1

945 59 12
                                    

KREEKKK!!!

Suara langkah kaki memenuhi ruangan yang gelap. Dan seketika membuat suara pekikan dari seseorang yang ditutup kepalanya dan juga dibungkam mulutnya dengan lakban.

SREKK!!!

Akhirnya kain hitam yang menutupi wajahnya dilepas oleh orang yang baru memasuki ruangan itu.

Radit.

Nama itulah yang ada di nametag seragam sekolahnya.

Mata yang tadinya membulat panik, kini berubah menjadi sipit. Mengingat siapa orang yang ada didepannya itu. Namun nihil, karena orang itu ternyata memakai topeng. Walaupun hanya sebelah wajahnya yang ditutupi oleh topeng, namun tetap saja dia tidak bisa mengingat siapa orang itu.

Topeng dengan mata yang tertutup karena seperti disayat pisau dan ditambah ruangan yang gelap, membuat suasana semakin mencengkam.

Orang itu melepas lakban dengan kasar dari mulut Radit yang meringis.

"Lo siapa? Apa maksud lo ngurung gue?"

Orang itu tersenyum miring. "Lo gak usah tau siapa gue."

"Kenapa lo ngurung gue?"

"Lo terlalu ngeremehin orang lain." Kata orang itu duduk dihadapan Radit. Dengan meja yang menjadi pemisah mereka.

"Siapa lo? Emang gue pernah ngeremehin lo?"

"Engga sih, cuman gue risih aja. Salah lo sih, ngeremehin orang lain pas mood gue lagi gak baik."

"Emang salah gue mood lo lagi gak baik?"

"Engga juga sih. Tapi kalo mood gue lagi gak baik, terus gue harus nyalahin siapa?"

"Ya salahin orang yang buat mood lo gak baik lah, anjing lo!"

Perkataan Radit membuat orang itu beranjak berdiri dan mencengkram kerah seragam Radit.

"Sekarang lo juga buat mood gue makin gak baik. Berarti gue gak salah dong ngurung lo?" Tanya orang itu menampilkan sederet giginya.

Senyuman itu membuat bulu kuduk Radit berdiri dan ketakutan.

"G-gue minta maaf."

"Gue bakalan maafin lo kalo lo menang game dari gue. Deal?"

"Deal!" Pekik Radit.

Orang itu melepaskan ikatan ditangan Radit, membuat Radit balik mencengkram kerah baju orang itu.

Orang itu menaikkan sebelah alisnya dan tertawa. "Padahal gue udah baik sama lo. Kenapa-"

Satu pukulan langsung menghantam hidung Radit.

"Lo-"

"Malah-"

"Ngelunjak-"

Radit mendapatkan pukulan disetiap perkataan orang itu.

Tangan orang itu dipenuhi darah Radit dan mengelap dengan sapu tangan yang ada disaku celananya.

"Jadi, masih bisa main?" Tanya orang itu tersenyum pada Radit yang sudah tidak bisa berkata apapun. "Gak bisa?"

Trapped In Each OtherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang