Chapter 1 - Happy early Birthday, dear Hana!

285 8 0
                                    

"Happy early Birthday, Haaaaan" suara yang terdengar diseluruh koridor sekolah ini sangat membuat Hana malu bukan kepalang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Happy early Birthday, Haaaaan" suara yang terdengar diseluruh koridor sekolah ini sangat membuat Hana malu bukan kepalang. "Happy early Birthday my sweetie bunny! D-7 nih udah siapin dress bagus belum buat acara sweet seventeen-mu? I'll wearing my new gown on your party" ujarnya seraya menaruh tas nya dikursi paling belakang sebelah Hana. "Please, Vin. Gue gak ngadain apa-apa, I'm just going to turn 17th y.o bukannya mau kawin. Kenapa sih pada excited banget sama ulang tahun ke 17?".

Ini sudah ke 23 harinya Vindy mengucapkan early birthday. Bahkan Hana pun tau apa yang akan terjadi pada hari ulang tahun-nya nanti; mungkin dia sama sekali tidak akan mengucapkan lagi. Hana Talita, seorang gadis yang dengan tidak perdulinya akan berumur 17 tahun seminggu lagi. Terlahir dari keluarga yang amat sibuk, Hana bahkan sudah menduga bahwa semua anggota keluarganya tidak akan ingat hari lahirnya itu. Berbeda dengan Vindy Varisha, teman sebangkunya yang sangat menyayanginya seperti ia menyayangi adik sendiri. Sayangnya Hana tidak begitu perduli dengan semua kebaikan Vindy selama ini. Hana adalah siswi yang cukup terkenal di lingkungan sekolahnya, meski bukan anak pintar tapi banyak orang yang menyukai sifat dinginnya.

"Vin, just please stop doing this. Gue tau lo akhirnya bakal cuekin gue pas hari ulang tahun gue, but I don't mind. Just please stop ngucapin HBD ke gue, jangan norak please." Tambahnya. Vindy yang sudah sangat mengenal sifat dingin Hana bahkan sudah tidak tersinggung dengan segala perkataannya. Ia hanya meninggalkannya sambil bergumam seolah tidak mendengar apa-apa. "Lo kenapa sih Han sumpah, setiap kata-kata yang keluar dari mulut lo rasanya tajam banget ke Vindy. Dia cuma bertingkah kayak gitu aja lo ribet banget kayaknya." Ujar Dio sambil melahap roti isi yang ia beli dikantin. Dio Okta, sahabat kecil Hana yang sangat sensitive namun juga mengerti sifatnya. 

"I'm just..."

"Do what you wanna do, but don't hurt people's heart." Sanggah Dio seraya pergi meninggalkannya. Semua teman-temannya memang sudah hafal sifat Hana, tapi tak bisa dipungkiri bahwa pisau yang kau urus sendiri bahkan tetap bisa menusukmu.Semua orang datang dan pergi dihadapannya. Hanya gambar-gambar buatannya lah yang sampai sekarang masih terus bersamanya dan ketidakperduliannya.    

------------

"Happy early birthday my dearest friend, Hanaaa" suara dari depan pintu kelas yang selalu terdengar setiap pagi selama 30 hari ini, "happy Friday!! Nanti malem Vindy jemput jam 8 ya, kita hangout beli perlengkapan party!",

"ah, Vindy! Gue gasuka kayak gini"

"17 tahun itu sekali seumur hidup lho, Han"

"Semua ulang tahun juga sekali seumur hidup, apa spesialnya"

"It's a sweet seventeen, Han. Jangan buang hari-hari lo dikamar ngegambar, dengerin lagu."

"Gausah ngurusin gue, lo urusin diri lo aja, Vin"

"Come on, my sweetie Talita. Gue kan gak nyuruh lo ikut blind date atau clubbing pas ultah lo kan. Waktu gue ultah juga lo gak ada, sekarang masa terulang lagi"

"Ultah lo aja gue gak peduli, apalagi ultah gue" Balas Hana

"It's okay lo gak peduli sweet 17th gue, seenggaknya sekali aja lo seneng-seneng keluar dihari ulang tahun lo"

"Lo aja" Singkat Hana, yang membuat Vindy makin gemas membujuknya

Hana memang bukan orang yang jahat, ia hanya tidak terlalu memperdulikan hal-hal sekitarnya sama seperti Ayah dan Ibunya yang tidak memperhatikan dia. selama 5 tahun kebelakang ini, Hana merasa seperti hidup sendiri didunia ini. Hanya imajinasi yang ia tuang kedalam gambar saja yang menemaninya hingga saat ini. ia juga tidak mempunyai teman yang selalu bersamanya kecuali Vindy dan Dio yang tahan dengan perkataan tajamnya. Hana ingin semua yang bersamanya merasakan sakit yang sama yang ia rasakan selama ini. Ayah dan Ibunya yang bahkan mungkin tidak ingin Hana untuk dilahirkan kedunia.

---------------

"Hanaaa.... Jajan yuk" Istirahat sudah hampir selesai tapi Vindy masih saja membujuk Hana untuk pergi ke kantin.

"Lo aja sama Dio" Balas Hana yang sedang asyik menggoreskan pensil tajamnya kedalam kertas tipis sambil mendengarkan lagu yang diputar dari handphone-nya.

"Dio lagi main bola, Han... Vindy laper" pinta Vindy sambil menggoyang-goyang bahu Hana yang dibalut hoodie hitam, seraya Hana dengan cepat menyingkirkan tangan mungil Vindy dari bahunya

"Berisik lo pergi ah"

"Han, bisa gak sih lo turutin aja si Vindy" Sela teman-teman Hana yang melihat kekonyolan yang dibuat Vindy

"Vindy, ayo jajan. Lo minta dia nemenin lo sampe mati kelaperan juga gak akan diturutin" Ucap Dio yang baru masuk kelas, langsung menarik tangan Vindy dan membawanya pergi keluar kelas

Hana hanya menatap kosong ke arah genggaman tangan Dio dan Vindy, dan kembali melanjutkan gambarnya. 

Vindy menghentikan langkahnya, "Bentar, Di!" ia kembali kehadapan Hana, melepas sebelah earphone yang dipakai Hana,

"Lo begini gimana keluarga lo gak males sama lo, Han!" Ucap Vindy yang membuat Hana dengan cepat berdiri dari tempat duduknya, meraih rambut Vindy yang sedang dikuncir kuda,

"Gak perlu bawa keluarga gue, bokap lo urusin si tukang selingkuh!" suara tinggi Hana yang mengagetkan seisi kelas membuat suasana kelasnya mendadak jadi sangat canggung. Pandangan mata hanya tertuju kepadanya dan Vindy. Seketika air mata jatuh berlinang di pipi Vindy yang sedang bertatapan dengan Hana, seraya ia berlari keluar kelas untuk menenangkan dirinya. Hana, tanpa rasa bersalah sekalipun kembali duduk dikursinya dan menyumbat telinganya dengan earphonenya dan melanjutkan gambarnya. Tanpa ia sadari, seluruh teman kelasnya menatap tajam dirinya sambil saling menceritakan hal yang baru saja terjadi. Hana tak pernah ambil pusing, semua perkataannya dijadikan angin lalu bagi Hana. Sampai pada akhirnya seseorang menggenggam tangannya dengan kuat dan menariknya membawa ke luar kelas.

"Lo bagus banget omongan lo" ujar Dio sambil melepas earphone Hana dengan kuatnya

"Apa?"

"Gila lo Han bener-bener, lo fikir omongan lo keluar terus pergi gitu aja? Lo sadar gak sih berapa orang yang pernah lo sakitin pake mulut lo? Kalo lo emang begini orangnya, lebih baik gak usah ngomong lagi Han, gak pernah ngerasain sakit sih lo, ye."

"Diem aja deh"

"Kalo cowok, udah gua tampar muka lo, Han"

"Tampar nih Di. Ini gak lebih sakit dari pada apa yang gua derita selama ini. Jadi gak usah sok paling tau hidup gue mending lo bilang sama cewek yang lo sukain si Vindy, gak usah jadi fake friend. Gue paham betul tampang-tampang dia cuma pengen uang gue."

"Gila betul omongan lo, serasa di dunia ini mesti ngerasain pahit yang lo rasain. Kalo ngomong difikirin dulu ya Han, karna semua yang lo omongin bakal kena ke lo juga"

Dio meninggalkan Hana yang terdiam, lalu ia berhenti.

"Gue gak suka sama Vindy. Gue suka sama lo, dari dulu. Gak pengen lo terlihat menyedihkan karna sifat lo yang acuh itu, tapi ini udah keterlaluan"

Dio pergi memasuki kelasnya, meninggalkan Hana yang masih terdiam membeku.

*Hana PoV

*DEG!!!

Selama ini dia suka sama gue?

My Sweet 17thTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang