"Ariana... my lady...Bangunlah!"
Ariana terbangun Dalam keadaan terkejut mendengar suara Ezra tampak panik dan tergesa. Ia melihat keadaan di luar jendela yang masih gelap. "Ada apa, Ezra?"tanyanya mulai panik.
"Kau harus segera menemui Yang Mulia Raja. Beliau menunggumu. Ini mengenai Caleb..."
Ariana merasa jantungnya berhenti berdetak. Ia segera berganti pakaian dan berlari menuju ruang tahta. Prajurit yang menjaga segera membukakan pintu. Ariana melihat raja dan ratu duduk di kursi tahta. Raja Edward tampak sedang menenangkan sang ratu yang sedang menangis.
Melihat ratu menangis, membuat Ariana lemah dan lunglai. Ia melangkah dengan tubuh gemetar. "Apa yang terjadi? Apa terjadi sesuatu pada Caleb?"
"Caleb terluka tapi ia baik. Pasukannya saat ini sedang menuju kemari dan mungkin akan tiba dalam waktu dua hari.."
Ariana membekap mulutnya. "Apa...Apa ia...Terluka parah?"
"Tidak, Ariana. Kau tak perlu cemas. Ia akan sembuh dan kembali sehat serta kuat seperti sebelumnya.."
Ariana hanya bisa mengangguk dan menangis. Ratu turun dari kursi dan mendekati Ariana. Memeluk serta menenangkan gadis itu dengan lembut.
--------
Dua hari berikutnya baik Ezra maupun Leah terus menemani Ariana. Gadis itu tampak lebih pendiam. Ia menjadi lebih kurus karena sering tidak menghabiskan makannya. Menjadi lebih pucat karena tiap malam tak bisa tidur menanti kedatangan Caleb. Selama dua hari ia hanya mengurung diri di kamarnya.
"Ariana..."
Gadis yang dipanggil menoleh. Wajahnya tampak lelah dan tertekan akan rasa cemasnya.
"Pasukan Caleb sudah memasuki istana."ujar Ezra pelan.
Kabar itu membuat mata Ariana melebar. Ia segera berdiri dan berlari menuju luar istana. Air mata menetes jatuh. Rasa cemas sekaligus lega melanda dirinya. Kakinya terus berlari melewati tangga dan lorong hingga tiba di pintu depan istana yang sudah di buka oleh prajurit. Ia melihat sekelompok ksatria berkuda melaju ke arahnya dan di belakang mereka terdapat sebuah kereta kecil. Ariana menduga Caleb berada dalam kereta tersebut, langsung berlari ke arah belakang tidak mempedulikan tatapan para ksatria.
"Caleb!!"teriak Ariana membuka pintu kereta dan melihat pria berambut coklat berbaring di dalam dengan selimut kumal. Air matanya mengenang.
"My lady, jangan masuk. Yang Mulia pangeran terluka di bagian lengan dan perutnya!"ujar seorang ksatria menahan bahu Ariana saat melihat gadis itu hendak masuk.
Ariana menoleh. "Apa?! Apakah lukanya sangat parah? Apa ia belum siuman?"isaknya melihat Caleb yang seperti masih tertidur.
"Pangeran sudah siuman tapi kondisinya masih lemah dan masih harus banyak rehat. Aku akan segera membawanya ke kamar."
Ariana hanya bisa melihat dalam diam saat pria tersebut membopong tubuh Caleb di bantu pria lainnya. Lalu ia mengikuti mereka berjalan masuk ke kamar Caleb. Pria tersebut membaringkan Caleb dan Ariana mendekat ke tepi ranjang. Wajah Caleb tampak pucat dan kusam karena keringat serta debu. Ariana menyentuh tangan Caleb. "Caleb...."panggilnya.
"Saya akan memanggil tabib untuk memeriksa pangeran.."ujar pria yang membawa Caleb seraya undur diri.
Ariana terus menemani Caleb hingga tabib datang bersama ratu. Ia menyingkir agar tabib bisa memeriksa keadaan Caleb. Setelah beberapa lama, tabib menghadap ratu seraya berkata, "Lukanya cukup parah tapi ia sudah diobati dengan baik. Kita hanya bisa menunggu hingga ia siuman, Yang Mulia.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Of My Heart (Tamat)
Historical Fiction#16 at historical fiction 2 Juli 2017 Selama hidupnya Ariana tinggal bersama sang nenek. Ibunya sudah meninggal dan ayahnya adalah seorang ksatria yang tinggal di istana Hingga suatu saat nenek Ariana meninggal. Ayahnya memutuskan untuk membawa...