Prolog

23 0 0
                                    

Namaku Anna, umurku 4 tahun, aku belum bisa membaca dan menulis.


Aku tidur dengan Mama karena kasurku luas, Papa di kamar lain, kamar papa ada TVnya, tapi tidak ada kasur.

Setiap malam setelah lampu dimatikan, aku memandang ke luar jendela di balik punggung Mama, jendela kayu kusam yang selalu terbuka ke arah luar, kadang ada bulan dan bintang, kadang hanya kosong, dan kadang-kadang hujan. Mama memakai baju terusan batik warna coklat atau hijau atau merah, rambut keritingnya panjang menutupi seluruh bantal.

Saat mulai mengantuk aku memulai hal yang rutin aku lakukan, selalu, dan tidak pernah terlewatkan.

"Ma, ini hari apa? Tanggal berapa?"

"Kamis, 18 Januari 2001"

"Alamat kita?"

"Jalan Melati II nomor 10"

"Nomor telepon Mama?"

Lalu Mama mendikte nomor teleponnya yang sebenarnya sudah aku hapal di luar kepala.


Dunia di dalam TV penuh dengan petualangan seru, seperti petualangan detektif conan atau doraemon yang aku tonton setiap pagi, kalau tidak hujan. Kalau hujan turun maka semut-semut di luar rumah berteduh di dalam tabung televisi. 

Setiap malam kalau Mama sudah tidur aku cuma ditemani kehendakku berpetualang di dunia luar yang dibatasi jendela kamar kami. Di luar sana, mungkin siapa saja tengah memulai satu petualangan baru. 

Alangkah seru.

Maka suatu hari Mama mengajakku jalan-jalan ke pantai. Papa sedang bekerja, pekerjaan Papa lama selesainya. Aku bermain pasir dan berenang seharian, mengumpulkan kerang-kerang berbagai bentuk dan ukuran dalam plastik kecil yang kupungut di pinggir jalan, juga minum kelapa muda bersama Mama. 

"Bagus kerangnya?"

"Bagus! Kalo mutiaranya dimana?" aku mempertanyakan referensiku yang berasal dari kartun.

"Yahh, kalo kerangnya sekecil gini sih gak ada mutiaranya sayang, nanti ya kita cari yang gede"

Aku agak kecewa.

"Tapi kerang ini juga bisa kok dibikin kalung, nanti kayak princess-princess pake jepit sama kalung dari kerang, ya kan?"

"Bisa gitu ma?"

"Bisaa!"

Aku tertawa dan itu menutup percakapan dengan Mama siang itu, aku sangat mengantuk, mataku perih setelah berenang di air laut, aku tertidur di pangkuan Mama dalam salah satu gazebo kecil yang sepi. Terbuat dari anyaman bambu, lalu terbangun saat matahari hendak terbenam.

Mama tidak ada.

Mama tidak ada di mana-mana.

Aku menuntun langkah kecilku dan sekantong kerang yang masih basah mencari Mama dari ujung gazebo ini sampai ke tempat kami turun dari kendaraan umum. Langit memerah di arah laut lepas, ombak mulai naik dan berdebur keras kepada batu karang.

Aku tidak takut.

Aku meminta tolong pada tante-tante di pinggir jalan karena mirip Mama, ia mengantarkan aku ke orang dewasa yang lain, lalu ke orang dewasa yang lainnya lagi, sampai aku dipertemukan dengan om-om berseragam polisi. Polisi?

"Kamu dari mana?" Aku menyebutkan kota asalku.

"Kamu tau alamat rumah kamu?"

"Jalan Melati II nomor 10, aku juga tau nomor HP mamaku"Om itu berjalan ke telepon kabel yang menempel di dinding 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 21, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PulangWhere stories live. Discover now