Hal Yang Membuatku Mual

16 5 0
                                    




Historia.

13 Februari 2013

Pagi.

Tumben-tumbenan Fani tidak masuk sekolah, aku hanya menompang dagu dan melihat jarum jam yang terus berputar, rasanya sepi jika tidak mendengar ocehan Fani. Aku menghela nafas, kemudian berniat untuk keluar kelas.

"Historia !" panggil Genta saat di koridor, aku segera menghentikan langkahku. "ya ada apa ?" aku menatap Genta dari atas kepala sampai kaki. "ng.. kau tahu tidak.." ucap Genta dengan suara rendah, aku menggeleng pelan.

"ada apa ?, jangan bertele-tele"

"ini soal Ajie..." ucap Genta dengan suara Rendah, "memangnya kenapa ?"

"kau ini tidak peka sama sekali ya, Ajie itu suka dengan dirimu tahu"

Seketika hening, hanya beberapa orang lalu-lalang di koridor melihat diriku dan Genta. "cukup, lelucon" aku segera meninggalkan Genta, tapi Genta memegang tanganku.

"akan ku beritahu..." ada jeda sedikit kemudian Genta menutup mata. "akan ku beritahu, tentang Ajie... semuanya"

Lalu Genta berbicara rendah kepadaku...

"tidak, tidak mungkin. Kau salah, aku tidak percaya" aku segera tertawa dan Genta berlari ke arah kelas.

.o0o.

Hari ini Fani tidak masuk sekolah, tumben sekali. Aku menghabiskan waktu istirahat di kantin sekolah sambil berfikir kenapa Fani hari ini tidak masuk sekolah, aku akan mengunjungi rumahnya setelah pulang sekolah.

Bugh...

"hei, sendirian aja ?" tanya Ajie menepuk punggungku dengan kencang, aku tak menanggapi dirinya berbicara. "boleh aku duduk di samping mu ?" aku menganguk-angukan kepala pelan lalu kembali meminum es kopi yang sebelumnya ku pesan. Saat musim kemarau begini, panas-panas paling enak minum kopi ya kan ?

"jadi sahabatmu yang aneh itu tak masuk sekolah ya ?" Ajie memulai topik pembicaraan, aku hanya mengangkat bahu pertanda tidak tahu. "kau, nanti sehabis pulang sekolah ikut ke toko" Ajie mulai mengangkat tangan untuk memasan bakso.

"untuk apa ?" tanyaku singkat, kemudian Ajie tertawa kecil

"memangnya minum teh di toko saat itu gratis ?" tanya Ajie kemudian dia menyuap bakso yang tadi ia pesan. Aku menepuk jidat. "jadi saat itu kau tidak ikhlas ?" tanyaku kesal, Ajie menganguk.

"baiklah, tapi sebentar saja"

Siang.

"apa yang kau lakukan ?" tanyaku saat Ajie membawa gitar merah marun, "lihat saja dan jangan banyak bicara." Ujar Ajie sengit. Aku mengusap kepalaku, kemudian ajie menaruh gitarnya di sampingku lalu orang itu kembali masuk ke dalam ruangan dan membawa sesuatu yang di tutupi kain.

"lihat !" Ajie membuka tutup kain itu.

Seketika aku menutup mulutku, merasa mual dan tiba-tiba saja pandangan ku mulai kabur. Berputar-putar kemudian hitam. Setelah itu aku tidak tahu apa yang terjadi.

.o0o.

Aku langsung menuju rumah Fani, entah aku tidak tahu apa yang terjadi saat aku berada di toko Ajie.

"Ria ?, kau terlihat pucat ada apa ?" Fani membukakan pintu lebar-lebar, kemudian menyuruh aku duduk di sofa. Aku segera duduk dengan kasarnya sambil memegangi kepalaku yang terasa sakit.

"Ria, kau kenapa ?" tanya Fani panik, aku Cuma meringis kemudian berkata. "cepat, bawakanku air !" aku membentak Fani, rasanya tidak sopan sekali. Tapi apa boleh buat kepalaku sakit sekali.

Fani segera menggambil air, dan obat. Kemudian tanpa ba-bi-bu aku langsung meminumnya, "kau tahu ?, orang itu membuatku gila.." ujarku pada Fani, Fani menatapku kebinggungan. "siapa ?" tanya Fani antusias, "Genta dan Ajie. Orang itu membuatku hampir gila"

Fani memiringkan kepalanya, dan saat aku mau membuka mulut. Tiba-tiba rasa sakit kepala yang luar biasa aku rasakan tapi, seperti ada memori yang yang kembali.

"hei, sadarlah... jangan pingsan dulu, ceritakan semuanya kepadaku" Ujar Fani.

Aku menganguk, "ya, akan ku ceritakan semuanya.."

A/N:

Duh itu si Historia kenapa lagi ?, ngeliat apaan bisa kayak begonoh ?. dan sang Author pun Cuma senyam-senyum gak jelas. Mungkin bagian selanjutnya akan sangat panjang dan akan memainkan alur maju dan mundur, sekali lagi tolong perhatikan TANGGAL, WAKTU, DAN POV. Sekian terima kasih.

Di Balik Gitar AjieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang