"Sorry, Re. Gue nggak bisa lanjutin hubungan ini."
"Kenapa?"
Hening.
Arda tak menjawab pertanyaanku, ia hanya menunduk. Sementara diri ini sudah berlinang air mata.
"Gue harus pergi, maaf."
Arda terus melangkah tanpa menoleh. Sama sekali. Aku hanya mampu menatap nanar kepergiannya. Tak ada daya sama sekali untuk menahan kepergian pemuda itu.
Kring! Dering ponsel membuyarkan segala imaji masa laluku. Kubuka sebuah pesan dari ... dari Dito. Hh, dia lagi? Ngapain sih, ganggu aja.
Ntar malem ke kantor, ada kerjaan buat lo.
Ck! Selalu saja ada pengganggu jika ingin istirahat saat liburan seperti ini.
"Nggak bisa apa gue refreshing dikit, gitu?" dengusku, kesal. Kulempar ponsel di kasur, tubuh ini ambruk bersamanya.
Weekend membuatku malas ke mana-mana. Apalagi tepat malam Minggu, di mana banyak orang pamer keromantisan di luar sana. Tapi tetap sajaaku tidak bisa menolak panggilan bigbos.
*
Malam ini juga aku bergegas ke kantor, tepatnya ruko di bilangan Blok M. Tas ransel yang selalu menemani bekerja sudah siap. Sialnya, jalanan tak semulus paha Syahrini, begitu kata Dito jika terjebak macet. Padahal aku sudah buru-buru, dan terpaksa mata ini harus melihat dua sejoli suap-suapan di trotoar. Hiks.... Traffic light juga sepertinya sangat nyaman berada di zona merah. Kuputar radio, tepat saat lagu milik Kotak berjudul Masih Cinta itu memenuhi mobil. Haruskah move on sesusah ini, Tuhan?
Kamu tak bisa bayangkan rasanya jadi diriku yang masih cinta....
Entah, rasanya lagu ini benar-benar tercipta untukku. Aku larut dalam setiap bait yang Tantri lantunkan. Suaranya begitu pas, menggerogoti hati ini.
Ponsel kembali berdering. Panggilan dari Dito. Kupasang handset di telinga. Sebelum menjawab, kukecilkan volume radio.
"Iya, Dit. Bentar lagi gue nyampe kok. Macet, nih."
"Oke, gue tunggu."
Suara Dito kalem, pasti ia masih sabar menungguku. Sesabar menghadapi pacarnya. Ups!
*
"Sorry telat," ujarku ketika membuka pintu ruangan Dito dengan menunjukkan deretan gigi.
"Kebiasaan. Masuk lo."
"Sorry, Pak. Tau sendirilah gue itu nggak bisa bangun pagi."
"Ya, ya, ya, gue paham. Tapi, besok lo nggak boleh telat."
"Lah? Kenapa?"
"Iya, soalnya, besok lo harus udah ada di airport jam lima pagi."
"What? Gila lo, Dit. Ngapain?"
"Ya, kerjalah. Masa mungutin sampah?"
"Maksud gue, ngapain di airport, mau ke mana?"
"Lo ada kerjaan penting di Jepang. Besok berangkat. Ada klien yang minta prewed di sana."
"Gila! Kenapa mendadak? Gue belum ada persiapan keles. Gue belum pesen tiket, uang saku, gue belum nyiapin baju, gue bel ...."
Mulutku disumpal kertas karena terlalu bawel. Mata ini membelalak dengan wajah ditekuk.
"Eh, Non, dengerin gue dulu makanya. Elo, besok tinggal jalan doang. Semua udah diurus sama mereka. Lo tinggal bawa baju doang. Paham?"
"Serius lu, Dit?" Aku bersemangat.
"Ya, iyalah, Dodol!"
"Oke, gue mau. Eh, tapi .... siapa klien-nya?"
"Ada, besok lo juga tau. Dia salah satu orang penting di negara ini."
Sial! Kenapa Dito tidak memberitahu? But ... is'nt problem. Paling tidak, isi kantong tetap mengembang di liburan panjang tahun ini. Dan satu yang membuatku bahagia, yakni Jepang. Ya, sudah lama aku ingin mengunjungi negara ini. Di mana ada Hokaido dengan musim seminya yang indah. Ah, jadi ingat Arda yang pernah bercerita tentang Hokaido, dan berencana mengajakku ke sana. Tapi apa? Ia malah memutuskanku dan pergi tanpa kabar sampai detik ini. Tragis!
"Ngelamunin apaan lo?" Tiba-tiba Dito mengagetkan.
"Kagak!"
"Inget cinta tak terbalas lo, ya?" Dito tertawa puas. Dengan entengnya ia bilang, "Move on makanya!"
"Lo kira move on segampang nyari upil?"
Dito terbahak melihat mimik wajahku yang kesal ini. Selalu saja aku jadi bulan-bulanannya. Tapi memang cuma ia yang tahu bagaimana perasaanku saat ini. Dia bos sekaligus sahabat baik. Susah mencari sahabat yang benar-benar sahabat seperti Dito. Ia juga sangat pandai menyimpan rahasiaku, terlebih ... ia begitu baik. Seperti membuka studio foto ini, awalnya aku yang minta dan ia memodalinya. Luar biasa, bukan? Ya, pasti!
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Mantan (Comeback to Me)
RomanceKetemu mantan sedetik, rusak move on bertahun-tahun. Bertemu sedetik saja, move on bertahun-tahun bisa rusak. Lalu bagaimana jika setiap hari? Apalagi pertemuan itu terjadi saat mantan sudah menggandeng cewek lain. Bahkan, mau menikah. Parahnya, ki...