Hari ini, adalah hari pertama masuk sekolah. Seperti biasa Vania mengkuncir kuda rambunya. Ia melangkahkan kaki ke lantai dua. Dengan senyum yang mengembang diwajahnya, ia menghampiri teman-temannya.
"Haii" hebohnya ke teman terdekatnya
"Heii.. Kangen deh, hampir satu bulan gak ketemu"
"Alay lo ah"
"Hahaha.. Biar lo seneng Van"
"Apaan deh" ia melangkahkan kaki memilih meja. Dan pilihannya ada di meja ke dua dari depan. Ia menaruh tasnya sembarang.
Dari lantai dua, Vania dan teman-temannya mengamati adek kelas yang sedang melaksanakan MOS.
"Kalian, masuk dulu, kita bagi pengurus kelas" panggil ketua kelas, ehm.. lebih tepatnya ketua kelas waktu kelas 7.
Membutuhkan waktu beberapa menit untuk membentuk kepengurusan kelas dan regu piket.
"Koperasi yukk" ajak Meysa dengan memasang puppy eyes andalan membuat orang yang melihat itu langsung menyetujui permintaan Mesya.
"Okay, tapi gue nunggu luar, gue gak mau antri di dalem koperasi yang sempit" setuju Vania dengan pasrah
Fyi, di koperasi smp ini itu gak cuma nyediain buku, seragam, alat sekolah tapi juga disitu banyak makanan yang lebih komplit dari kantin. Tapi, untuk dapet makanan yang dicari, mereka harus mengantri dan berdesakkan karena tempat yang sempit.
Benar aja, sampai di koperasi Vania cuman nunggu Meysa diluar. Sebenarnya dia takut, karna wilayah koperasi itu deket sama wilayah kakel. Jadi dia cuma diem dengan kepala menunduk. Biasalah, masih kelas 8 dan itupun baru beberapa jam menginjakkan kaki di kelas, jadi jaim-jaim dikit lah. Di depan kakel bro..
Beberapa menit berlalu, tapi temannya masih belum menunjukan batang hidungnya. Benar- benar membosankan.
Bugh
"Auuu" ringis Vania ketika sebuah bola mengenai kepalanya. Ia memegang kepalanya, pusing. Bahkan ia sudah hampir jatuh kelantai, kalau saja sebuah tangan tidak menyangga tubuhnya. Sudah dipastikan kepalanya juga akan benjol.
"Ah, lo sih nendang bolanya keras"
"Mana gue tau kalo bolanya bakal ngenai nih cewek?" bela cowok dengan bad kelas 9 yang masih menyangga tubuh Vania.
"Cepet dah lo bawa ke uks"
Si cowok itu pun mengendong dengan briddle style. Selama perjalanan banyak pasang mata yang menatap dengan kagum dan tatapan penuh tanya.
Sampai di uks, cowok itu meletakkan gadis di atas kasur dengan hati - hati.
"Lo PMR?" tanyanya pada seorang cewek dengan mata sipit.
"I..iya kak" cewek itu grogi berhadapan dengan pentolan sekolah yang sangat diidam- idamkan itu.
"Lo obatin nih cewek, gue mau pergi dulu" setelah mengatakan itu, si cowok langsung pergi dari uks.
"Vitto" panggil seorang cewek dengan tubuh langsing, membuat cowok yang akan ke kantin untuk membelikan makanan harus memberhentikan langkah.
"Kenapa Fer?" tanya cowok itu dengan menaikkan sebelah alis tebalnya.
"Lo mau kemana?" tanya cewek itu --- Fera.
"Mau ke kantin"
"Yaudah gue ikut yakkk"
"Iya"
Mereka berdua --- Vitto dan Fera berjalan ke kantin, banyak yang menatap dengan tatapan kagum. Pasalnya, mereka sangat cocok. Tampan dan cantik, benar- benar perpaduan yang pas.
"Lo mau beli apa?" tanya Vitto, setelah mereka sampai di kantin, yang sudah padat
"Ehm... Nasi goreng sama es teh kayaknya enak" Fera membayangkan bagaimana nikmatnya nasi goreng bu tutik dipadukan dengan es teh manis buatannya
Vitto mengangguk paham. "Lo tunggu sini aja biar gue yang pesenin" ia melangkah beberapa meter, sampai teringat "mau dibungkus atau makan sini?"
"Lo?" tanya Fera balik, maksudnya tadi kan biar dia dan Vitto bisa makan berduaan, otomatis dia menanyakan dulu, apakah pesanan vitto dibungkus atau dimakan di sini.
"Gue gak beli" singkat, padat, jelas membuat Fera mengernyit bingung
"Terus lo mau ngapain dong?"
"Beli makanan buat seseorang"
"Oh, kalo gitu bungkus aja deh"
Setelah mengambil keputusan, Fera duduk di bangku yang sudah di sediakan. Mengeluarkan hapenya, dan memasuki apl kesayangannya Instagram.
Setelah 15 menit menunggu akhirnya Vitto datang dengan 1 bungkus es teh, nasi goreng, dan semangkuk soto serta teh hangat.
"Loh elo kok ke sana?"
"Gue mau ke uks"
UKS? Vitto sakit?
Fera, langsung mensejajarkan langkahnya dengan langkah milik Vitto. Ia terlihat lucu membawa nampan yang atasnya ada semangkuk soto dan teh.
Sampai di uks, Vitto membuka pintu dengan hati - hati, selain takut mengganggu orang yang lagi sakit dia juga tidak ingin makanan yang ia bawa tumpah. Kan mubazir, 10 ribu cuyy.. Bisa buat beli bensin tuh.
Saat dia masuk, dia bisa melihat 2 orang gadis di hadapannya, yang satu sedang berbicara kalo dia lagi khawatir dengan gadis di hadapannya yang sedang duduk di atas kasur Uks.
Syukur ni cewek dah sadar batin vitto saat melihat gadis yang kena tendangannya tadi sudah sadar, dan sekarang sedang duduk.
"Ehem" deheman dari Vitto membuat dua gadis di hadapannya menyadari kehadirannya. Tapi, justru dua gadis itu melotot tak percaya.
"Nih lo makan" tiga kata yang memberikan efek luar biasa bagi yang mendengar. Termasuk dua gadis di depannya yang melotot tak percaya dan gadis di sampingnya -- Fera yang melakukan hal yang sama. Sedangkan Vitto tidak menyadari hal itu, ia malah menyodorkan semangkuk soto ke tangan mungil gadis di depannya yang sedang duduk bersila. Dan nampan yang ia bawa tadi, dia letakkan di atas lemari kecil dekat dengan kasur.
"Ha? Bu.. Buat aku kak?" tanya Vania meyakinkan kalo apa yang dia dengar barusan itu benar dan bukan efek halu dari tendangan sial itu.
"Iya buat lo" setelah mengatakan itu Vitto berjalan keluar uks, diikuti dengan Fera di belakangnya. Saat akan menutup pintu, Vitto mengatakan "nanti gue kesini lagi"
Setelah dari Uks dia pergi ke rooftop untuk menemui teman - temannya yang sudah lebih dulu ada di sana. Fera? Dia di kelas, sebelumnya dia merengek minta ikut ke rooftop tapi karna larangan dan perintah Vitto yang tak terbantahkan jadi dia mengalah.
Di dalam uks, suasana sudah sangat ramai dan heboh. Teman - teman vania datang bermaksud ingin menghibur. Tapi, vania masih melayangkan fikirannya kepada cowok yang tadi datang ke uks, Vitto.
Kenapa gue gak asing sama tu cowok ya?
Gue yakin gue pernah ketemu sana dia
Tapi dimana?
Apa karna dia kakak kelas jadi, tanpa disadari gue sering ketemu?
Banyak pertanyaan yang ada di otaknya membuatnya sedikit pusing. Dan, sebenarnya dia menyuruh Meysa menutup mulut soal kejadian tadi. Bukannya ingin merahasiakan, tapi menurutnya itu tidak penting jika di bahas lagi.
Haii, partnya pendek ya? Sory habis ide gue cuman sampek itu, sory juga ya tulisannya banyak typo, gue update nya gak tentu mungkin seminggu dua kali ato bahkan gak update. Gue nulis ini aja pas lagi sibuk, eakk gue sok sibuk
:vJangan lupa vote dan comment
Chandnika :))