It seems just like yesterday. Ketika Alea pertama kali bertemu dengan Hans hampir dua tahun yang lalu. Semenjak Alea bergabung dengan olahraga selam dan mulai mengikuti kejuaraan tingkat nasional, Alea mengenal Hans yang tenar sebagai pemecah rekor Indonesia yang baru dinomor sprinter. Ya, Alea mengenal Hans hanya sebatas itu. Tidak ada perkenalan resmi yang terjalin diantara mereka berdua. Hingga akhirnya Hans menghampiri Alea di Kejuaraan Nasional berikutnya.
"Hey, kamu yakin akan bertanding dengan kondisi tabung seperti itu?" ucap Hans pada Alea yang akan memasuki kolam renang. Hans menggenggam pergelangan tangan Alea. Untuk sepersekian detik keduanya saling bertatapan.
Alea menatap kedua mata Hans yang tajam namun teduh, untuk sesaat Alea merasa hilang arah dalam tatapan Hans. "Eh, maksudnya?" Alea membalas sebisanya dan berusaha menutupi perasaan gugupnya.
"Oksigen ditabungmu belum terisi penuh. Sebelum bertanding setiap atlet harus memeriksa kondisi tabung berulang kali untuk meminimalisir kegagalan. Sedangkan kamu hanya mengeceknya sepintas. Coba cek lagi oksigen ditabungmu, pasti oksigen didalamnya belum sampai seratus persen."
Hans melepaskan genggamannya dan kemudian mengambil tabung dari tangan Alea. Kemudian dengan cekatan Hans memasang alat pengukur oksigen dan ternyata ia benar. Tabung Alea baru terisi tujuh puluh delapan persen. Dengan kondisi oksigen sebanyak itu, Alea hanya bisa berenang sejauh tiga ratus meter. Sedangkan nomor pertandingan Alea adalah empat ratus meter. Jika Hans tidak menghampirinya, Alea sudah pasti gagal dalam pertandingan kali ini karena kekurangan oksigen dalam tabung.
"Don't trust anyone, Alea. Kalau sudah pertandingan besar seperti ini jangan pernah mempercayakan alat-alat selammu pada orang lain. Kalau perlu kamu harus mengecek semuanya sendiri berkali-kali," sambung Hans sambil sibuk mengisi tabung Alea.
Sedangkan disamping Hans, Alea berdiri tak bergeming kemudian mengangguk-angguk memberi isyarat setuju pada ucapan Hans. Alea terus menatap Hans kagum, bahkan ia menolong seseorang yang belum pernah ia kenal sebelumnya. "Okey selesai. Sekarang tabungmu sudah terisi penuh. Bahkan tabung ini cukup untuk bertanding lebih dari empat ratus meter sekalipun. Itu juga kalau kamu pandai menghemat oksigen didalam air," ucap Hans sambil mengembalikan tabung Alea.
"Thanks a lot, Hans. Kalau bukan karena kamu mungkin aku sudah kehabisan napas didalam air nanti."
Hans tersenyum mendengar ucapan Alea. Dan Alea begitu terpesona dengan senyuman Hans. Senyuman yang ramah dan terlihat menyenangkan. Ada lesung pipi yang tergambar jelas setiap Hans tersenyum.
"You know my name?" Tanya Hans penasaran.
Alea tersenyum tipis. "Siapa yang tidak kenal dengan pemecah rekor baru di Indonesia ini. Aku mengenal orang karena prestasinya, bukan karena hal lain."
"Hahaha, semua bisa jadi pemecah rekor kalau bersungguh-sungguh. By the way terima kasih sudah mengenalku, Alexis Andrea," sambung Hans sambil mengulurkan tangan.
"Ternyata kamu juga mengenalku ya? Bahkan sampai tahu nama panjangku," tanya Alea dengan ekspresi terkejut.
"Siapa yang tidak kenal dengan atlet baru yang pantas diperhitungkan seperti kamu. Aku juga mengenal orang karena prestasinya, bukan karena hal lain," jawab Hans sambil tersenyum.
Alea tersenyum dan menyambut jabatan tangan Hans.
Cinta memang datang semudah itu. Awalnya hanya berjabat tangan, bertukar identitas, bertukar cerita, hingga kemudian berubah menjadi saling menggenggam hati satu sama lain. Tidak peduli seberapa jauh jarak yang membentang dan selama apapun waktu mampu membuatnya terpisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Athletes Love
RomanceAlexis Andrea, kehidupannya berbeda dengan perempuan kebanyakan. Ketika perempuan lain sibuk berbelanja, memanjakan diri ke salon, berlama-lama nongkrong di cafe dengan banyak teman, ia justru menghabiskan waktunya di kolam renang. Membiarkan kulitn...