Part 2

14 2 1
                                    

Setelah kejadian dimana Juan, sang pemilik tatapan elang tersebut memerintah Rio yang merupakan teman tongkrongannya sekaligus anggota panitia yang berjabat dibawahnya untuk menghantarkan 'mahasiswi baru' menghadap dirinya.

Yap, Juan sudah mengetahui bahwa Cia, 'pemilik nama mahasiswi terlambat' tersebut melalui Mika-ketua piket Ospek- yang melihat Rio membantu mahasiswi baru yang terlambat dengan mudahnya bisa masuk gerbang.

Padahal tadi Juan merasa sudah mengatakan dengan sangat jelas kepada 'petugas piket' yang sudah ditugaskan hari itu juga.

"Mau ngapain coba Rio bantuin mahasiswa baru? Modus aja terus tuh anus tokek. Argh bodo ga tau, nambahin tugas Gue aja", batin Juan.

➖➖➖➖➖

Rio hanya bisa menghela nafas panjang saat Juan sudah berpidato untuk menyuruh dirinya membawa mahasiswi baru yang ada di belakang dirinya saat ini.

"Lo udah dengar omongan Juan kalo dia mau Lo ke ruangan dia sekarang?", Desis Rio sambil menghadap ke arah belakang menatap Cia yang sudah menundukkan kepalanya. Ah, dia ketakutan-batin Rio

Cia hanya bisa menunduk sambil berusaha menganggukan kepalanya, sebagai tanda bahwa dirinya sudah mengerti apa yang sudah disampaikan oleh Rio.

Rio mengulas senyumannya untuk berusaha mengusir ketakutan gadis yang ada didepannya sekarang.

"Yaudah, ayo Gue anterin. Tapi jangan nunduk terus dong, nanti malah kesandung lagi", Ucapnya sambil terkekeh pelan berusaha mencairkan suasana.

Cia mendongakkan kepalanya dan tepat, Cia menatap lurus eyesmile Rio yang sangat menarik menurut Cia, Karena jarang ada laki-laki yang memiliki eyesmile semanis itu.

"Ayo", Ajak Rio yang entah kapan sudah berjalan menjauhi Cia yang masih mematung berdiri di samping pintu.

Dengan berat hati, Cia harus mengikuti Rio untuk menghadapi serta memberikan penjelasan kepada Juan.

Sebenarnya, Cia tidak terlalu asing saat mendengar nama 'Juan' dan suara laki-laki tersebut yang sangat dirinya kenal. Ah, mungkin kebetulan mirip, doain aja bukan deh- ujarnya dalam hati.

Disinilah Cia dan Rio sudah berdiri didepan pintu kaca yang diatasnya bertuliskan 'Ruang Rapat'.

"Sudah sampai, Gue tinggal dulu soalnya masih mau bantu di Aula. Oiya, Gue mau kasih tau aja sih kalo Juan itu 'Ganas' sama mahasiswi yang terlambat", Ujarnya sembari terkekeh kecil sebelum benar-benar pergi.

Cia hanya tersenyum tipis dan mengucapkan terima kasih kepada Rio yang sudah membantunya.

Dengan keberanian yang minimum, Cia berusaha mengetuk pintu tersebut sebelum membukanya.

Yah, inilah Felicia walaupun dirinya merasa jengkel , ataupun marah kepada seseorang ia tidak pernah melupakan sopan santun serta attitude yang sudah diajarkan Mama-nya kepadanya.

"Permisi Kak", Cia memberanikan untuk membuka suara saat dirinya baru saja masuk kedalam ruangan Ketua Panitia Ospek yang terkenal dengan tatapan menusuk dari mata hazel elang laki-laki itu.

Cia terus saja menundukkan mukanya, membiarkan poni tipis didepan dahinya dan rambut panjang coklat gelapnya yang diikat kepang dua turun menutupi sebagian wajahnya.

Cia tidak berani menatap kakak tingkat yang ada didepannya sekarang. Akibat kecerobohannya membuat dirinya harus berhadapan langsung dengan pemilik suara bass dan berat tersebut.

'Suara itu' , Jerit hati kecil Juan saat mendengar kata yang keluar dari bibir gadis yang kini berada didepannya sambil menundukkan kepalanya, seolah mengatakan bahwa dirinya tidak berani untuk menatap dirinya.

"Angkat wajah Lo, apa begitu bicara dengan senior dengan cara menundukkan kepala?, Jika bicara dengan seseorang tatap matanya bukan menunduk", Ucap Juan secara tegas sembari berdiri dari tempat duduknya dan meletakkan semua document pentingnya.

Juan kali ini mencoba membuktikan bahwa gadis ini 'dia' yang Juan rindukan atau bukan.

Cia berusaha mengangkat wajahnya, memberanikan diri menatap sang senior. Mata bulatnya berwarna coklat terang berpapasan dengan sang pemilik mata elang tersebut.

'Benar ternyata itu 'dia' pemilik tatapan teduh itu' ,Jerit batin kecil Juan

'Astaga, sial!', Teriak batin Cia.

Rasanya Cia ingin mati saja ketika tahu laki-laki bertubuh tegap yang tengah berdiri didepannya ini adalah Juan Raffaela Wicaksono.

Mengapa Cia bisa mengenali laki-laki tersebut? Oh, Tuhan perempuan mana yang tidak bisa mengenali secara lengkap sosok yang sudah masuk ke dalam masa lalunya kemudian sekarang kembali ditakdirkan dalam situasi yang tidak konkret seperti ini?

And yeah, Juan itu Cia ex boyfriend.
Juan atau yang dulunya sering sekali Cia panggil dengan nama panggilan 'Raffa'. Sebenarnya menurut Cia, dulu pada saat Cia menjalin hubungan dengan Juan itu hanya semata-mata sebagai 'Cinta Monyet'.

Iya Cinta Monyet. Kenapa? Karena pada saat Juan dan Cia masih 'pacaran' ,Mereka baru menginjak kelas 5 Sekolah Dasar. Juan yang secara terang-terangan 'menembak' Cia, pada masa itu Juan menyuruh salah satu temannya untuk memberikan Cia sebuah surat berwarna pink lengkap dengan amplop berwarna senada dan pita berwarna putih di belakang amplop tersebut.

Dimana isi dari salah satu kalimat surat tersebut bertuliskan
"Hai Cia, Ini aku Juan dari kelas 6, setelah pulang sekolah kamu ada tugas? Aku tunggu di kursi belakang ya".

Dengan polosnya Cia datang setelah jam sekolah usai, Cia hanya mematuhi perintah dari isi surat tersebut yang berasal dari kakak kelas paling bandel seantero sekolah.

Singkat cerita, Cia dan Juan akhirnya 'jadian' tepat di taman belakang sekolah, dibawah rindangnya pohon mereka menjalin 'cinta monyet'. Namun, tidak lama dihubungan mereka, Cia dan Juan akhirnya putus hanya gara-gara Juan yang harus lulus sekolah dan pindah sekolah.

Hal ini disusul oleh salah satu teman Cia mengatakan kepada Cia bahwa Juan memberikan 'lolipop' kepada perempuan satu kelasnya yang mendukung Cia untuk memutuskan Juan.

Cia berusaha mencari Juan pada saat perpisahan sekolahnya untuk meminta penjelasan. Namun, nihil hingga 7 tahun lamanya Cia tidak bisa menemukannya.

Setelah kejadian tersebut Cia terus menutup diri dari 'laki-laki' karena menurutnya sama saja, semua laki-laki akan memiliki cinta yang bisa 'basi'.

'Ga akan pernah ada yang namanya cinta itu abadi',pikir cia.

Juan sudah sangat berubah, menjadi pribadi yang lebih kuat, tegas dan terlihat cool dibandingkan pribadi Juan dulu pada masa 'Sekolah Dasar' yang sangat awut-awutan dan proporsi badan yang kurus.

Cia menatap laki-laki yang memiliki tubuh jangkung, mata elang berwarna abu-abu gelap, pundaknya yang tegap, lengannya yang sudah sedikit terbentuk otot-otot serta urat kekar yang ada di tangannya yang mulus didukung oleh dadanya yang berubah menjadi lebih bidang ah, mungkin hangat jika dipeluknya.- Apaan sih, sadar Cia!

Yah walaupun pada aslinya Cia dan Juan belum putus secara resmi. Tetap saja Cia merasa kesal dan tidak ingin bertemu laki-laki yang sekarang ada didepan dirinya, matanya yang tajam menatap lurus kearah Cia.

.
.
.
.
.
Hellaw
Update? Yes or yes?
Ditunggu yaw^^
Votement✨

Salam Author

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 13, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Juan Lover's.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang