Chloe berjalan sendiri menuju hutan di belakang Moonfly. Chloe terus bergumam dalam hatinya –menyakinkan dirinya untuk tidak bodoh dan menjadi anak cengeng. Saat Chloe memasuki hutan, Chloe pun perlahan tenang, jantungnya mulai berdegup normal dan dia terus mengatur napasnya dengan baik serta mensugesti dirinya dengan pikiran-pikiran yang positif.
Chloe berhenti sejenak di dekat sungai yang ada di sana. Chloe berjongkok dan meminum sedikit air sungai yang jernih itu. Sehabis minum, Chloe menatap bayangannya di air sungai tersebut. Chloe sedih melihat dirinya sendiri yang tampak murung bahkan terlihat sangat pucat.
"Apa yang terjadi padamu? Bukan begini caramu menyelesaikan masalah, Chloe," ucapnya pada bayangan di air sungai yang jernih itu.
Chloe pun menghela napasnya. Dia menadahkan air sungai lagi di kedua telapak tangannya dan membasuh wajah pucatnya. Setelah cukup segar merasakan dinginnya air sungai diwajahnya, Chloe pun berdiri dan hendak kembali ke Moonfly. Baru saja berbalik badan, Chloe melihat Dylan yang sedang berjalan mendekatinya.
"Dylan?" seru Chloe terkejut melihat kehadirannya. "Apa yang kamu lakukan di sini? Kamu mengikutiku?"
"Ya, sepertinya begitu," jawabnya agak ragu.
"Mau apa lagi?" tanya Chloe ketus.
"Ingin... menemanimu saja," jawab Dylan seakan sudah akrab dengan Chloe.
"Saat aku bilang aku ingin sendiri, aku benar-benar butuh waktu untuk sendiri," kata Chloe jadi judes terhadap Dylan. "Aku tidak peduli seberapa penting dirimu di Moonfly ini, tapi..."
Belum selesai Chloe berbicara Dylan pun menyelanya, "Apa kamu ingat dengan Charlie?"
Chloe pun terdiam sesaat. Tentu saja nama Charlie terdengar sangat familiar bagi Chloe karena akhir-akhir ini nama itu sering terlintas dalam mimpi buruknya namun dia tidak tahu sama sekali siapa atau apa Charlie itu.
"Ada apa dengan dia?"
"Kamu tidak mengingatnya?"
"Haruskan aku mengingatnya?"
Dylan menghela napasnya dan memalingkan wajahnya dari Chloe. Melihat hal itu Chloe mulai jengkel dan kesal. Chloe pun mengunakan kemampuannya untuk bersikap acuh dan mulai berjalan pergi meninggalkan Dylan.
"Apakah kamu mengingatku?" kali ini Dylan mendapatkan perhatian Chloe yang tiba-tiba berhenti berjalan. "Apa mungkin kamu amnesia?" gumam Dylan.
"Tunggu, tunggu. Apa kamu bilang?" Chloe pun berjalan cepat mendekati Dylan dan berhenti tepat satu langkah di depan Dylan.
"Amnesia? Omong kosong apa lagi itu?"
"Apakah kamu ingat bagaimana kehidupanmu sebelum di Allwynds?"
Chloe mundur selangkah dan mulai berpikir. Dia memandangi segala semak, pohon, burung-burung, serta air yang mengalir dengan tenang di dekatya. Tapi, dia sadar bahwa memori yang dia punya sebelum tinggal di Springfield bersama ayahnya hanya gambaran samar tentang dia, ayahnya dan Elyn yang sedang makan malam bersama.
"Ini gila!" gumam Chloe. "Apa aku sudah gila?"
"Aku tahu ini terasa sangat gila. Apalagi selama ini kamu tinggal di dunia manusia. Hal-hal seperti ini benar-benar sangat asing dan akan sulit untuk dipahami."
"Apakah ini buruk?" tanya Chloe mulai penasaran. "Aku tidak pernah menjadi sangat bingung seperti ini sebelumnya dalam hidupku walaupun Elyn selalu menceritakan dunia dong..." Chloe terhenti dan mencoba mengkoneksikan segala yang dia ingat tentang cerita-cerita Elyn yang masih terekam jelas dibenaknya namun dia tidak tahu bagaimana cerita itu dimulai.
"Apakah aku pernah tinggal di Hanzels sebelumnya?" ini merupakan pertanyaan yang menurut Chloe sangat masuk akal saat ini.
"Aku bisa saja menceritakan semuanya padamu, Chloe. Tapi, itu akan membuatmu kesakitan sekali," jawab Dylan.
"Apa maksudmu? Jadi benar aku pernah tinggal di Hanzels sebelumnya?"
"Sepertinya belum saatnya kamu untuk mengingat semuanya."
"Lalu kenapa kamu membahasnya sekarang kalau kamu tidak ingin aku mengingatnya? Apa yang kamu inginkan dariku, Dylan?"
Dylan diam sejenak dan menghela napasnya lagi. Dylan sepertinya telah menyiapkan sesuatu sehingga mendatangi Chloe yang saat ini memang sedang sendirian, kebingungan, dan rapuh.
"Aku harap kamu tidak berakhir seperti Charlie," ucap Dylan dengan lembut.
"Kenapa Charlie? Siapa dia sebenarnya?"
"Aku tidak bisa mengatakan semuanya sekarang. Seperti yang aku bilang tadi, kamu akan..."
"Kesakitan?" sela Chloe. "Aku sudah sakit sejak tiba di Hanzels."
"Hah... sepertinya ini tidak akan berhasil," gumam Dylan lagi.
Dylan pun perlahan berjalan meninggalkan Chloe yang masih kebingungan di tengah hutan itu.
"Dylan, stop! Kamu gak bisa menggantungkan aku seperti ini," Chloe mengejar Dylan dan menggenggam tangannya agar berhenti berjalan sejenak.
"Kasih tahu aku," ucap Chloe dengan tegas. "Apa yang harus aku lakukan?"
Sambil menghela napasnya untuk kesekiankalinya, Dylan pun berkata, "aku tidak yakin kamu bisa melakukan ini atau tidak."
"Jangan coba mengetesku. Katakan saja! Apa yang harus aku lakukan?"
Perlahan Dylan mulai bercerita bahwa dia tidak tahu pasti bagaimana Chloe bisa melupakan kehiduapannya sebelum Allwynds seperti ini karena terakhir kali Dylan bertemu dengan Chloe semuanya masih baik-baik saja. Sampai akhirnya Dylan mendapat kabar bahwa keluarga Chloe pindah dan tidak ada satu pun orang yang tahu ke mana pindahnya.
Beberapa tahun belakangan ini, setelah Dylan diangkat menjadi Ketua Perwakilan Murid Foxes, dia pernah mendengar cerita dari beberapa pegawai Moonfly bahwa Pangeran Henry diasingkan dari Hanzels setelah menggunakan bakat terlarang kepada seseorang.
"Bakat terlarang?" tanya Chloe semakin penasaran.
"Di Hanzels, hanya keluarga Van Drageer yang bisa melakukan hal-hal 'tidak mungkin'. Aku tidak tahu pasti apa yang dia lakukan sebenarnya. Aku hanya punya kecurigaan karena dia..."
"Karena Henry dekat sekali denganku dan aku tidak bisa ingat kehidupanku sebelum bertemu dengannya," seru Chloe melanjutkan ucapan Dylan. "Tapi, apakah mungkin?"
Chloe mencoba mengingat-ingat bagaimana kehidupannya sebelum dan setelah bertemu dengan Henry. Tapi, seberapa keras pun Chloe mencoba, dia tidak bisa ingat apa-apa selain wajah ayahnya dan cerita-cerita Elyn. Setelah bertemu Henry, semua memori Chloe terlintas dengan jelas dibenaknya, sejelas perlakukan buruknya kepada teman-teman di sekolahnya saat dia resmi bergabung dengan geng Voocord. Sejak saat itu, Chloe yakin betul bahwa dirinya memang terlahir sebagai anak nakal dan tidak pernah terpikir akan masa lalunya.
Chloe tidak sama sekali mencoba mengingat apakah dia pernah menjadi anak yang baik atau tidak bahkan saat dia bersama Henry, Henry tidak pernah mengeluh sedikit pun dengan sifat kasar Chloe dan tidak memaksakan Chloe untuk berubah menjadi anak baik. Saat itu seakan Henry mengerti sekali bahwa begitulah sifat Chloe, kasar dan acuh.
Kini Dylan mulai menjelaskan bagaimana Chloe bisa mendapatkan ingatannya lagi. Dylan mewanti-wanti bahwa caranya itu memang sangat menyakitkan dan beresiko gagal. Namun, tanpa pikir panjang, Chloe pun menyatakan bahwa dia akan melakukannya. Rasa penasarannya membuat dia menjadi nekat dan tidak memperdulikan akibatnya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE MOON - Book 1
FantasyDi tempat Chloe Zayn Ginadio berasal, dunia terbagi atas 4 bagian. Daerah pertama yang merupakan daerah terbesar bernama Allwynds -negeri para manusia, kedua adalah Morque -negeri para penyihir, ketiga adalah Hanzels -negeri para peri, elves, dan pi...