Author pov
Namira tak sengaja satu jalan dengan Alvin yang kebetulan sama2 ke kantor guru. Seperti tidak mengenal, seperti tidak ada kejadian pada malam itu, Alvin tidak menyapa Namira. Bahkan melihat pun tidak.
'gue ada salah?' tanya Namira dalam hati sambil melirik.
"Alv.." Alvin langsung berlalu sebelum Namira memanggil namanya sepenuhnya.
Setelah kembali dari ruang guru, Namira mengambil ponsel nya dari saku rok. Jari2nya menari di atas keypad.
Nam: Vin, lo kenapa?
Dia mengirim pesan untuk Alvin, karena menunggu lama balasan pesannya, Namira mengintip dari jendela kelasnya, karena kelas Namira dan Alvin terpisah oleh ruang UKS.
"padahal dia pegang hape, kok pesan gue gak di bales, sih, ck," kata Namira kesal.
"Nam, mau ke kantin?" tanya Didit. Namira menggeleng, "kenapa?"
"kalo iya, maksudnya gue mau nitip," jawab Didit.
"enak aja! Lo pikir gue babu?!" balas Namira berapi-api.
"weeess santai mbak, kok sensi, untung lo cantik, kalo marah masih ketutup muka jeleknya, " kata Didit.
"heh!" Namira memukul kepala Didit, "kalo mau muji orang yang ikhlas, gak ada ikhlas2nya muji gue," kata Namira kesal.
"lo kenapa Nam? Perasaan sensi amat," tanya Didit.
"argg!! Lo berisik banget Dit!" balas Namira sambil meninggalkan Didit.
"Nam!" panggil Didit, Namira membalikkan tubuhnya dan memasang wajah -apa?-
"ikut gue," kata Didit sambil menarik tangan Namira.
Alvin pov
'kemana ya Namira?'
"Didit bego! Mau kemana ih?" suara itu. Namira. Aku langsung menoleh ke arah sumber suara, benar itu Namira. Tapi..
Didit?
Aku tidak melihat ke arah mereka lagi, aku hanya melirik sekilas kemana mereka pergi. Dan, Didit memegang tangan..
Namira.
'tunggu, kok gue kesannya cemburu?'
Author pov
"gue tau kenapa lo kayak gini," tembus Didit.
"sotoy, udah gue mau balik ke kelas," kata Namira. Dengan cepat Didit menahan tangan Namira. "apalagi?"
"lo suka sama.." ucap Didit terputus, karena temannya memanggil.
"kenapa?" tanya Didit.
"makan kuy, mi becek buk jahat kuy," ajak Sean.
"eh Namira, kuy kuy," sambung Sean."ini lagi satu, apa kuy kuy," gertak Namira.
"garang nyoo ciwai gue," kata Sean.
"kenapa lo sama Namira?" lanjut Sean.
"gapapa, kebiasaan kepo gak bagus, udah ayok, " jawab Didit.
--
Setelah Namira meninggalkan kedua temannya tadi, dia kembali ke kelas sendirian dan harus melewati ruang kelas Alvin. Lebih tepatnya melirik ke kanan -kelas Alvin-.
Tak sengaja Namira melihat Alvin sedang memegang bahu Nur, merasa dilihati Alvin juga melihat Namira, lalu melepaskan tangannya dari bahu Nur -teman sekelas Alvin/teman Namira walau tidak terlalu dekat-.
"Nam! Ngapain bengong? Lagi liat doi ngerangkul cewek lain ya?" tanya Didit sambil merangkul Namira.
"apa deh, lepas tangan lo," kata Namira ketus.
"udah diem aja, dia ngeliat tuh," bisik Didit.
Benar saja, Alvin melihat ke arah Namira. Bukan, ke tangan Didit yang berada di bahu Namira.
Sean yang penasaran ingin bertanya ada apa, diurungkannya bertanya nanti saja. Karena Sean adalah cowok paling terkepo di kelasnya.
Namira sama sekali tidak melihat Alvin yang sedang memperhatikannya. Karena, bisikan setan dari sebelah kirinya agar tidak melihatnya.
"Nam, Dit! Coba lo berdua cerita, ada apa sebenarnya?" tanya Sean.
"gak semua," jawab Didit.
"apanya?" tanya Sean bingung.
"gak semua urusan lo, haha," Namira dan Didit tertawa bersama.
Masih dengan muka bingungnya, Sean heran sendiri melihat kedua tingkah temannya.
"gue gak kepo sih, cuma penasaran aja sama tingkah kalian tadi," kata Sean.
"bego! Sama aja kepo namanya," kata Nimira.
"lu juga kenapa Nam? Sensian terus, lagi pms?" tanya Sean.
"berisik!!" jawab Namira tajam.
**
Heyoo!! Maaf sedikit:( lagi gak enak nulis but maksa apdet lagi, gapapa yaaaaaaaaa😣😣
Vote dan komen tetap jalan yaa walopun kagak enak.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours
Teen FictionWarning!!! Cerita ini mengunsur typo berlebihan , jadi persiapkan mata kalian untuk membaca cerita ini. Terimakasih. REVISI SAAT CERITA SELESAI!! -- Alvin. Anak kepala sekolah yang keras kepala, tak ingin diatur, hidup dengan aturannya sendiri. Sa...