Mengambil minuman kaleng bersoda. Sava menyerahkannya pada Becky sehingga Ibu Aaron itu mengangguk berterimakasih. Becky pun melirik Sava, "Sepertinya kamu telah berubah banyak, Nak. Aunty kira kamu masih menjauhi yang namanya minuman keras."
"Hahaha, aku bukan yang dulu lagi, Aunty. Dan kau benar, aku memang telah berubah banyak untuk menjalani kehidupan ini."
"So," Becky memotong dan ingin menjelaskan maksud dari kedatangannya. "Aunty ingin besok pagi-pagi betul kamu ke rumah Aunty untuk menyiapkan Aaron sarapan."
Sava terkejut, "Pagi-pagi? Untuk apa? Dan, Sava 'kan tidak bisa masak, Aunty."
"Tenang saja, bukan itu maksud aunty. Karena besok yang memasaknya itu bukan kamu, melainkan Aunty. Namun, tugas kamu besok hanyalah memberikan ini pada makanan Aaron," kata Becky dengan menyerahkan plastik berisi bubuk berwarna putih.
"Apa ini, Aunty?"
226
"Itu adalah Hongzhizhu, obat dari china yang membangkitkan gairah seks bagi seorang pria. Jika kamu membubuhkan serbuk ini ke dalam makanan Aaron, maka Aunty yakin dia akan menerjangmu."
"Bagaimana kalau hal itu tidak mempan baginya? Terlebih, apakah gunanya aku melakukan hal itu? Bukankah tugasku hanya menjauhkan Aaron dari wanita tersebut?"
Becky melipatkan tangannya di dada, "Itu pasti akan mempan baginya jika kamu menambahkan suatu kelemahan Aaron pada saat nanti. Dan untuk gunanya memang tidak terlalu memberi dampak berarti, tapi yang jelas putra-ku akan merasa bersalah setelah dia tersadar atas kelakuannya terhadapmu."
"Disamping itu, Aunty akan mencoba menghubungi Lox agar gadis itu melihat kalian di dapur dengan alasan meminta tolong untuk mematikan kompor. Supaya dia melihat kalian berdua yang sedang melakukan hal tersebut. Dengan begitu, Lox dan juga Aaron akan segera berpisah dan rencana Aunty akan berhasil."
"Baiklah aunty," balas Sava dengan menganggukan kepala. "Dan siapa nama wanita itu tadi? Lox? Namanya memang terdengar seperti perempuan pelacur, hahaha."
Keduanya pun tertawa dengan senyuman yang mempunyai arti tersendiri.
***
Pria itu mengerang. Kemudian mulai membangkitkan dirinya untuk menyenderkan punggung agar dapat menyanggah tubuhnya.
"Kau sudah bangun?"
Pria itu menoleh. Ia menyipitkan mata dan sedikit terkejut, "Sava?" Perempuan yang bernama Sava itu mendekat. Di tangannya sudah ada secangkir kopi yang baru saja ia buat barusan. Awalnya minuman tersebut untuk ia minum sendiri. Namun pada akhirnya gadis itu menyerahkan kopi tersebut pada pria yang sekarang sedang duduk di sebelahnya.
"Terimakasih," jawab pria itu yang kemudian menghirup minuman tersebut dengan pelan. Sementara Sava yang melihatnya tersenyum dengan manis, "Sepertinya kau terlihat lelah."
227
"Entahlah. Tubuhku tiba-tiba saja terasa pegal."
"Mungkin kau terlalu menikmatinya, Aaron."
"Menikmati?" ulang pria itu lagi. "Menikmati apa?"
Sava menggeleng sambil tersenyum, "Tidak. Maksudku, kamu terlalu menikmati kopimu sehingga lupa kejadian yang tadi pagi," mendengar hal itu Aaron jadi semakin kebingungan. Namun Sava dengan cepat mencium bibir Aaron "Sudah lupakan saja."
Aaron tentu yang tidak tau apa-apa hanya menaikkan bahu tanda dia tidak peduli. Kemudian pria itu kembali menghirup kopinya yang masih terasa hangat.
Sementara Sava sendiri dia sedang mengulum senyum. Gadis itu seperti mendapatkan dua burung dalam sekali tembakkan, sehingga semua yang ia lakukan sangat menguntungkan dirinya. Maksudnya, selain mendapatkan uang dari Ibu-nya Aaron perihal menjauhkan putranya dari perempuan yang bernama Lox, Sava juga akan bisa kembali ke dalam pelukan mantannya itu.
"Kamu mau makan?"
Aaron melihat arlojinya. Ketika mendapati waktu yang menunjukkan pukul tujuh malam, laki-laki itu dengan segera membangkitkan dirinya dari tempat duduk. Sava dengan segera mencegat Aaron dengan menahan lengan pria itu, "Kamu mau kemana?"
"Aku ingin menghampiri calon istriku yang sedang berada di lantai atas. Sehabis itu, kami akan pamit pulang karena aku dan juga calon istriku besok akan pergi ke rumah sakit untuk mengecek kandungannya kembali."
"Lox tidak ada di atas," kata Sava membuat Aaron menatap gadis itu dengan pandangan penuh tanya. Kemudian Sava kini sudah berdiri di hadapan Aaron, "Tadi sehabis kamu ketiduran. Wanita itu sudah di jemput oleh seorang laki-laki."
"Tunggu-tunggu. Kamu kenal, Lox? Maksudnya, apakah kamu sudah mengenalnya? Karena aku rasa, aku belum pernah menceritakan nama calon istriku padamu."
"Aku tau dari Aunt Becky."
228
"My mom? Kok bisa? Bukankah kamu baru tiba di Amerika dua hari yang lalu? Dan, oh, aku baru ingat! Kenapa sekarang kamu ada disini?"
Sava yang ditanya bertubu-tubi seperti itu terlihat gugup, "A-anu. Aku, kemarin, pokoknya, ah sudahlah! Intinya, wanitamu itu sudah pulang bersama laki-laki lain. Mereka terlihat mesra sewaktu aku melihatnya. Kalau tidak salah, laki-laki itu bernama, uhm, Ryan?"
"Ryan? Oh brengsek!" rutuk Aaron dengan emosi. Laki-laki itu mengibaskan tangan Sava lalu pergi meninggalkan gadis itu untuk mencari keberadaan Lox saat ini.
Sementara itu ketika Aaron sudah hilang dari pandangan. Sava mengambil ponsel yang berada di saku celananya sambil tersenyum sinis. Dengan segera dia mencari kontak yang bernama Becky disana. Sesudah di dapatkan, Sava mulai menghubungi Ibu dari Aaron tersebut.
"Halo?" sapa Becky di seberang sana terlebih dahulu.
Sava yang baru sadar bahwa panggilannya sudah di jawab itu pun mulai berbicara, "Halo, Aunty? Maaf baru menghubungimu sekarang karena tadi aku terlalu sibuk. Dan mengenai rencana Aunty, aku sudah menjalankannya. Hasilnya sukses dan tidak ada yang kurang sedikitpun. Jadi, jangan lupa untuk memberikan sisanya padaku."
".........."
"Baik, Aunty. Tenang saja. Aku akan melakukannya kembali sekalipun tidak di bayar. Karena sepertinya, aku telah jatuh cinta kembali pada Aaron."
".........."
"Tentu saja! Kalau begitu sudah dulu ya, Aunt. Karena sepertinya aku harus balik ke hotel. Nanti kuncinya biar ku titip ke tetanggamu, ya. Bye aunty!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Work Good Love
FanfictionKalian bs follow aku lebih dulu agar bisa membacanya. Rated: (17+) ******* [Fanfict about Magcon] "Anybody can do bad work, but not everybody does good work." -Paul Simo...