Chapter 01

9.9K 377 16
                                    

Berdiri di samping Garuda membuatku merasa begitu kecil, bahkan aku merasa seperti seekor kelinci yang akan dimangsanya. Tapi, ketika dia menoleh dan menatapku dengan tatapannya yang tak berekspresi, tatapan itu seakan-akan berbicara ‘saya menghormati dia’. Lalu, ketika dia kembali menatap Hunters di bawah tebing ini, tatapan itu berbicara ‘mangsa terlezat hari ini’. Setiap kali Hunters bermaksud untuk singgah di pulau, Garuda selalu memiliki tatapan yang sama.

“Tuang Garuda, 30 derajat di timur ada palung besar dan dalam. Apa sebaiknya kubawa mereka ke sana?” tanyaku.

Kepalanya menggeleng lambat. “Sudah kukatakan, kau seharusnya tidak datang dan beristirahat di wilayah akademi. Serahkan saja hari ini pada kami.”

“Setelah ini. Ini masih jam makan malam,” tanggapku tenang.

“Apa kau akan makan malam terlambat seperti biasanya? Kau tahu itu tidak baik untuk kesehatan. Tubuhmu semakin kurus dan lemah. Bahkan, jika kau adalah mangsaku, aku tidak akan tega untuk memakanmu.”

Aku tertawa mendengar kalimat terakhirnya. “Perumpamaan itu terdengar menggelikan. Tapi, aku yakin Tuan tidak akan berpikir seperti itu jika itu adalah Hunters.” Dia tidak menanggapi ucapanku. “Terima kasih, Tuan Garuda. Tapi, Tuan tahu bahwa mereka tidak menerimaku. Lebih baik aku makan setelah mereka selesai. Lagipula, aku belum terlalu lapar.”

Sebuah bola besi berapi melayang dengan sudut lengkung yang indah dari arah kapal dengan beberapa lubang meriam di kedua sisinya, seperti kapal bajak laut. Garuda mengangkat tangan kananya dengan mengarahkan telapaknya pada meriam berapi itu. Segumpal angin berputar yang tercipta di sana terlempar dan saling beradu dengan bola besi berapi itu. Kekuatan putaran bola udara itu mementalkan meriam kembali ke kapal. Meriam itu tidak di tangkis oleh Hunters di sana, kapal pun rusak dan berlubang. Hanya tinggal menunggu kapal tenggelam. Tapi, Garuda tidak sabar menunggu. Dia melemparkan kembali segumpal udara berputar dan merusak seluruh kapal itu. Aku bisa melihat orang-orang di kapal itu panik menyelamatkan diri dengan melompat ke laut. Sayangnya, kapal sekoci rusak bersama kapal mereka.

“Aku yakin mereka akan kembali besok pagi,” kata Tuan Garuda. “Ayo. Aku akan mengantarmu pulang sampai ke perbatasan.

Hembusan angin yang kuat. Garuda berubah dari wujud manusianya yang mirip dengan orang-orang Suku Indian menjadi sosok burung elang yang amat besar, anggun, dan gagah. Besarnya mungkin sama dengan pesawat pribadi berkapasitas 10 penumpang. Matanya yang emas itu menatapku dengan lembut, meski terkesan sedikit dingin. Dia menundukkan kepalanya hampir menyentuh tanah, membiarkanku naik ke lehernya. Dia tidak suka jika bulunya dijadikan pegangan, apalagi kalau sampai tercabut paksa, jadi aku memeluk lehernya yang amat besar. Bulunya yang tak berbau itu terasa amat lembut dan hangat.

Hentakkan kaki menjadikan awal baginya untuk terjun dari ujung tebing di utara pulau ini. Dia pun melebarkan sayapnya dan membiarkan tubuhnya bergerak secara alami dan menyatu dengan udara. Udara musim gugur ini terasa amat dingin sejak seminggu terakhir. Tapi, saat di udara bersama Garuda seperti ini, aku tak merasa kedinginan. Garuda mengendalikan udara di sekitarnya agar aku terlindungi dari udara yang akan membuatku membeku.

Kami mengelilingi pulau satu kali sebelum dia mengubah wujudnya menjadi lebih kecil, kemudian kami memasuki hutan dari celah-celah pohon. Garuda mendarat 10 meter dari perbatasan dengan sudah berwujud manusia, sementara posisiku telah berubah yang kini berada di atas kedua tangannya yang berotot kekar.

“Terima kasih, Tuan,” kataku setelah dia menurunkanku.

“Makan, mandi, dan beristirahatlah. Besok pagi kamu harus sekolah, bukan?” Aku menganggukkan kepala sambil merapikan kerudung dan seragamku. “Pastikan kau mendapatkan makanan yang cukup dan bergizi.” Dia membelai kepalaku.

Starlet Academy [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang