"Redo!!! Apaan sih kamu?! Sakit tau!!! Enak aja nimpain tubuh orang!!!"
Dia malah tersenyum,
"Apaan sih kamu senyam senyum?!"
"Kakak tau kabar baik?!"
"Apa"
"Kabar baiknya adalah... Om Adam nginep selamanya di sini!!!"
"Udah tau"
"Kakak nguping ya?!!"
Aku tidak menjawab. Males ah, ngeladenin anak macem Redo. Tapi kayaknya, aku punya ide bagus nih...
"Redo...", bisikku lirih
"Iya kak"
"Apakah Om Adam memakai cincin batu akik?!", tanyaku dengan suara lirih dan wajah yang dibuat buat
"Ummm, sepertinya iya!", jawabnya
Aku mendekati kupingnya dan berbisik ,"Taukah kamu kalau Mbah Jambrong tidak suka dengan orang yang memakai akik"
Aku melihat ekspresi wajahnya berubah, terlihat sedikit ketakutan, dengan suara gemetar dan terbata bata, ia bertanya, "Be-be-benarkah?!"
"Benar, dan Mbah Jambrong akan membuntuti setiap orang yang bercincin akik, terutama yang jelek dan genit seperti Om Adam", bisikku kepadanya, Redo tampak beberapa kali menelan ludah. Kemudian aku melanjutkan, "Jadi, bisakah kau membantuku mengusir Om Adam dari sini demi melindungi rumah kita dari ancaman Mbah Jambrong?!", tanyaku dengan wajah yang masih dibuat buat agar dia percaya dengan bualanku
"Ti-tidak mungkin, ka-kakak pasti berbohong!!!"
Oke, ternyata membohongi anak TK tidak semudah yang kubayangkan.
"Percayalah padaku Redo, aku hanya ingin melindungi rumah kita"
"Kakak bohong, kakak bohong, kakak bohong!!!"
"Beneran!!!"
"Bohong!"
"Bener!"
"Bohong!"
"Bener!"
"KAKAK BOHONG, KAKAK BOHONG, KAKAK BOHOOONG!!"
Huuh, menyebalkan juga bocah satu ini. Sesekali aku perlu menjahilinya
"MBAH JAMBRONG, DATANGLAAAH!!!"
"Wwaaaaaaaa!!!!!", jeritnya sambil berlari ke ruang tamu. Di sana ia langsung pergi ke pelukan ibu. Ayah dan Si Duda Gila yang juga berada di sana bingung melihat tingkah lakunya
Tanpa aba-aba Redo langsung mengadu ke ibu tentang perkataanku terhadap Duda Gila itu. Mampus aku!!!
Setelah sesi pengaduan selesai, kini saatnya sesi pengamukan. Ibu datang ke kamarku dengan dibuntuti Redo yang bersembunyi dibalik kakinya. Lain halnya dengan ayah dan Duda Gila, mereka tidak terlalu peduli atas insiden ini.
"Giselle!"
"Ibu tahu, kau sangat tidak menyukai pamanmu itu, tapi setidaknya hormatilah dia. Jangan berbuat seperti itu. Cukup kau saja yang membencinya,tolong jangan buat adikmu yang polos ini membencinya juga. Kau benar benar membuat ibu malu Giselle, sudah sepatutnya kau mendapatkan hukuman."
Aku hanya diam
"Apa kau mau meminta maaf kepada paman?!"
"Tidak akan"
"Kau harus mendapat hukuman"
"Tapi, bu..."
Tanpa menunggu jawaban dariku, ibu keluar dari kamarku lalu
menutup pintunya. Tak lama kemudian, terdengar suara pintu dikunci. Oh tidak, aku dikurung dalam kamar."Dengar Giselle, ibu tidak akan membuka pintu ini sebelum kamu mau meminta maaf kepada pamanmu. Jika kamu tetap saja membandel, jangan berharap bisa keluar dari kamar ini!"
Aku hanya diam. Aku tidak menyesal melakukan semua ini. Aku juga tidak takut bila dikunci dalam kamar. Toh, aku juga punya kunci cadangan, jadi aku bisa bebas keluar kapanpun kumau. Tapi untuk saat ini, aku sedang tidak ingin keluar. Lebih baik aku main game saja di kamar, bodo amat ngurusin yang begituan.
Tak lama kemudian, terdengar suara ibu, "Aduh, maaf ya! Si Giselle memang gitu anaknya. Lama lama pasti nurut sendiri kok, tenang aja!"
Apa?!!! Nurut??! Sampai kapanpun, kalau demi Duda Gila itu, aku nggak akan pernah nurut! Nggak akan pernah! Aku bersumpah, AKU AKAN MEMBENCI, MEMBENCI, DAN TERUS MEMBENCINYA SAMPAI KAPANPUN. Itu sumpahku!
KAMU SEDANG MEMBACA
MBAH JAMBRONG
KorkuMbah Jambrong, Higga kini nama itu masih terngiang jelas di telingaku, Aku benar benar shock dan takkan pernah bisa kuhapus nama itu dari ingatanku, Jika dulu aku yang mengarang tokoh itu demi menakut-nakuti mendiang adikku, Namun sekarang, Bahkan...