Gemericik air sungai terdengar merdu waktu itu, berpadu bersama suara musik bernuansa Jepang. Ost anime kesukaan Raafi itu diputar lewat handphone numerik miliknya. Ending anime season 1 dari anime paling populer kala itu. Sore hari tepatnya, ketika Raafi sedang mandi di sungai sendiri. Handphone numerik itu dimasukkan ke plastik waterproof khusus agar tidak basah saat dibawa ia mandi di sungai itu.
Raafi memang cowok aneh, walau ia sebenarnya sudah berumur 16 tahun, namun imajinasinya masih seperti anak-anak. Seperti namanya Raafi dengan double huruf "a" yang artinya kilauan halilintar dalam bahasa arab. Bayangkan saja sebuah halilintar yang terlihat di langit sewaktu hujan. Sekilas cahaya yang hanya datang sesaat, namun ia terlalu menghiperbolakan suaranya. Begitupun juga dengan si Raafi, dia sedang berimajinasi dengan alam sekitar seakan-akan dia sedang berada di pemandian surga bersama 7 bidadarinya.
"Kimochi" sahut Raafi saat berendam di sungai itu.
Sekitar jam 17.15 di bulan Juli musim kemarau. Suasana sungai saat itu memang sedang nyaman nyamannya. Semilir angin yang menengkan, air sungai yang mengalir jernih menyegarkan, dan tontonan akrobatik burung sriti memenuhi langit sore berpadu dengan suara musik dari mp3 player HP numeriknya.
"Ahhh, nyaman memang ya? Seperti surga dunia saat ini" gumam Raafi
Beranjak dari tempat rendamannya, Raafi mengambil shampo yang ia letakkan di atas batu sungai yang lumayan cukup besar. Ia menuangkan cairan lembut di dalam botol itu dan langsung mengusapkan ke rambut hitamnya.
"Hmmmm, aromanya wangi sekali" gumamnya lagi.
Diambilnya botol sabun cair dan busa mandi di atas batu besar tadi. Raafi mengusapkannya ke seluruh tubuhnya.
"Lembut sekali, seperti ini mungkin ya sentuhan bidadariku kelak saat memandikanku. Mungkin lebih lembut lagi" gumamnya lagi sambil menikmati usapan busa itu dengan tangannya sendiri.
Hanya mengenakan pakaian dalam bagian bawahnya saja ia mandi kala itu. Beranjak lagi Raafi ke tempat favoritnya berendam. Memang tempat itu sengaja dibuat Raafi untuk berendam. Dengan kedua tangannya ia memindahkan kerikil dan batu kecil lainnya dan di bentuk sedemikian rupa agar nyaman untuk berendam waktu itu. Kini ia tinggal menikmatinya saja.
Dimasukkan badannya ke air dan hanya menyisakan kepalanya yang masih penuh dengan buih shampo.
"Selamat tinggal buih sabun, terimakasih telah membersihkanku dan membuat wangi aku" kata Raafi
"Sekarang tinggal kamu buih shampo, sedih rasanya saat berpisah denganmu. Kenangan bersamamu akan selalu aku kenang. Kau yang melembutkan dan mengharumkan rambutku, walau hanya sesaat caramu memperlakukanku itu sungguh luar biasa"
Dicelupkan kepalanya ke air dan diusapnya juga rambut itu. Kini buih itu sudah benar benar hilang hanyut terbawa air sungai. Diangkat kepalanya dan langsung si Raafi berkata
"Selamat tinggal kalian buih sabun dan buih shampo, selamat jalan, Sayounara" sambil mengangkat tangannya
Lanjut Raafi berendam kembali. Ditutup kelopak matanya, dan ia pun kembali berimajinasi. Dalam suasana yang nyaman itu, Raafi seakan akan berada di pemandian yang istimewa. Sambil senyum sendiri ia membayangkan 7 bidadarinya datang menemani ia mandi.
Ahhh, seperti ini mungkin di surga kelak aku kan merasakan secara nyata pikirnya berbisik.
Sekitar 5 menit Raafi menikmatinya, ia mengakhiri mandinya. Menuju ia ke batu besar tadi dan diambilnya handuk. Setelah mengeringakan badannya ia memakaikan handuk itu di pinggannya melingkar. Tak lupa ia mencopot celana dalamnya dan mencucinya bersama pakaian kotor lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Sketsa Raafi
Teen FictionKehidupan itu layaknya buku gambar. Selalu ada halaman kertas putih baru yang masih kosong. Kau ingin menulis, menggambar, ataupun melukis itu pilihan. Menuangkan berbagai imaji ke dalamnya setiap waktu.