M&M -15

36 12 13
                                    

"Orang-orang yang kayak gitu tuh yang brengsek." -Sello

{***}

4 tahun sebelumnya.

"Lo Monic? Yang deket sama Jim? Gue ingetin ya, jauh-jauh lo dari Jim. Dia itu calon pacar gue," gertak seorang perempuan berbadan ramping.

Monic yang tadinya sedang bersantai menikmati makanannya, langsung mengangkat wajahnya dan menatap perempuan itu dengan datar.

Plak.

Pipi Monic terasa perih dan panas disaat yang bersamaan. Perempuan tersebut menampar Monic dengan kencang. Monic memegangi pipinya.

"Gak usah natap gue begitu. Gue ini senior lo, hargain!"

"Ssh, mau gue hargain berapa? Seribu? Dua ribu?" tanya Monic dengan nada dingin. Perempuan tersebut tergagap sebentar.

"Heh, gue serius! Setidaknya lo tundukin kepala lo kalo ada senior!" bentak perempuan tersebut dengan lantang. Monic kembali memandang perempuan tersebut dengan remeh.

"Senior itu masih satu derajat sama juniornya. Mereka bukan raja, bukan Tuhan juga, kenapa harus tundukin kepala?" balas Monic dengan tenang. Perempuan senior tersebut menatap tajam Monic.

"Oh gue tau, mau kasih ucapan berbela sungkawa ya? Jadi kayak yang dipemakaman-pemakaman gitu. Yang kepalanya ditunduk-tundukin. Iya 'kan?" lanjut Monic yang sekarang sudah balik menatap tajam perempuan tersebut.

Saat ini mereka tengah ditonton oleh ratusan pasang mata. Perempuan tersebut melihat keadaan sekitar dengan gugup. Ia membasahi bibirnya yang mulai terasa kering.

Anjir, tau gini gue gak usah labrak dia. Yang malu 'kan gue juga, batin perempuan tersebut.

"Kenapa kok diem? Kalo misalnya udah gak ada yang mau-"

"MONIC!"

Seseorang memotong perkataan Monic. Monic menoleh keasal suara dan Monic menemukan kalau Jim sedang menggertakan rahangnya, seperti sedang menahan marah.

"Lo apain Riri?" Pertanyaan yang Jim lontarkan seperti bom didalam hati Monic. Jim tidak biasanya seperti ini.

Monic sedikit melirik kearah Riri, perempuan yang melabrak Monic. Tampak Riri tengah tersenyum miring kepada Monic. Monic mendengus.

"Lo gak mau tanya sama cewek lo?" Monic kembali melontarkan dengan pertanyaan. Jim segera berbalik dan menatap Riri, seakan-akan seperti meminta penjelasan.

"Tadi Monic tiba-tiba ngalangin jalan aku, terus dia bilang gak usah deket-deket sama kamu lagi. Pas aku jawab, aku malah ditampar sama dia. Perih," dusta Riri sambil tangan kanannya memegangi pipinya.

Jim kembali menatap Monic. Kali ini, Jim menatap Monic dengan datar, "Kalo gak suka gue deket sama Riri, gak usah main tangan sama dia. Harusnya gue yang lo tampar," ucap Jim dengan dingin.

Monic membalas tatapan Jim tak kalah datar, "Gitu? Lo lebih percaya sama Riri daripada gue? Inget Jim, gue ini temen pertama lo waktu lo baru masuk disini. Gue gak nampar dia, yang ada dia yang nampar gue. Apa yang dia bilang itu bohong."

Monic & Memories✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang