Tes! Tes!Rintik hujan itu terus membasahi rambut pirang gadis itu. Ya, Narella Naneswari, biasa dipanggil Nara, ia tidak tahu kalau sore ini akan hujan. Kalau saja Nara peramal, ia sudah membawa payung sejak awal.
Hujan semakin deras, Nara segera berlari kecil mencari tempat untuk berteduh. Ya, ruko itu sepertinya kosong, akhirnya ia memutuskan untuk berteduh di sana.
Saat ini Nara sudah pulang sekolah, tetapi di tengah perjalanan ia terjebak hujan. Sekarang ini Nara duduk di kelas 2 SMA, tepatnya di SMA Pelita.
Tap! Tap!
"Halo!" sapa seorang laki-laki berseragam putih abu-abu, terlihat asing. Sepertinya dia bukan murid dari SMA Pelita.
"Nunggu dijemput ya?" Nara masih diam sesekali sengaja memperhatikan sekitar.
Pergi please pergiii...
Satu hal yang Nara benci, ia sangat sulit bicara dengan orang yang tidak dikenal.
"Nunggu taxi." Akhirnya dua kata itu terucap oleh Nara.
Laki-laki itu ber 'oh' ria. "Tapi taxi kan gak ada yang lewat dari tadi, gimana kalo lo pulang bareng sama gue?"
Nara bergidik ngeri, pikirannya sudah melayang, ya pastinya berpikir bahwa anak itu penjahat. Toh, zaman sekarang mana ada orang yang belum kenal mengajak pulang bersama.
Laki-laki itu mengulurkan tangannya untuk mengecek apakah hujannya sudah reda, "Nah, hujannya udah reda."
"Ya."
"Kalo mau kita ke bengkel dulu ambil motor, motor gue di bengkel soalnya."
Memang taxi tidak ada yang lewat satupun. Tanpa pikir panjang Nara pun ikut dengannya. Daripada ia harus menunggu lama di sini.
"Iya."
Sepanjang perjalanan menuju bengkel Nara terus saja menggerutu dalam hati sembari mengekori laki-laki itu, lumayan lelah ia di sekolah hari ini, tapi justru malah diajak jalan lumayan jauh begini. Untung saja bengkel tidak terlalu jauh sekolahnya.
"BANG, SAYA AMBIL YA MOTORNYA?"
Bisa nggak sih gak pake teriak, abangnya aja depan muka.
"Iye ambil aja udah beres semua tuh."
"Oke makasih, Bang!"
Nara sedang memperhatikan sekitar jalanan. Tiba-tiba laki-laki itu sudah berada didepannya dengan motornya yang besar.
"Yuk naik."
Motornya nggak ada yang lebih tinggi lagi ya?!
"Gimana cara naiknya? Gue pakai rok." Nara mengerucutkan bibirnya.
"Nggak akan keliatan kok." Laki-laki itu membuka jaketnya, "Nih, tutupin pakai jaket gue." Ia menyodorkan jaketnya.
"Oke deh." Nara segera menaiki motor itu.
Sepanjang perjalanan tidak ada apapun yang perlu dikhawatirkan. Rupanya ia orang baik, Nara saja yang terlalu buruk menilai orang. Bahkan terus mengobrol tentang sekolah masing-masing. Akhirnya Nara tau ia bersekolah di mana. Dan pastinya ia juga senang bertemu dengan orang baru—Gavin. Ya namanya adalah Gavin.
"Sunsetnya bagus ya?"
Nara terlalu asyik melihat sunset sampai-sampai ia tidak mendengar pertanyaan Gavin.
"Hmm."
"Eh, tadi lo nanya apa, Vin?"
"Sunsetnya indah."
"Kayanya tadi lo nanya deh."
"Hahahaha iya deh." Gavin segera memberhentikan motornya di pinggir jalan, "Rumah lo di mana by the way?"
"Blok Mawar Nomor 39."
"Oke, pas banget sekalian."
"Sekalian apanya?" Nara mengerutkan dahinya.
"Tongkrongan gue deket situ."
Demi apa, jangan bilang kalau dia anak bandel. Gak gak gak.
"Sudah sampai."
Nara segera turun dari motor, dia masih diam tidak percaya. Seorang Nara, jalan sama anak tongkrongan. Lebih baik ia dekat dengan orang berkacamata yang jenius-jenius tingkat dewa itu dibanding harus berteman sama anak—ya itu.
"Duluan ya." Gavin langsung melajukan motornya dengan kecepatan penuh.
"Mak..." Belum saja Nara mengucap terima kasih Gavin sudah pergi duluan, "Kasih."
Nara masih menatap tepi jalanan dengan wajahnya yang datar. Akhirnya ia segera masuk ke dalam rumah setelah Pak Jojo membukakan pagar.
"Sore, Non. Baru pulang?"
"Iya."
Sampai depan pintu ia baru sadar kalau jaket Gavin belum dikembalikan. Ia menenteng jaketnya masuk ke dalam sambil memutar bola matanya malas.
Yes. Very good.
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Hallo semua ini cerita baru gue, ya begitulah.
Semoga suka. Ok bhai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nara [SUDAH TERBIT]
Teen FictionRasa itu yang memulai, rasa itu yang membuat semuanya berbeda, rasa itu yang menemukan kata cinta, tetapi cinta yang dapat mengubah rasa itu. Meskipun Nara belum mengenal cowok itu sepenuhnya, rasa itu mulai ada. Sampai akhirnya ia lebih memilih dia...