BAB 33

4.5K 301 26
                                    

Flasback

Ali dan Hana baru saja tiba di sebuah restoran, dimana mereka akan bertemu dengan klien mereka yang dari Jepang. Tak lama orang yang mereka tunggu tiba dan selanjutnya mereka terlibat obrolan yang cukup serius. Hana yang tak sepenuhnya mengerti hanya bisa menyimak tanpa tahu harus berbuat apa. Ali juga tak meminta nya untuk menjelaskan apa yang belum ia mengerti.

Obrolan itu berlangsung cukup lama. Hana mulai sedikit bosan. Ia juga sedang memikirkan bagaimana caranya untuk menahan Ali. Melihat bagaimana Prilly datang ke kantor, mengantarkan​ makanan untuk Ali. Apa dia sedang menarik perhatian Ali. Mungkin saja. Dan itu tidak akan ia biarkan.

Mungkin ia harus melancarkan aksinya. Baiklah. Ia tahu harus memulai nya dari mana.

Hana melirik Ali dan juga Mr. Tama yang masih asik berbicara tentang kerjasama sama ini, di temani dengan makanan ringan di tambah suasana restoran yang sangat mendukung. Ali sangat pandai memilih restoran. Dengan gaya klasik di campur dengan gaya modern. Belum lagi pencahayaan yang tidak terlalu terang ataupun gelap. Intinya restoran ini sangat sesuai untuk acara pertemuan. Entah itu untuk bisnis ataupun acara keluarga.

" Ehmm nata aku mau ke kamar mandi dulu. Dan lebih baik aku tunggu di mobil saja. Aku sama sekali tidak mengerti" bisik Hana.

Ali hanya mengangguk sekilas. Ia kembali sibuk dengan klien nya. Hana mendengus tapi ia tak peduli, toh ia juga tak benar-benar akan ke kamar mandi. Ia justru akan langsung menuju mobil dan memikirkan cara bagaimana ia bisa menahan Ali untuk tidak pulang.

Hana berjalan sangat cepat. Ia membuka kunci mobil dan masuk. Duduk di samping kemudi strir dengan menopang kaki sebelah kiri. Hana terus berpikir, sesekali dahinya menggerut jika ia tengah berpikir keras. Kepala nya mendongak, saat itu juga ia melihat sebuah kotak makan dari kaca spion depan . Sedetik itu juga ia tahu apa yang harus ia lakukan. Hana segera keluar mobil dan mengunci nya. Ia berjalan cepat menuju sebuah apotik.

" Mba bisa beli obat pencahar, beberapa hari ini saya susah buang air besar. Bisa berikan saya satu botol" ucap Hana pada seorang wanita yang menjaga apotik.

" Maaf mba, obatnya hanya yang tersedia dalam bentuk kapsul. Kami belum menyediakan kembali yang dalam bentuk cair"

" Ya sudah berikan saya yang ada saja. Saya tidak banyak waktu" ucap Hana tak sabar. Ia takut jika Ali sudah selesai dan tidak melihat ia di mobil. Wanita itu memberi kan satu Streep kapsul pencahar, Hana segera membayar nya dan melesat secepat mungkin ke tempat di mana mobil Ali terparkir.

Hana masuk dan duduk dengan tenang. Tak lama Ali muncul dan segera melajukan mobilnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada Hana.

Hana sendiri pun sibuk dengan rencana. Ia sudah memikirkan bagaimana ia harus menaruh obat itu.

" Emmm nata kita balik ke kantor atau ___"

" Kantor, masih ada kerjaan yang harus di kerjakan. Kamu juga harus menyusun jadwalku  untuk besok bukan " potong Ali.

" lagipula kamu harus banyak belajar tentang perusahaan dan juga bagaimana kamu bisa bekerja dengan baik. Aku meminta mu untuk menjadi sekertaris bukan untuk ku jadikan panjang an tapi untuk membantu ku bekerja" tepat mengenai hati Hana. Pedas, pemaksa, dan bertindak sesuka hati. Itulah seorang Ali Raharjo Dinata. Orang terkaya, muda dan banyak di elukan oleh banyak perusahaan dari luar maupun negara sendiri. Tapi siapa sangka jika di balik kesuksesan nya dia tak lebih dari seorang penjahat. Pembunuh yang mana hidup nya penuh dengan sandiwara.

Mereka pun tiba di kantor dan langsung menuju ruangan mereka masing-masing. Ali berjalan lebih dulu dengan langkah lebarnya. Hana bisa mencibir Ali dari belakang. Tak lupa ia membawa bekal yang di berikan Prilly tadi.

JIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang