Chapter 06

1.4K 155 3
                                    

Natasha tertidur karena kelelahan menangis bermenit-menit. Dia menangis karena dia tahu bahwa aku tidak bisa diselamatkan dengan cara apapun. Aku yakin, dia juga sudah tahu bawa kondisiku ini membuatku tak bisa bertahan sampai 6 bulan. Meski aku mengatakan padanya bahwa aku akan menjaganya, malam itu aku ikut tertidur. Bersyukur aku terbangun lebih dulu.

Matahari sudah hampir terbit. Aku bisa melihat langit yang berwarna biru lebih cerah dari jendela tenda yang kubuka. Aku tidak merasakan kehadiran apapun di sekitar tenda ini. Suasana akademi begitu hening, dan itu membuatku teringat bahwa kejadian kemarin bukanlah mimpi. Aku benar-benar tak menyangka bahwa di pulau ini hanya ada aku dan Natasha.

Tidak. Tunggu. Aku ingat bahwa ada 10 orang yang tidak ada di gedung akademi, tiga di antaranya sudah kutemukan, dan hanya Natasha yang bertahan hidup sampai sekarng. Itu artinya, masih ada 7 orang yang tidak ada di akademi ini. Aku harap, aku bisa menemukan mereka hari ini, sebelum siang. Aku tahu Hunters pasti akan datang, tapi aku harap mereka tidak datang pagi, melainkan siang atau sore, maka aku punya waktu untuk menemukan 7 orang lainnya.

Aku mendengar suara pekikkan elang yang amat khas. Aku bangkit dan keluar dari dalam tenda, meninggalkan Natasha yang masih tertidur. Langit di atas tenda ini tertutup oleh rimbunnya pepohonan. Tapi, ketika pekikkan elang itu kembali terdengar, aku pun tahu keberadaannya. "Tuan Garuda." Aku memanggilnya dengan Telepati. Dia pasti akan mendengarnya. Kondisiku sudah lebih baik, meski tenagaku belum banyak terkumpul.

Dedaunan pohon di atasku bergemerisik. Aku melihat bayangan melesat cepat menembusnya. Seekor elang berbulu emas terbang rendah ke arahku, melesat cepat seperti hendak menangkap mangsa di lautan. Sebelum dia mendarat, dia mengubah wujudnya menjadi manusia. Dia terlihat tidak baik. Ada beberapa luka di tubuhnya. Setidaknya, aku senang dia masih hidup.

"Kau terluka. Apa kau baik-baik saja?" Aku memeluknya.

"Itu pertanyaanku untukmu," katanya. Dia membelai punggungku saat kami berpelukan, lalu dia yang mendorong tubuhku untuk lepas. "Aku membawa kabar, baik dan buruk. Mana yang pertama kau pilih?"

"Buruk."

"Kau selalu memiliki pemikiran yang berbeda," gumamnya. Dia tersenyum, entah kenapa itu membuatku tenang. "Kabar buruk, para burung laut memberitahuku, bahwa Hunters akan tiba di pulau pada siang hari. Mereka mengirimkan begitu banyak orang."

"Ah, itu sesuai dengan harapanku," tanggapku. "Lalu?"

"Itu kabar buruk. Dan kabar baiknya, aku menemukan dua orang di daerah barat, dan dua orang di perbatasan selatan. Mereka murid akademi. Aku sudah memberitahukan yang lainnya untuk tidak menyerang siapapun, jadi mereka akan baik-baik saja sampai siang nanti. Karena itu, secepatnya kau harus mengumpulkan mereka."

Aku menganggukkan kepala. "Lalu, apa kau melihat tiga murid lagi?" tanyaku. "Di sekolah ini, ada 7 orang yang tidak ada di dalam wilayah akademi, empat diantaranya sudah kau temukan."

"Aku tidak tahu tentang tiga lainnya," jawabnya tanpa ragu.

Aku menganggukkan kepala. "Aku mengerti. Terima kasih banyak, Tuan Garuda. Aku merasa lebih tenang sekarang." Aku tersenyum padanya.

Dia mengangkat tangan kanannya, memberikan sebuah kantung dari anyaman ranting dan dedaunan. "Ini, buah-buahan yang berhasil aku kumpulkan sambil berkeliling. Makanlah ini sebelum kau pergi. Aku akan mengawasi pulau dari udara."

"Terima kasih." Aku menerimanya. "Bagaimana kabar lainnya?" tanyaku.

"Mereka terluka, tapi mereka baik-baik saja," jawabnya.

"Oh, iya. Apakah di bandara aman? Apakah ada pesawat yang bisa digunakan? Kalau kapal?" tanyaku.

"Tidak ada satupun kendaraan yang bisa kau gunakan untuk keluar dari sini," jawabnya dingin, tapi aku merasakan adanya kemurungan di sana. "Tapi, gedung pengawas bandara dan pelabuhan aku rasa masih bisa digunakan. Cobalah hubungi Starlet dari sana dan minta bantuan untuk menjemput kalian."

Starlet Academy [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang