Aku berjalan dengan gontai, melangkah ke arah bangku baru plus teman satu bangku baru---yang sumpah demi apapun brengsek.
Lelaki itu kini tengah melirikku dengan tajam. kupluk jaket yang dikenakannya membuat aku sedikit meringis melihatnya. Benar benar tipical cowok menyeramkan.
Alin,Vili, Maya, dan Sasya menatapku sambil cekikan. Awas aja nanti, gue cekik kalian!
Enak banget mereka dapetin temen satu bangku yang alim, rezeki anak sholeh buat mereka.
Ketika kakiku hampir satu langkah lagi menuju kursi. Namun cowok itu malah mengangkat kakinya dan menyimpannya di kursi yang akan ku duduki.
Ck
Sialan! Apa maksudnya coba. Tak bisa diam. emosi menjulur keseluruh tubuhku. Dan aku segera memukul kakinya---lalu mendorongnya dengan paksa. agar kakinya tidak menyentuh kursiku.
"Enak aja lo, Permisi!" Ujarku ketus sambil menatapnya sekilas, lalu duduk---menduduki kursi yang baru saja diracuni oleh kaki cowok monster ini.
"Ini bangku gue!"
Suaranya terdengar rendah, namun nada bicaranya membuat aku ingin sekali meninju atau bakan membunuhnya.
Aku berdecak pelan, lalu menatapnya dengan alis yang terangkat sebelah.
"Oh ya? Enak banget lo ngomong. Setahu gue, ini bangku milik sekolah dan berhak diduduki oleh seluruh siswa SMA Pengadilan, termasuk gue"
"Tapi, bangku ini sedari dulu gue duduki. Dan lo gak berhak buat ngatur gue, termasuk bangku ini" ujarnya tak mau kalah. Lalu matanya menatapku dengan detail, benar benar tatapan yang sulit ditebak. Sama seperti dirinya, yang sangat sulit ditebak.
Entah kenapa tubuhku gemetaran, lalu menelan ludah. Berusaha menyembunyikan ketakutan ini, agar cowok brengsek ini tidak sampai kegeer-an karena telah berhasil membuat tubuhku gemetar.
"Ya! Gue tau" sahutnya membuat mataku terbelalak.
"Tau apaan?" Ujarku terbata bata sambil mengangkat dagu. Jangan jangan dia tahu, kalau badan aku gemetaran. Namun dia hanya menyeringai menatapku puas
"lo seneng kan bisa satu bangku sama gue?!
Ck!
Aku langsung terkekeh dan duduk dengan posisi tegak. Menatapnya dengan terang terangan sambil bersiap mengeluarkan suara emas.
"LO BILANG APA TADI?! GAK SALAH DENGER GUE? Ni ya amit amit gue bisa satu bangku sama elo. Terpaksa gue lakuin ini, karena si nenek lampir! Gue kes---" Cerocosku cukup keras membuat Marvel langsung membekap mulutku.
"NAZERA! Ngomong apa kamu?!" Teriak bu Fatma terdengar melengking. Seluruh tatapan murid menatap bangku-kami.
"Eng-ng-gak kok---" setelah berhasil melepaskan tangan Marvel dari mulutku yang sumpah demi apapun kepengen muntah, kini aku langsung dihadapkan dengan guru killer.
"Ini bu, Naze---" aku langsung menutup mulutnya dengan kasar. Cari ribut ni orang, seneng dah kayaknya kalau bu Fatma marah. Apalagi kalau marahnya sama---
"Nazera! Kamu keluar!"
Astaga...
"Mimpi apa gue semalem coba. Satu bangku sama cowok brengsek, dan sekarang gara gara cowok itu juga, gue harus dikeluarin dari kelas. Sama si nenek lampir" batinku seraya menginggit bibir dengan keras.
"Tapi bu, ini bukan---"
"Gak ada tapi tapian!" Bentaknya lagi. Membuatku terpaksa harus meninggalkan kelas. Berjalan melewati beberapa bangku. Dan ketika langkahku melewati bangku paling depan, tiba tiba saja seseorang menggenggam tanganku dari arah belakang. Sontak ku berbalik, dan mendapatkan lelaki yang sedang menatapku terang terangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LATE LOVE (ketika cinta merubah segalanya)
Teen FictionKetika perolingan bangku dimulai... Gadis alay dan heboh ini terpaksa harus berpindah bangku bersama lelaki tukang cari rusuh dikelasnya, namun memiliki sifat yang dingin. kini, gadis rempong ,alay namun aktiv dibidang musik ini. harus dipersatuk...