"Jeez! For a God-sake, kita diberi test sepagi buta ini!" ucap Reinhard sambil menghembuskan napas berat. Tidak hanya Reinhard saja, beberapa anak lain juga mengucapkan kekesalan yang sama.
Pagi ini terhitung ada tujuh belas anak yang datang untuk latihan pagi. Dan itu berarti seluruh anggota tim Pelatnas Selam seluruhnya hadir. Setelah mendengar deru mobil Todi lengkap dengan asapnya yang menyesakkan napas. Banyak yang mengomentari mobil milik Todi, dan rata-rata menyuruhnya untuk mengganti mobil bututnya dengan mobil baru. Mereka yakin gaji Todi saat ini dan dihitung dengan bonus yang ia terima saat menjuarai liga PON dan SEAGAMES mampu membeli mobil yang paling baru sekalipun. Tapi Todi selalu bersikeras untuk tidak mengganti mobil bututnya dengan mobil baru. Karena Mobil yang ia miliki sekarang adalah mobil yang dulu susah payah ia cicil dengan hasil keringatnya sendiri. Mobil ini jugalah yang menemani perjalan hidupnya. Dari hanya seorang atlet dengan gaji seadanya hingga pemecah rekor di SEAGAMES Beijing tahun 2003. Ia selalu bilang bahwa mobil bututnya ini sangat priceless.
Setelah Todi menyuruh atlet-atletnya segera keluar dari kamar ganti, merekapun berrgegas berganti pakaian renang, kemudian keluar dari kamar ganti dan berjalan menuju papan program acara latihan. Todi terbiasa menuliskan program acara latihan dipapan beserta dengan waktu yang harus ditempuh oleh atletnya. Sebenarnya latihan hari ini tidak cukup berat. Para atlet hanya harus melakukan beberapa meter pemanasan dan selanjutnya program inti yang tidak terlalu berat. Namun yang membuat seluruh atlet mendengus kesal adalah note yang ditulis oleh Todi dibagian paling bawah, yaitu : Test Pemecahan Rekor.
Test pemecahan rekor, bukan berarti setiap atlet harus memecahkan rekor terbaik Indonesia. Tapi hanya memecahkan rekor dirinya sendiri. Todi sebagai pelatih juga pasti harus bertanggungjawab atas kemajuan atletnya. Karena itulah Todi semakin hari semakin memperketat program latihan. Namun jangankan memecahkan rekor sendiri, bisa menyamai waktu terbaik saja semua atlet sudah bersyukur.
Jeez! Damn! Hell! Shit! Ohh, Man! Beberapa kata itu terdengar diucap bergantian oleh masing-masing atlet. Jelas saja, latihan rutin semalam sudah sangat menguras banyak tenaga. Dan hari ini, masih pukul 03.15 wib, pelatih sudah menuliskan test yang akan ditempuh tiap individu hari ini tanpa pemberitahuan sebelumnya.
"Do not complain!" ucap Todi tegas dan membuat semua atlet tutup mulut. Mereka memang tutup mulut dan mendadak terdiam setelah Todi membuka suara, tetapi ekspresi kesal masih tergambar jelas diwajah mereka. Todi berdiri tegap didepan barisan atlet, ia tetap berusaha terlihat tegar meski matanya memperlihatkan ekspresi letih yang sama dengan para atletnya. "Saya memang sengaja tidak memberitahu kalian kalau hari ini ada test individual. Saya harap kalian tetap berusaha memberi performa terbaik bagaimanapun kondisi kalian!" Imbuh Todi yang dibalas dengan dengusan kesal para atletnya.
"Aku rasa program latihan ini semakin hari semakin gila!" ucap Tommy diujung barisan. Dia adalah salah satu atlet terbaik asal Semarang yang memutuskan untuk pindah berlatih di Surabaya. Sebelum pindah ke Surabaya, ia sempat berlatih beberapa minggu di Jakarta. Dengan alasan tidak bisa beradaptasi dengan kehidupan Jakarta, akhirnya ia memutuskan untuk pindah ke Surabaya. Baginya kehidupan di Surabaya sedikit lebih ramah daripada kehidupan di Jakarta. Tommy tidak pernah bisa mentolerir kemacetan Jakarta, mahalnya harga sepiring makanan, dan susahnya berbaur dengan gaya hidup. Alasan-alasan itulah yang membulatkan tekadnya untuk merantau ke Surabaya.
Todi hanya tersenyum sinis mendengar perkataan Tommy. Sepertinya Todi mulai membiasakan diri mendengar ucapan-ucapan sinis dari para atletnya. "Bukan saya saja yang gila. Turnamen semakin hari juga semakin dekat, saya rasa hal itu juga bisa membuat kalian jadi gila. Saya hanya ingin mengajarkan kalian untuk tidak menyerah dalam kondisi apapun," tukas Todi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Athletes Love
RomantizmAlexis Andrea, kehidupannya berbeda dengan perempuan kebanyakan. Ketika perempuan lain sibuk berbelanja, memanjakan diri ke salon, berlama-lama nongkrong di cafe dengan banyak teman, ia justru menghabiskan waktunya di kolam renang. Membiarkan kulitn...