"Finally Al, kita satu langkah lebih dekat," ucap Hans disambungan telepon. Tapi Alea hanya diam saja, tidak tahu harus mengatakan apa dan tidak tahu bagaimana cara menunjukkan kebahagiaannya kepada Hans.
Saat ini Hans berada di Bandara Kualanamu Medan menunggu keberangkatannya menuju Jakarta. Setelah keberangkatannya diundur beberapa hari untuk mempersiapkan beberapa berkas dan keperluan lainnya. Akhirnya hari ini Hans benar-benar berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan latihan disana.
Diruang tunggu keberangkatan ia menelepon Alea, perempuan yang sangat ia sayangi. Hans merasa bahagia karena setidaknya kali ini ia satu pulau dengan Alea, dan kemungkinan untuk saling bertemu lebih terbuka lebar.
Alea menangis bahagia saat menerima telepon dari Hans, "Iya, finally kamu ke Jakarta Hans. Aku bangga sama kamu, semoga di Jakarta nanti prestasimu jadi jauh lebih baik dari sekarang."
"Iya, babe. Yang terpenting itu setelah ini kita satu pulau, jarakku yang dulu ribuan kilometer dari kamu sekarang bisa lebih dekat. Aku merasa hubungan kita akan berhasil. Kita akan mengalahkan jarak dan waktu sesegera mungkin. Jadi jangan cepat menyerah dengan keadaan ya. I love you no matter how far we're apart," ucap Hans seolah ingin memeluk tubuh mungil Alea. Tapi Hans tahu, ia tidak bisa melakukannya sekarang. Hans butuh waktu untuk bersabar, ia percaya dibalik setiap kesabaran ada ratusan kebahagiaan yang tidak terkira.
Lagi-lagi Alea hanya terdiam. Alea masih sibuk menangis, hatinya bahagia tapi ia juga merasa tersiksa. Saat ini ia benar-benar membutuhkan Hans, ingin memeluk laki-laki itu dan menangis sejadi-jadinya. Alea ingin memeluknya sekuat mungkin hingga mustahil bagi Hans untuk meninggalkannya. Menahan rasa rindu yang berkepanjangan memang hal yang sangat menyesakkan.
"I miss you Hans. Aku tahu perjalanan hubungan kita nggak mudah. Kadang aku merasa begitu kecil dan begitu lemah untuk melawan jarak dan waktu," Alea menghentikan ucapannya kemudian terisak kecil. Banyak perasaan yang bercampur aduk hatinya. Tapi saat ini hatinya terasa begitu sesak. Rindu yang ia tahan dalam beberapa bulan belakangan, saat ini rindu itu meluap hebat. Sialnya, Alea tidak tahu bagaimana cara meredamkan peraasaannya. "Tapi yang aku tahu, aku tidak bisa menyerah semudah ini" lanjut Alea berusaha menegaskan perasaannya.
"Aku tahu sayang. Semuanya memang nggak pernah mudah. Tapi jangan sampai perasaan yang seluas daratan dan rindu kita yang sedalam lautan bisa dikalahkan dengan masalah yang sebesar biji kuaci ya. Nggak peduli seberapapun jauhnya, asal kamu tetap menunggu, aku akan terus berusaha datang ke kamu. Karena itu kita nggak pantas menyerah," kata Hans berusaha menenangkan Alea.
Mungkin kata-kata Hans barusan bisa menenangkan perasaan Alea untuk sekejap. Tapi sebenarnya perasaan Hans jauh lebih berkecamuk. Disatu sisi ia begitu senang bisa pindah berlatih di Jakarta, dengan begitu ia bisa sewaktu-waktu menemui Alea ketika ada waktu libur. Namun disisi lain Hans juga merasa begitu rapuh. Ia benar-benar menginginkan adanya Alea disampingnya. Hans benar-benar merindukan Alea. Matanya yang berbinar saat tertawa, rambutnya yang basah setelah berlatih, gaya berjalan Alea sambil mengapit monofin ditangan kanannya, dan style Alea saat berdiri diatas start-block penuh percaya diri, terutama suara teriakan Alea saat Hans akan berlomba. Hans merindukan semua hal tentang Alea. Namun ia menyembunyikannya dari Alea, ia ingin terlihat kuat meski hatinya hampir meledak karena menahan rindu berkepanjangan.
"Babe, nanti aku telepon lagi ya kalau sudah sampe di Jakarta. Don't cry baby, masa aku udah berusaha pindah dari Medan ke Jakarta masih bisa bikin kamu nangis," ucap Hans ketika ia mendengar nomor penerbangan sudah diumumkan melalui pengeras suara.
"Aku nggak nangis sedih darl, I'm just too happy and I don't know how to show it. Call me first when you're arrived!"
"Hhaha, iya-iya babe. I'll call you first when I've touchdown to Jekardah, okay. Miss you darling." Hans mengakhiri percakapannya setelah memberikan kecupan disambungan telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Athletes Love
RomanceAlexis Andrea, kehidupannya berbeda dengan perempuan kebanyakan. Ketika perempuan lain sibuk berbelanja, memanjakan diri ke salon, berlama-lama nongkrong di cafe dengan banyak teman, ia justru menghabiskan waktunya di kolam renang. Membiarkan kulitn...