10. Ke Rumah Om Calum Lagi

98 21 36
                                    

Sudah hampir dua hari Keke di sekap di rumah Om Calum. Sudah dua hari pula keluarga Keke dan Polisi menyebar selebaran orang hilang di sepanjang jalanan kota. Berharap salah satu dari pejalan kaki pernah melihat Keke berjalan di suatu tempat dengan pakaian serba sobek ala punk-rock, namun dengan tambahan noda cokelat artistik di banyak tempat.

Ayu dan Shere yang tahu bagaimana kejadian sebenarnya, sama sekali nggak berani mengatakan apapun kepada kedua orangtua Keke dan juga pihak berwajib. Mereka cuma takut kalau Om Calum malah melakukan sesuatu yang berbahaya sama Keke dan ujungnya mereka juga di salahkan karena meninggalkan anak itu disana sendirian.

"Waktu itu, sepulang les saya sama Ayu pulang duluan. Jadi ng... nggak tahu Keke kemana dulu," tutur Sherepia dengan suara gemetar saat di tanya oleh Bapak Polisi. Sedangkan Ayu hanya manggut-manggut nurut. Beruntung, baik bapak polisi atau pun orangtua Keke sama sekali nggak curiga dengan kebohongan mereka.

Di rumah masing-masing baik Ayu maupun Shere nggak pernah bisa tidur nyenyak sejak hari itu. Tentu saja, Keke sedang di sekap oleh seorang Om-om gila, dan hal apapun bisa terjadi pada teman berkacamata mereka itu.

Ayu bergidik ngeri saat bayangan-bayangan mengerikan tentang apa yang mungkin Om Calum lakukan pada Keke muncul di kepalanya. Ini pasti efek baca cerita Creepypasta di Wattpad, pikir Ayu sambil menenggelamkan wajah didalam bantalnya yang di penuhi peta daerah antah berantah. Ayu berpikir kalau dia nggak bisa diam saja seperti ini sedangkan Keke dalam bahaya, bagaimana pun dia dan Shere harus segera menyelamatkan Keke.

Tanpa di duga beberapa butir air mata jatuh di kedua pipi Ayu. Ayu sedih, dan kecewa pada dirinya sendiri. Dia merasa nggak seharusnya meninggalkan Keke waktu itu. Ayu benar-benar takut sekarang, Ayu nggak mau Keke kenapa-kenapa. Keke nggak berhak di perlakukan dengan jahat, Keke anak yang baik.

"Harusnya si Shere aja yang pingsan waktu itu!" gumam Ayu sambil menarik lutut ke dada hingga posisi tidurnya saat ini seperti janin. "Kalau itu bocah yang di culik gue rela deh, sumpah! Hiks." Ayu sesenggukkan.

Tapi kemudian pikiran lain muncul, Ayu juga nggak rela kalau Shere sampai di culik. Walaupun Shere adalah manusia paling ngeselin di dunia ini setelah abangnya, tapi Shere itu partner in crime terbaik yang Ayu punya - setelah abangnya juga. Karena kalau melakukan suatu tindakan kurang baik sama Keke, yang ada Ayu malah dapet ceramah panjang lebar dan keburu nggak mood. Seperti Ayu bilang, Keke itu orang yang baik.

Ayu memeluk bantal guling lalu mengajak bicara benda empuk itu sambil membayangkan Keke. Ayu mengeluarkan semua uneg-unegnya ke bantal; permintaan maaf karena nggak pernah traktir Keke balik, nggak pernah kasih Keke contekan, dan tentang betapa sebenarnya Ayu sayang sama Keke.

Saat Ayu sedang tenggelam dalam monolognya, tiba-tiba ponsel yang ia letakkan diatas meja berdering nyaring dan membuat Ayu terperanjat kaget. Ayu melepas bantal itu dan berguling ke sisi lain ranjang untuk mengambil ponsel. Ayu melihat kalau nama yang tertera di layar adalah Sherepia.

"Apaan, Sher?" Ayu sedikit kaget dengan suaranya yang sengau dan terdengar jelas kalau habis menangis - sejak tadi Ayu hanya berbisik.

"Lo kenapa, Yu?" tanya Shere. Ayu memutar mata, sudah tahu kalau Shere pasti akan menanyakan hal itu. Shere nggak akan pernah melewatkan kesempatan untuk membully Ayu kapanpun dan dimanapun.

"Nggak apa-apa, Sher."

"Lo nangis, ya?"

Ayu mendengus, dan nggak menjawab pertanyaan Shere. Hati Ayu terasa tambah sakit karena kembali ingat alasan kenapa ia menangis. Shere mungkin nggak merasakan apa yang Ayu rasakan, dan Ayu nggak akan membiarkan Shere membuat hatinya tambah hancur sekarang hanya karena tahu kalau Ayu menangis untuk Keke.

Om CalumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang