#5 Gue Gak Bisa

32 5 0
                                    


Happy Reading :)

Adira berharap disini Rendra berniat mau membantunya menceritakan hal itu. Tetapi harapannya musnah, Rendra tidak keluar dari kamarnya sejak 10 menit yang lalu. 

Dengan niat memperpanjang  waktu, Adira membawa kedua kawannya itu ke dapur untuk mengambil makanan dan minuman. Biasanya, Dhita dan Shita akan lupa sesaat jika sudah dihadapkan dengan berbagai makanan dan minuman tetapi ternyata sekarang tidak

Adira menelan salivanya dan berusaha menghirup oksigen banyak-banyak, "Kalo lo berusaha buat kita lupa, lo gagal Dir",

Kriettt 

Dhita, dan Shita duduk di atas kasur yang dibalut dengan kain bergradien hitam putih itu sambil menyantap sesuatu yang sudah mereka bawa itu, sedangkan Adira ia berdiri berjalan kesana-kemari mencari ketenangan

Adira mengusap wajahnya dengan gusar "Gue ga tau harus mulai darimana"

Tak secepat ini dia menceritakan semuanya kepada orang lain. Yang Adira inginkan adalah tak ada seorang pun selain keluarganya yang mengerti tentang masa lalu itu.

"Lo belom siap?" Tanya Dhita pada akhirnya,

Adira hanya mengangguk. Tangannya masih setia mengusap-ngusap wajah manis itu,

"Separah itu Dir?" akhirnya Shita berbicara juga. Ia mulai tadi hanya fokus kepada makanannya saja. Maklum Shita si perut karet,

"Kalo lo nanya gitu pasti jawabannya iya dodol" Dhita menoyor kepala adeknya itu. Tentu saja yang dialami Adira sangat parah jika tidak parah mana mungkin Adira sampai pergi ke Jepang,

"Dhita bener"

"Yaudah kalo lo bingung harus mulai darimana,gimana kalo kita yang tanya-tanya ke lo. Lo bisa pass ke pertanyaan selanjutnya kalau misalkan lo masih belom siap njawabnya. Setuju?"

Adira menimang-nimang usul Dhita. Ia berpikir sejenak dan akhirnya ia menyetujuinya,

"Pertanyaan yang pertama, apa ini semua da sangkut pautnya sama Rico?" Dhita yang memulainya,

"Enggak ada sama sekali" jawab Adira dengan tenang. Sebenarnya ia berusaha untung tenang tidak panik dan mungkin detik ini ia berhasil,

"Emm okee, sekarang giliran gue" sahut Shita,

"Gue yakin lo ke Jepang pasti bukan gara-gara nenek lo kan?" sambungnya,

Deggg... Adira mulai panik. Ini pertanyaan yang akan menjurus ke semua aspek permasalahannya. 

Oke Adira calm down. Tarik nafas buang

"Iya,emang bukan itu alesannya"

Shita membuang nafasnya perlahan. Dilihat dari wajahnya Shita nampak puas. Yang ia pikirkan selama ini ternyata benar. Ada masalah di balik perginya Adira ke Jepang satu tahun yang lalu,

"See, firasat gue selama ini bener. Lo sih Dhit ga percaya ama gue"

Dhita menatap adiknya tak percaya. Dulu Dhita selalu mengabaikan perkataan Shita. Dhita selalu pergi jika Shita sudah membahas firasat tidak enaknya itu.

Sebenarnya ada yang percaya dengan firasat Shita. Dia Rico. Rico mendengar pembicaraan anak kembar ini. Mulai saat itu Rico mencari tau alasan kepergian Adira. Ia mencari informasi mulai dari guru-guru sekolah hingga orang-orang terdekat Adira yang Rico tau. Tapi tetap saja,semua orang bilang jika Adira hanya ingin menjaga neneknya. Sejak saat itu Rico putus asa dan mencoba untuk mempercayai fakta,

Pandangan mata Dhita beralih ke Adira. Oke sedikit demi sedikit kebenaran telah terugkap,

"Terus kenapa?",

"Gu-gu e pass" jawab Adira dengan gagap,

"Pliss Dir. Come on. Gue bener-bener penasaran" Paksa Shita dengan mengguncang bahu Adira,

Adira hanya bisa menunduk. Tak bisa menatap mata sahabatnya itu,

"Shitaa" 

"Taaa"

"SHITA UDAH!!!" 

"Kan perjanjiannya kita gaboleh maksa Adira" Bentak Dhita kepada Adiknya itu. Shita terus saja berusaha memaksa Adira untuk segera menceritakan semuanya,

Shita melepaskan tangannya pada bahu Adira. Ia terdiam. Ia takut jika kakaknya sudah membentak seperti ini,

"Oke mending kita ke pertanyaan selanjutnya aja"

"Kenapa lo bisa sama Rendra?. Omaigat Dir bahkan lo serumah sama Rendra." 

"Rendra sepupu gue. Gue sekarang tinggal disini"

"Kenapa lo tingg-"

Pertanyaan dari Shita terpotong oleh suara pintu terbuka. Ternyata Rendra lah yang membukanya,"Ehh iya gue lupa kalo ada kalian. Maap ya tiba-tiba buka pintunya"

"Ada apa bang?" tanya Adira menanggapi Rendra,

"Ohh itu loh, dibawah ada temen kamu. Kayaknya dia sekelas deh sama kamu?"

"Cowok apa cewek?"

"Cowok. Yaudah ya lo samperin gih kasian kan nunggu" Rendra menutup kembali pintu berwarna putih itu.

Mereka saling tatap seakan-akan pemikiran mereka sama. Mulut ketiga perempuan itu mengucapkan satu nama, Rico.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Pendek ya.. Maapkan

maaf kalo ada typo.

Jangan lupa voment❣️

Terimakasih

#shapak 


03/06/17


ADIRA'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang