SEBELAS

8.4K 933 51
                                    

VOTE DAN KOMENNYA...

****

Hari berganti hari, Kyara lebih sering sendiri di rumah. Karena pria itu selalu saja menghindarinya, dia hanya bicara pada Wulan yang baru beberapa hari ini datang untuk mengerjakan pekerjaan rumah.

“Mbak Wulan, saya bicara sebentar boleh?” kata Kyara seraya berjalan memasuki dapur, kebetulan Wulan sedang memasak untuk makan malam mereka.

“Iya Non, mau bicara apa?” tanya Wulan seraya meletakan piring-piring berisi lauk pauk untuk Kyara makan malam.

“Apa setelah aku kabur dari Vila, Alvin melukaimu?” Wulan terenyum tipis seraya menggeleng pelan, wanita itu menggenggam erat jemari kurus Kyara, meremasnya pelan.

“Tuan Alvin tidak melukai saya Non, tapi saya bisa lihat dia panik dan putus asa saat Non tidak juga dia temukan. Saat Tuan telpon saya dan meminta saya untuk ke sini, saya kira Non sudah… yang pasti sekarang saya yakin Non, Tuan tidak akan tega melakukan kekerasan pada Non lagi.” Kyara tidak menanggapi, Alvin bukanlah orang yang mudah ditebak, dia takut jika kembali mempercayai Alvin, pria itu akan kembali merencanakan pembunuhannya.

“Merencanakan apa kalian? Mau kabur lagi?” suara Alvin yang tiba-tiba membuat kedua wanita itu berjengkit kaget.

“Eng… enggak Tuan… say-saya…” Wulan panik akan kehadiran tiba-tiba dari Alvin, begitu juga dengan Kyara wanita itu kini hanya bisa menunduk takut.

“Berani coba-coba kabur lagi, kalian tau akibatnya.” Kalimat itu diucapkan Alvin dengan begitu tenang, tapi penuh dengan ancaman, dan Kyara tidak akan mencoba untuk kembali kabur karena dia  tau bukan hanya dia yang akan mendapatkan masalah, Wulan juga pasti akan kena akibatnya. Kyara masih memiliki hati untuk tidak membiarkan seseorang menghadapi bahaya karenanya.

Setelah membersihkan diri dan mengganti pakaian, Alvin bergabung dengan Kyara untuk makan malam besama. Mereka makan dalam hening, pria itu melirik Kyara melalui ekor matanya.

Kyara masih sama, wanita itu hanya mengaduk-aduk makanannya sedari tadi.”Kenapa gak dimakan?” tanya pria itu tiba-tiba, Kyara yang memang sedang tidak fokus itu kembali berjengkit kaget, Alvin berdehem pelan melihat reaksi dari wanita di hadapannya itu.

“Gak enak?” tanyanya lagi, Kyara menggeleng takut, tiba-tiba dia tidak nafsu makan mencium bau dari Ayam di hadapannya itu mendadak membuatnya mual.

“Terus kenapa gak dimakan?” Alvin masih belum menyerah, pria itu menatap wajah Kyara yang seperti sedang menahan sesuatu.

“Ak…ku… mu… uekk…” tangan Kyara membekap erat mulutnya, lalu wanita hamil itu berlari menuju dapur untuk memuntahkan isi perutnya di wastafel.
Melihat Kyara yang terus memuntahkan isi perutnya itu membuat Alvin panik, pria itu meninggakan makanannya lalu menyusul Kyara ke dapur.

“Ayo kita ke rumah sakit aja.” Ajaknya khawatir, gelengan dari Kyara membuat pria itu mengerang kesal.

“Kamu tuh udah tau sakit masih aja keras kepala, kita ke rumah sakit cek, kalau kamu muntah-muntah terus nanti kehabisan cairan terus kalau kamu mat…”

“Mati?” sambar Kyara dengan dingin, wanita itu menatap Alvin dengan tatapan yang berbeda, bukan tatapan takut yang selama ini selalu ia perlihatkan, Kyara menatapnya dengan tatapan putus asa.

“Bukannya memang itu yang kamu harapkan, kematianku.” Lanjutnya pelan, tanpa bisa diperkirakan tangan Alvin mencengkram erat rahang wanita itu menatapnya dengan kesal dan kecewa, entah kenapa Alvin terlihat kecewa.

“Banyak bicara kamu sekarang, berani melawan lagi kubunuh kau.”

Ancaman hanyalah ancaman karena setelah mengatakan itu Alvin pergi meninggalkan Kyara yang kembali menangis, wanita itu gemetar takut. Alvin bisa terlihat begitu menghawatirkannya, tapi dengan cepat juga pria itu kembali menjadi pria yang tidak memiliki hati.

Blessé #2 (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang