Tata menikmati sapuan sinar matahari pagi di jendela kelasnya yang kian berdebu. Menatap kelas yang kosong dari kursi guru ternyata rasanya cukup aneh, apalagi dengan suasana sunyi yang tidak mengenakkan ini. Saat ini Iman dan Silvia tengah mengecek kelas Rizky yang mereka ketahui tidak hadir dalam sholat subuh tadi. Sekali lagi pembunuhan terjadi; sekali lagi Guardian gagal melindungi. Namun demikian, setidaknya, Apprentice Seer mereka masih hidup dan aman.
Ada sesuatu di dalam loker meja guru yang Tata yakini akan membantu Villager jika ia menggunakannya dengan benar. Tata tahu Syarifah berbohong dengan menggelengkan kepalanya dua hari yang lalu—dan bagaimana ia bisa mengetahuinya, adalah karena ia sudah mengenal Syarifah dengan baik, dan juga: dia sendiri berbohong.
Ia menarik sedikit laci itu. Benda itu terselubung dalam bayangan, tak terlihat karena meja menutupi cahaya yang menyelusup masuk. Tata harus berpikir matang—ia tak boleh plin-plan, tak boleh egois. Harus ada bukti. Kiranya Tata sudah tahu Werewolf yang tersisa tidak hanya satu—Nesya, seperti yang teman-temannya pikir—karena semalam ia mendengar bunyi langkah kaki bersahutan dari seberang kelasnya.
"Ta," terdengar sebuah suara dari pintu kelas, "gak makan? Udah pada ngumpul di kantin lho."
Tata buru-buru menutup lacinya, menghadap ke arah Syarifah yang menatapnya bingung. Tata mengangguk, "Yak, bentar. Ngambil hape."
Dua menit kemudian mereka sudah berada di kantin, duduk bersebelahan dengan Yunda dan Silvia di salah satu meja kosong. Kedua siswi itu tampak muram; yang satu karena teman dekatnya dibunuh tepat di depan matanya secara kejam dan lambat, yang satu karena gagal menemukan Werewolf malam ini. Mereka memakan sarapan mereka dengan tak bersemangat.
Yunda menatap kosong piringnya yang masih terdapat setengah porsi makanan di atasnya. Dirinya tak habis pikir sejak semalam, bahkan Pipit, yang juga melihat isi layar Yunda tadi malam. Mereka kelewat heran melihat tanda silang merah muncul di bawah nama Nesya. Mereka diliputi kebingungan; bagaimana bisa Werewolf dan non-Werewolf ditempatkan dalam kelas yang sama? Apakah situs itu error sebagaimana ia menampilkan nilai yang salah ketika mereka melaksanakan try out?
"Gak nemu, Yun?" Tata berucap setelah menelan suapan keduanya.
Yunda mengangguk lemah, "Iya," katanya. Lalu ia menegakkan tubuhnya, menatap teman-temannya, penuh harapan akan sebuah jawaban. "Eh, ada ngga si peran yang bikin Werewolf ga ketauan kalo dia Ww? Atau kalo Villager ditunjuk Seer dia jadi Ww?"
Ketiganya bertolehan. "Taunya yang itu, sih, yang Villager, kalo dipilih Seer, Moderator bilangnya Seer berhasil nemuin Ww. Lycan itu lho, inget ga? Dulu awal-awal kita main kita pake, terus kita pikir dia ga begitu guna, jadinya ga kita pake lagi," jelas Silvia panjang lebar.
Yunda lanjut memakan makanannya, bergumam dalam hati dengan rasa bersalah, bahwa mungkin Annisa adalah seorang Lycan dan ia telah membunuh seorang Villager secara tidak langsung... Satu orang lagi mati sia-sia. Kematian Annisa adalah sama dengan kematian Ezha, Daniel, Rindang, yang lain...
Yunda dikejutkan dengan sebuah tepukan di pundaknya. Ketika ia menoleh, terlihatlah Nesya yang tengah menatapnya, mengacuhkan tatapan heran dari Syarifah dan yang lainnya. Nesya menepuk-nepuk pundaknya lagi, namun kali ini disertai dengan sebuah kalimat; "Pinjem Yunda-nya bentar."
Mengangkat bahu, ia meninggalkan teman-temannya yang telah memakan kembali sarapannya, mengikuti Nesya yang melewati pintu pembatas antara kantin dan koperasi, kemudian berdiri di persimpangan dekat kelas mereka yang nyaris terlupakan; 9D. Di sana Nesya mulai memelankan suaranya dan melirik ke sana kemari untuk memastikan tak ada penguping.
KAMU SEDANG MEMBACA
[completed] CURSED CLASS: WEREWOLF GAME
Детектив / Триллер[Highest rank: #37 in Mystery/Thriller] 'Kelas Terkutuk dalam Angkatan Terkutuk' selama ini hanya diucap dalam anggapan konyol; beberapa mungkin menganggapnya serius namun dalam konteks lain, seperti 'Adek kelas wisata kita kok nggak?' atau 'Bangkek...