Prolog

32 9 0
                                    

Seorang gadis berjalan dengan langkah yang panjang. Ini hari pertamanya masuk sekolah. Satu hal, ia sudah memakai seragam putih abu-abu. Sesekali ia melirik arloji pink yang melingkar di tangannya.

Fyi, karna dia masih 16 tahun jadi dia tidak diijinkan ortunya untuk naik mabil, jadilah dia naik kendaraan umum. Dan dia harus berjalan sekitar 200 meter. Sungguh melelahkan bagi seorang gadis seperti dia, yang tidak pernah olahraga.

"Cepat mbak, cepat" panggilan pak Satpam dengan kumis hitam pekatnya membuat gadis itu semakin mempercepat langkahnya.

"Dasar anak jaman sekarang" pak satpam itu menggelengkan kepala.

Gadis itu kembali berlari, rambut yang tadi di kucir kuda sekarang sudah berantakkan. Membuat  beberapa helai rambutnya keluar dari kucir hitamnya. Tak hanya rambut yang berantakan, peluh dari pelipisnya juga menetes, apalagi ia harus menaiki tangga untuk sampai ke lantai 3, dimana letak kelas 10 berada.

Setelah sampai dikelas, ia sangat bersyukur karena guru belum masuk.

Karena ia datang terlambat, jadi ia harus duduk di meja paling depan, karna yang tersisa hanya tempat itu. Namanya juga murid sekarang. Kalau cari bangku pilih yang belakang, supaya strategis. You know lah strategis buat apa.

"Hai, nama lo siapa?" tanya seorang gadis dengan kulit putih, rambut bergelombang, dan kacamata yang sedikit besar,

Sepertinya ni cewek kutu buku deh

"Hei" cewek itu melambaikan tangan di depan mata gadis disampingnya, bermaksud mengembalikan kesadaran dari gadis di sampingnya "gue tanya nama lo"

"Oh... Hahaha.. Iya.. Ehm.. Nama gue Vania" cewek dengan rambut kucir kuda itu memperkenalkan diri, walau sedikit canggung.

"Oh.. Gue Innaya. Tapi pangil Naya aja biar gak ribet.. Hehehe"

"Iya.. Naya?" kata gadis kucir kuda dengan senyum yang sangat manis.

Panggilan kepada seluruh siswa kelas 10 harap ke lapangan utama sekarang juga, sekian dari saya, selamat pagi

Suara speaker kelas membuat kelas menjadi riuh, karena mereka berebut untuk keluar.

"Ke bawah kuyyy" ajak Naya pada gadis yang sedang terlihat seperti bingung

"Lo kenapa?" tanya Naya sambil membenarkan letak kacamatanya yang terlihat melorot dari hidungnya yang pesek.

"Gue gakpapa" jawab gadis itu dengan senyum yang dipaksakan, tapi tidak terlihat seperti itu.

Mereka menuruni tangga, Naya banyak bercerita tentang pengalamannya, tapi dasar si Vania yang bodo amat, sebenarnya bukan bodo amat, lebih tepatnya takut untuk bertemu seseorang yang selama beberapa bulan ini coba ia lupakan.

"OI VANIA?!" seru Naya yang terlihat sangat kesal dengan orang yang ada di sebelahnya. Bayangkan ia memiliki semangat 45 untuk menceritakan pengalaman, tapi malah tidak dihiraukan.

Teriakkan Naya membuat orang-orang menatap dengan bingung 'mungkin ni cewek lolos dari jangkauan rsj'. Selain itu, Vania juga merasa tidak enak hati dengan Naya.

"Sory Nay, gue..gue" dia semakin bingung melihat wajah Naya yang semakin cemberut.

"Bodo ah!" setelah mengatakan itu, Naya pergi begitu saja tanpa alasan. Seperti doi yang meninggalkan kita dengan harapan.. Eakkk

Karna gak ada teman jalan, jadilah ia jalan sendirian seperti seorang yang jomblo, sebenarnya dia memang jomblo.

Ia masuk ke barisan kelasnya. X-1 adalah kelas favorit, kelas dengan orang yang pintar, kaya, yang pasti disana cantik dan juga tampan. Seperti dugaannya, Naya juga sudah masuk dibarisan itu.

"Nay, maafin gue" ucapan Vania sama sekali tak digubris oleh gadis berkacamata yang ada di sampingnya. "Gue lagi ada pikiran jadi tadi gak konsen sama ucapan lo"

"Masalah apa?" gadis berkacamata itu sangat antusias dengan ucapan Vania. Bahkan wajah yang tadi bete sekarang berubah seperti seorang berbinar.

Ni cewek kepo nya kebangetan

"Gue belum bisa cerita sekarang"

"Okey, no problem for me. Jangan lupa sekarang lo dan gue itu temen. So, apapun masalah lo, lo bisa cerita ke gue. Gue sama sekali gak keberatan. Justru gue malah seneng" senyum dari gadis berkacamata membuat Vania lega.

Setelah ceramah yang muter-muter dari kepala sekolah. Akhirnya, para siswa yang dikumpulkan bisa bernapas lega, karena barisan dibubarkan dengan alasan waktu yang semakin siang. Sebenarnya yang memperhatikan ucapan kepsek mungkin hanya beberapa, tapi dasar kepseknya saja yang tidak peka jadilah dia membuang-buang tenaga.

"Dasar kepsek gak peka. Udah tau murid kepanasan, masih aja nrocos gak berhenti. Incess kan capek" keluh Naya. Pada kalimat terakhir, Naya mengibaskan rambutnya kebelakang. Membuat Vania menggelengkan kepala.

"Nay, kita ke kantin atau kemana?" tanya Vania, setelah mereka melangkahkan kaki tanpa tujuan.

"Kalo kantin, gue yakin pasti disana rame banget. Jadi, gue fikir ke perpus aja deh" Naya mengemukakan pendapat yang cukup logis.

"Lo tau tempatnya?" tanya Vania, karna kan ini hari pertama masuk sekolah jadi, dia belum terlalu tau letak tempat-tempat di sekolah ini.

Naya mengangguk. Sebenarnya, kakaknya sekolah disini, jadi ia banyak mendengar tentang SMA Merah Putih.

Sampai di perpus, keduanya di buat kagum. Wangi khas buku, fasilitas seperti wifi, komputer, AC, dan lainnya membuat perpus ini menjadi sedikit ramai dengan siswa yang membaca buku atau hanya numpang wifi.

"Hahh.. Akhirnya gue bisa ngadem"

"Lo kesini cuman mau ngadem?" tanya Vania memastikan perkataan Naya dengan nada yang kaget.

"Heem" jawaban yang santai. Kelewat santai malah. Membuat Vania memutar mata dan mendengus kesal. Tapi, dalam hatinya ia bersyukur, dengan begitu ia bisa nonton youtube. Itung-itung ngirit kuota. Ya nggak sis?

20 menit berlalu

"Van kantin kuyy, gue laper" mohon Naya dengan melas.

"Bentar, ini download an gue tinggal dikit lagi" jawab Vania yang masih sibuk dengan hape nya. Anak sekarang mah kayak gitu, kalo tau ada wifi langsung deh download, nunggu berjam-jam juga mereka siap. Yang penting irit kuota. Apalagi fangirl seperti Vania yang modal kuota.

"Vania.. Van.. Vania.. Vania cantik" gangguan Naya membuat Vania kesal, ia akan mengeluarkan ratusan kata untuk mengomeli orang disampingnya. Setelah matanya melirik hape yang memperlihatkan notif, kalau download an sudah selesai, ia mengurungkan niat.

Mereka berjalan ke kantin. Ia bersyukur sekolah di SMA ini, pohonnya masih banyak, membuat hawa menjadi sejuk. Membuat poni nya beterbangan.

Ia tertawa mendengarkan cerita lucu dari Naya. Sampai pandangannya menangkap cowok itu. Cowok yang beberapa bulan ia coba lupakan, dan sekarang ada di hadapannya.

Tawa itu, tawa yang membuat hatinya senang.

Tak terasa sang gadis tersenyum

Tak disangka, cowok itu menolehkan kepala. Membuat mata gadis dan cowok itu bertemu dan mereka bertatapan.

Serasa dunia milik berdua
Eakkk..

Seperti kaset rusak. Pikirannya mengingat kisah antara dia dan cowok dihadapannya.


Jangan lupa vote dan comment. Dan sorry banget ceritanya gaje, kalo ada typo harab maklumin :3

Chandnika

FlashbackWhere stories live. Discover now