Tidak ada lagi tempat yang aman untuk menghangatkan diri kami dari cuaca sore yang menakutkan. Masih ada kemungkinan Hunters berada di pulau maupun sekitar pulau untuk mengawasi kami. Memang langit mendung dan matinya listrik di pulau ini menyebabkan jarak pandang sedikit terbatas, apalagi hujan deras ini hampir tidak terdengar akan mereda. Kami harus bersembunyi, begitu pikirku.
Aku memiliki sebuah tenda yang cukup untuk dua orang. Tenda itu aku simpan di daerah perkebunan, sehingga mudah bagiku untuk menggunakannya jika kuperlukan saat pergi ke hutan. Di sana juga sudah lengkap dengan sleeping bag. Di asrama, aku masih menyimpan tiga sleeping bag dan sebuah tenda lainnya yang juga berkapasitas sama. Aku mengajukan permintaan untuk mendapatkan itu pada Starlet, dan mereka memberikannya padaku sebagai penunjang tugasku.
Natasha hanya menurut kemanapun aku membawanya. Dia tidak melepaskan genggamannya pada tangan kananku sejak tadi. Dia bahkan tidak berbicara sama sekali. Aku rasa, dia masih sangat terpukul dengan semua kejadian ini.
Aku memutuskan kami bersembunyi di dalam hutan di timur akademi. Perkebunan dan peternakan telah hancur, tidak ada pekerja di sana yang selamat. Daerah hutan dekat peternakan tidak rusak, tidak juga terkena dampak dari ledakan bom di daerah peternakan, terutama hutan yang dekat dengan tembok. Mungkin itu sebuah kebetulan. Aku mendirikan tenda di sana. Kami pun berlindung dari hujan. Sayangnya, kami tak punya pakaian kering. Hanya sebuah sleeping bag yang bisa menghangatkan kami. Tapi, aku tak menggunakan itu. Aku membiarkan Natasha menggunakannya. Tubuhnya gemetaran hebat sejak 15 menit yang lalu.
Aku duduk di samping Natasha yang masih belum melepaskan tangan kananku. Dia bahkan tidak mau berbaring. Aku sungkan untuk berbaring saat dia dalam kondisi seperti ini. Aku memang tidak biasa mengeluh, dan aku juga orang yang selalu merasa sungkan karena rasa tanggung jawab yang tinggi, begitu kata Garuda. Akibatnya, aku selalu memaksakan diri.
Mungkin sudah lebih dari setengah jam kami diam seperti ini. Natasha sudah terlihat lebih baik, tidak lagi gemetaran karena kedinginan. Di dalam tenda ini memang hangat, tapi aku masih cukup kedinginan, setidaknya tidak sampai gemetaran seperti Natasha. Tapi, aku benar-benar butuh tidur atau sekedar membaringkan badan. Aku harus mengumpulkan tenagaku secepatnya untuk siap menghadapi situasi darurat apapun itu nantinya.
Aku melipat kedua kakiku di depan dada, lalu memeluknya dengan tangan kiri. Aku menaruh daguku di atas lutut, lalu aku melirik ke kanan untuk melihat Natasha. Kepalanya tertunduk dalam, sudah sejak kami meninggalkan tempat Janice dan Diana berbaring dengan tenang. Aku tidak ingin membaca pikirannya, itu buang-buang tenaga. Tapi, sejujurnya aku penasaran apa yang Natasha pikirkan saat ini. Sikapnya ini membuatku bingung. Aku bahkan tidak tahu harus berbuat apa untuk membuatnya merasa lebih baik lagi.
Tiba-tiba saja Natasha mengangkat kepalanya dan menoleh ke arahku. Aku terkejut karena sebelumnya aku terus mengamatinya hanya dengan lirikanku. Aku hampir saja salah tingkah, tapi aku tidak bisa mengalihkan tatapanku dari tatapannya. Sebelumnya, tatapan miliknya terasa amat kosong. Kini, tatapan miliknya terlihat lebih hidup dengan secercah harapan, ketegaran, dan keteguhan. Meski mata dan wajahnya masih terlihat sembab, tapi aku yakin dia sudah baik-baik saja.
Dia menggerakkan tangan kanannya yang tak lepas menggenggamku erat sejak tadi. Matanya sempat melirik ke arah tangan kami yang berada di antara kami. Dia mengangkatnya, menatap punggung tanganku selama beberapa saat. “Maaf, aku membiarkanmu seperti ini sejak tadi. Berbaringlah. Aku akan memulihkanmu.” Dia menatapku dengan tatapan iba.
Aku menggeleng. “Aku tidak apa-apa. Kamu berbaringlah dan beristirahat. Aku akan menjagamu sampai pagi datang,” kataku. “Aku bermaksud pergi ke bandara. Jika ada pesawat atau helikopter yang tersisa, aku bermaksud mengantarmu kembali ke Polandia. Jika tidak, aku bermaksud menggunakan radio di bangunan pengawas bandara dan pelabuhan,” jelasku. Aku tidak tahu harus membicarakan topik apa. Aku juga tidak tahu apakah Natasha masih mau berasmaku setelah ini. Tapi, aku sudah berjanji pada Janice dan Diana untuk melindunginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Starlet Academy [COMPLETED]
FantasySemua Unordinary atau Manusia Super berkumpul di akademi ini, di atas Pulau Starlet yang dibuat oleh Unordinary. Hunters memburu, menghancurkan, dan mengambil semua yang berharga bagi Tia. Pulau dan akademi itu adalah rumah yang dia miliki. Teman-te...