For You ( I Can't Let You Go )

102 19 5
                                    



A Kim Donghyun (Produce101)'s Fanfic

Happy Reading~

.

.

"Oh, selamat sore."

Aku menyapanya dengan cara yang sama setiap kali lelaki itu datang. Bahkan kalimat monoton itu lebih sering diucapkan minggu ini. Sama seperti biasanya, ia akan tersenyum dan sedikit membungkuk, memberikan sikap sopan, setelah itu bergegas ke sudut ruangan menuju panggung untuk para penyanyi yang melakukan penampilan live khusus setiap malam. Ia mulai meletakkan gitarnya, menyesuaikan mic, dan menempatkan kursi tepat di tengah panggung. Dan seperti biasa pula, setelah semua persiapan selesai, dia akan menuju counter pemesanan untuk memesan satu Americano dengan tambahan gula.

"Hari yang sibuk, Donghyun-ssi?" Ia terkekeh kecil, memainkan kunci kotak gitar ditangannya, menopang dagunya dengan tangannya yang satu lagi, dan menatap pada satu tujuan, papan menu yang ditulis dengan kapur di belakang counter.

"Setidaknya tidak lebih sibuk dari kalian yang kesana - kemari menyiapkan pesanan. Tidak ada inovasi menu baru, hm?" Senyum yang selalu memberikan kehangatan tersimpul di bibirnya. Bila ia tak tersenyum semanis itu mungkin aku sudah kesal bukan main. Meracik menu baru itu bukan hal yang mudah, oke?

"Tidak ada. Mungkin anda bisa membantu kami jika punya beberapa ide. Anda sendiri, sudah punya lagu baru?"

"Hei, santai. Sudah ku bilang berhenti memanggilku formal begitu. Anggap saja aku seorang kawan yang selalu datang setiap sore, karena aku akan datang lebih sering mulai minggu ini. Hm... bukan karena aku punya lagu baru, sih. hanya butuh beberapa masukan baru." Dia tertawa kecil bersamaan dengan aku yang mulai tersenyum lembut mendengar ucapannya.

"Masukan saran atau masukan keuangan?" Mendengar kalimat itu, matanya mulai menghilang membentuk bulan sabit dan suara tawanya mulai menyebar memenuhi ruangan.

"Kau tahu saja maksudku. Bilang sama bosmu, aku bisa melakukan hal lain kalau dia sudi membayarku lebih."

"Seperti apa?"

"Berdiri disampingmu?"

Aku mengernyitkan dahiku. Sedangkan tanganku masih sibuk menyiapkan pesanannya dan pelanggan lain. Ada nada pertanyaan dari kalimatnya. Namun, aku tak buru-buru menjawabnya, mencoba sedikit fokus pada apa yang aku kerjakan. Dia sendiri hanya diam tak melanjutkan. Membiarkan bunyi kaca dan keramik menyelimuti kami, ditambah bunyi kunci yang masih terus ia putar dan ketuk ke meja counter.

Beberapa saat terdiam, aku menyodorkan Americano yang baru selesai kusiapkan di depannya.

"Silahkan."

"Terimakasih."

Aku memandangi dia yang sedang menyeruput kopinya perlahan. Takut lidahnya terbakar dan tak bisa menyanyi dengan sempurna nantinya. Bisa dibayangkan sebetapa khawatir fans-fans lelaki ini nanti bila tahu idola kecil-kecilan mereka tersakiti di bagian terpenting di bidang suara. Aku sendiri tak ingin membayangkan perempuan-perempuan itu menghalangiku di jalan pulang dan berkelakuan macam-macam. Di dalam tasku tersedia semprotan cabai memang, tapi itu dihitung ilegal jika disemprotkan tanpa bukti bahwa mereka yang memulainya. Satu lawan banyak, yang banyak akan selalu menang, itu sudah termasuk hukum alam seingatku.

"Jangan memandangiku begitu dalam. Kau bisa jatuh hati nanti."

Aku tersentak. Pipiku terasa memanas seketika.

"Bukan sebuah masalah, sih. Aku juga bakal menerima dengan senang hati. Lagian kau belum menjawabku, boleh tidak?"

Apa aku tidak salah dengar? Senang hati? Dia bicara soal apa? Juga kenapa lelaki ini selalu berbicara sambil tersenyum manis seperti ini, sih? Dan lagi kenapa aku merasa malu tiba-tiba? Aku tak pernah memikirkan sesuatu tentangnya. Hanya sesekali mengingatnya saja. Tidak sesering itu. Hanya bila merindukannya, mungkin.

For You ( I Can't Let You Go )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang