5

18 2 10
                                    

Reno mempelajari berkas-berkas untuk persidangan yang akan dilaksanakannya besok. "Ck!" decak Reno lalu menutup lembaran berkas tersebut. Zaman semakin edan...pikirnya. Bagaimana tidak, sekarang marak kasus tentang anak yang melaporkan orangtuanya ke pihak berwajib hanya karena masalah harta. Mereka seharusnya berfikir betapa beruntungnya karena orangtua meraka masih tetap hidup. Jangan kan untuk bersyukur akan hal itu, mereka justru melaporkan orangtuanya ke pihak berwajib. Melupakan jasa orangtua yang selama ini membesarkan mereka hanya karena sebuah keserakahan. Reno memijat pangkal hidungnya lalu menghembuskan nafas dengan kasar.

"Udah nak, istirahat dulu..."

Reno menoleh dan mendapati Anjani yang tersenyum padanya. Lalu matanya beralih ke atas meja kerjanya yang berantakan oleh berkas-berkas tersebut. "Diminum dulu tehnya mumpung masih anget..." ucap Anjani sambil melirik ke arah secangkir teh yang mengepulkan asap. Reno kembali menoleh ke atas meja dan mendapati ada secangkir teh yang menanti untuk dia minum. Reno tersenyum sebelum meraih cangkir tersebut dan meneguknya. Rasa hangat menjalar ditenggorokannya dan aroma teh yang menguar merasuki indera penciuman membuatnya kembali rileks.

Masih dengan senyuman yang menghiasi wajahnya, Anjani menarik kursi yang berada tepat di seberang Reno sehingga kini mereka duduk berhadap-hadapan dengan meja kerja sebagai penghalang diantara keduanya. "Dua hari lagi acara haul Ayah..."gumam Anjani.

"Iya Nda, Reno masih ingat," Reno kembali meletakkan cangkir tersebut ke atas meja sebelum melanjutkan ucapannya, "Reno udah siapan semuanya."

Anjani tersenyum, Reno memang selalu bisa dia andalkan dalam hal ini. Setiap tahun memang selalu Reno yang menyiapkan segala hal terkait acara haul untuk Arman. "Bunda pengen ngomong sesuatu sama kamu..."

"Dari tadi kan Bunda ngomong sama aku."

Anjani terkekeh. "Maksud Bunda...Bunda pengen nyampein sesuatu." Anjani memperhatikan garis wajah Reno. Reno yang tumbuh dewasa mewarisi garis wajah tegas dari sang Ayah. "Bunda pengen tahun ini kita nggak cuman memperingati Ayah kamu nak, Bunda pengen...pengen ngerayain hari lahir kamu."

Reno menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi dan menundukkan kepalanya, "Bunda tau kan Reno nggak mau..."

"Bunda tau nak. Tapi ini sudah lebih dari dua puluh tahun dan tinggal dua hari lagi umur kamu sudah dua puluh tujuh tahun. Perlu waktu berapa lama lagi untuk menyembuhkan luka di dalam hati kamu?"

"Nda....semua itu tidak semudah itu."

"Dengerin Bunda nak. Kehidupan itu ada suka dan duka, mereka datang silih berganti tapi kadang kala mereka beriringan di waktu yang sama. Ketika suka dan duka itu datang bersamaan bukan berarti waktu ingin mempermainkan perasaan manusia. Waktu menunjukkan kepada kita, apapun yang terjadi di dalam kehidupan ini, kita patut bersyukur atas apa pun yang telah ditetapkan Tuhan untuk kita."

Reno tercenung, dirinya menatap Anjani yang bergerak ingin bangkit dari tempat duduknya sekarang. "Kayaknya udah kemaleman, Bunda mau tidur dulu. Kamu jangan begadang ya nak." Reno mengangguk tanda mengiyakan lalu Anjani mengecup kening Reno sebelum meninggalkan ruangan tersebut.

.

.

**

"Aamiin...." Reno mengusap nisan yang bertuliskan Arman Khalid Ibrahim tersebut. Dia tersenyum ketika mengingat setiap kenangan yang terjadi antara dirinya dan Arman, ayahnya. Betapa bahagianya dia dan Ayahnya ketika menyambut Ayu untuk pertama kalinya lahir ke dunia ini dan hadiah-hadiah yang selalu Ayahnya berikan setiap Reno merayakan ulang tahunnya.

Reno menarik nafasnya dengan berat, dirinya mengingat permintaan Anjani untuk merayakan kembali hari ulang tahunnya. Ini bukanlah pertama kalinya Anjani meminta hal seperti itu kepada dirinya. "Reno harus gimana Yah? Reno nggak pengen ngecewain Bunda lagi tapi Reno juga nggak mau ngelakuinnya."

Reno menundukkan kepalanya untuk beberapa saat. Dirinya bingung apakah kali ini harus menolak permintaan Anjani lagi atau mengabulkannya. Ketika dirinya kembali menegakkan kepala, tak sengaja matanya menangkap seseorang yang berdiri tidak jauh dari tempatnya sekarang namun wajahnya tidak begitu jelas terlihat dari posisi Reno berada sekarang. Terlihat orang tersebut sedang memperhatikan Reno dari tempatnya berdiri.

.

.

**
27/03/2017

Hai...! Lama tak bersua 😂 sebelumnya aku mau ngucapin 'selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankannya 🎉😊'

Jika ada yang menunggu cerita ini...heem...maafkan dakuh yang nggak pernah update lagi beberapa bulan terakhir ini. Mau gimana lagi, tugas negara lebih posesif dari doi 😌

Yaudah ya...kepanjangan yaa 😂 happy reading guys dan semoga masih suka 😶

Time to HealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang