Musim panas, waktu dimana sebagian besar orang merancang segudang kegiatan untuk menikmati liburan, walau kebanyakan hari libur di musim bersuhu tinggi itu dijadwalkan saat rasa panas berada di puncaknya, bahkan terkadang dilakukan untuk menghindari gelombang panas yang berlebihan. Tapi, tidak ada orang yang akan menyia-nyiakan hari libur, sebagian besar memilih menghabiskan harinya di rumah dengan bersantai dan sebagian lagi memilih untuk berwisata entah kemana.
Daftar telah disusun, bahkan kertas yang bergores tinta pulpen itu hampir penuh dengan daftar kegiatan yang dianggap dan diharapkan menyenangkan. Sesaat suasana terasa tenang, tiga orang yang duduk melingkar itu hanya mengetukkan jarinya di meja sambil berpikir kegiatan apalagi yang bisa mereka lakukan selama musim panas.
"Pagi tadi Mark Hyung mengomeli ku, melarang ku untuk pergi mendaki gunung." Kata sosok cantik berambut hitam tepat setelah ia meneguk habis jus persik pesanannya.
Sosok lain berambut coklat mendongak, mengalihkan fokusnya dari semangkuk patbingsu melon. "Lalu bagaimana, Jaemin?"
"Mark hyung tidak akan bisa menahan rayuan dan janji manis ku, Haechan.. dan akhirnya dia mengizinkan."
"Lagipula kita hanya mendaki Gunung Halla, jelas-jelas itu tempat wisata yang ramai." Balas Jaemin dengan senyum kemenangan tersungging di wajah manisnya.
"Sudah kuduga." Haechan menyahut malas, seolah terbiasa dengan cerita luluhnya Mark pada Jaemin.
"Tapi Mark hyung akan ikut.." Tambah Jaemin.
Haechan mendelik, "Kenapa Mark Hyung harus ikut?"
Jaemin menghela napas dan merotasikan matanya. "Tentu karena dia khawatir pada kita."
"Ohh! Pasti karena kejadian Renjun tahun lalu kan?!" Haechan memekik keras, menebak-nebak alasan Mark khawatir pada perjalanan mereka.
Jaemin mendelik kesal, jarinya bergerak cepat ke perut sang sahabat lalu mendaratkan sebuah cubitan di sana. Haechan hampir menjerit saat rasa sakit menjalar di perutnya, tapi ia tidak bisa melakukan apapun untuk membela diri.
Mulutnya memang tidak dapat diajak bekerjasama padahal orang tua Renjun dan kedua orangtua mereka masing-masing sepakat untuk tidak menyinggung apapun tentang kejadian di hutan Gunung Halla tempat mereka mengisi liburan musim panas.
Sosok berambut putih tulang di depan mereka mengernyit, "aku? Aku kenapa? Apa yang terjadi?"
Jaemin dan Haechan gelagapan saat Renjun melayangkan pertanyaan tentang apa yang terjadi di liburan musim panas mereka tahun lalu.
"Tidak ada apa-apa, Renjun. Mulut Haechan memang suka mengatakan hal-hal tidak jelas haha.. ha.. ha." Kata Jaemin diakhiri tawa canggung.
Sebenarnya Haechan ingin menarik bibir Jaemin yang dipoles lipgloss merah muda itu, tapi mau bagaimana lagi, ia mengaku kalau yang ia katakan adalah sebuah kesalahan.
"Iya.. ha ha.. Bukannya tahun lalu kita liburan di pantai, itu menyenangkan sekali."Renjun menatap kedua sahabatnya dengan tatapan bingung, apalagi tawa sumbang keduanya membuat submisif cantik berambut blonde semakin curiga.
"Aku dengar udara di sana sangat segar dan bersih.." Kata Renjun, memilih kembali membicarakan topik perjalanan liburan mereka.Jaemin menghela napas lega sementara Haechan kembali memutar matanya malas.
"Kau sudah mengatakan itu belasan kali, Renjun. Aku bosan mendengarnya, lagipula ini musim panas, kenapa kita tidak pergi ke pantai saja?? Kenapa harus mendaki Gunung Halla dan menjelajah hutan di sana?""Memang tidak akan sebagus musim semi atau musim gugur, tapi entah kenapa aku ingin sekali ke sana. Lagipula kita sudah memilih pantai tahun kemarin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart In Waiting
FanfictionRenjun menunggu seseorang dalam waktu yang lama. Namun entah siapa yang ia tunggu, Renjun pun tak tahu.