, sholat fajar kek, tadarus kek, yahhh namanya juga Thalia. Pemalas luar biasa.
Tapi untuk kali ini berbeda gengs. Ingatkan kemarin Thalia pergi ke puncak untuk berkemah dengan Axal? Yeah, tadi malam sekitar pukul 11 malam, Thalia baru nyampe apartement nya. Tebak apa yang terjadi selanjutnya?
Davin! You know? Thalia janjikan buat jemput Davin ke bandara? Dan itu bikin Davin menunggu berjam – jam di bandara, bahkan ditelpon berates – ratus kalipun tidak pernah nyambung karena hape Thalia yang mati. Davin marah dong ya, terus mereka bertengkar, dan akhirnya Davin memutuskan untuk tidur di hotel malam ini.
"Dari mana aja kamu! Keluyuran. Aku udah ke rumah nyokap bokap kamu tapi gak ada. Kamu kemana sih?!"
"Minggir ah aku mau masuk. Cape. Pengen istirahat."
"Jawab dulu pertanyaan aku! Kamu tuh ya! Aku nungguin kamu 4 jam dibandara!"
"Emang aku setuju buat jemput kamu dibandara kemarin? Engga kan?!"
"Setidaknya kamu kabarin aku!"
"Udah ah lagi males debat aku."
"Jawab dulu pertanyaan aku THALIA CYNTIA K—"
"Aku dari puncak! Pergi kemah sama Axal! Puas lo?!"
"Jadi sekarang kamu lebih mentingin Axal daripada aku?"
"Kamu siapa hah? Berani ngatur aku? Hidup aku terserah aku! Udah ah. Lagi gak mood debat aku. Dan kamu! Pergi dari apartement aku! SEKARANG!"
"OKE! aku pergi sekarang."
"Satu lagi."
Davin berhenti melangkah dan menatap Thalia marah.
"Jangan pernah panggil nama belakang aku! Aku benci sama kata Kencana!" Tutur Thalia dingin, dan membuat Davin tertegun.
Thalia bangkit dari kasurnya, dan segera membuka pintu apartementnya.
"Aduhhh. Siapa sih! Ini terlalu pagi buat bert—" ucapan Thalia terputus saat dilihatnya siapa yang sedang berdiri di depan pintu apartementnya. Kantuk yang tadinya menguasi matanya, kini hilang seketika. Sekarang tatapan dingin lah yang menggantikan kantuknya.
Orang yang kini berdiri dihadapannya kini menatap Thalia dengan tatapan sendu. Orang itu lebih tinggi dari Thalia, bahkan tinggi Thalia hanya mencapai pundaknya, hampir setara dengan tinggi Axal, namun masih tinggian Axal sih.
"Tau apartement aku darimana?" Thalia langsung menanyakan hal itu, membuat orang itu bingung harus menjawab apa.
"Itu gak penting sekarang. Tapi yang penting, kamu pulang ya? Udah hampir 1 bulan kamu gak pulang, teteh khawatir sama kamu." Memang, orang yang mengunjungi Thalia adalah kakaknya, Thania.
"Masuk. Kalau debat di luar ntar malah ganggu tetangga yang lagi enak TIDUR!" Thalia sengaja menekankan kata tidur, agar Thania introspeksi, bahwa dia telah mengganggu bobo cantiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
So Far Away ✔✔✔
Teen FictionMencintaimu adalah hal yang paling menyakitkan. Setiap hari aku selalu membayangkanmu dan menangis, tanpamu aku tidak bisa melakukan apapun. Aku selalu mengawasimu dari kejauhan. Seperti angin dan debu, yang tak bisa ku tangkap walau kau sedekat nad...