*Kita pun berkeliling kota dengan Aka sebagai pemandu perjalanan ini. Sungguh melalahkan tetapi menyenangkan. Dan di akhir jalan-jalan, Aka membawaku ke sekolahnya*
Kita berada di depan gerbang SMAnya Aka "Ini dia SMA yang aku jalani sekarang" Aka sambil menunjuk bangunan sekolahnya.
"SMA Martix 1 ya? Apakah di wilayah seluruh sekolah menggunakan nama Martix dan disertai angka dibelakangnya?"
"Benar sekali. SMA Martix 1 inilah yang paling unggul dan terbaik se Kota Martix ini"
"Ini hari libur jadi sekolah ditutup. Kecuali jika ada suatu event atau kegiatan-kegiatan lain, sekolah akan dibuka"
"Sama saja dengan sekolahku ya..."
"Ngomong-ngomong hari sudah hampir petang Mizuo, sebaiknya kita pulang. Oh! Kau kan belum memiliki tempat tinggal...sebaiknya kau tinggal saja bersamaku dulu sampai kau mulai memiliki pekerjaan"
"Huh...baiklah kalau begitu. Tapi maaf jika aku merepotkanmu Aka"
"Tidak sama sekali merepotkanku. Dan lebih santailah denganku" Aka tersenyum padaku.
"Um!" aku mengangguk sambil tersenyum.
*Kita berjalan hingga perbatasan dan membutuhkan waktu lama hingga hampir menjelang malam*
"Yosh! Dari sini aku akan membawamu sambil terbang"
"Kau akan menggendongku lagi?!"
"Iyalah..."
"Tapi aku tidak suka digendong ala tuan puteri begitu ya! Jika ingin menggendongku sebaiknya aku berada di belakang" aku tersenyum dengan mengunjukkan gigiku.
"Ok-ok, aku turuti permintaanmu. Nah! Ayo naik" Aka sudah memposisikan dirinya untukku.
Aku pun naik, kedua tangan Aka memegang kedua pahaku, dan aku memegang pundaknya untuk berpegangan. "Ayo kita terbang Aka!!" tangan kananku ke atas sambil mengepal.
"Yosh! Pegangan kuat-kuat Mizuo!" Aka mulai terbang.
"YUHUUUUUU!!! AKU TERBANG!! AKU TERBANG!!" aku berteriak karena terlalu senang sambil merentangkan kedua tanganku seolah-olah seperti pesawat.
"Aku senang kau bahagia Mizuo...tapi berpeganganlah agar tidak jatuh"
Tiba-tiba aku melihat sesuatu yang aneh berjalan. "Itu apa Aka?" ku menunjuk ke bawah, menunjuk makhluk yang sedang berjalan sempoyongan.
"Itu adalah zombie, kau belum aku jelas-"
Aku memotong pembicaraan Aka. "Turun Aka! Cepat turun!" aku menepuk-nepuk pundak Aka untuk menyuruhnya turun.
"Untuk apa kita turun? Jangan bilang kau mau menghampirinya ya?"
"Tentu saja...kau bisa menjelaskannya padaku nanti. Sekarang kita turun dulu!" aku memaksanya untuk turun.
"Haduh...baiklah" kita pun langsung mendarat.
"Apakah para zombie itu berbahaya Aka? Perlukah kita menyerang mereka?"
"Kalau zombie-zombie di depan kita itu tidak terlalu. Zombie dikategorikan dalam 4 kelompok, yaitu zombie tipe A, B, C, dan D, kalau mereka termasuk tipe D karena termasuk zombie yang paling lemah, dan ukurannya yang seukuran manusia. Semakin tinggi tingkatannya maka akan semakin kuat zombie itu, bisa terlihat dari ukurannya juga. Tapi aku belum pernah menemui zombie tipe A selama aku hidup. Ku melawan yang tipe B saja sangat kewalahan apalagi jika aku bertemu yang tipe A. Berharap saja semoga zombie tipe A tidak akan pernah muncul. Mereka para zombie-zombie tidak akan menyerang jika kita tidak memulainya duluan dan tidak mengganggu atau mengusik mereka. Jika kau bertanya sebaiknya kita musnahkan mereka itu tentu saja, karena akan sangat berbahaya dan menjadi kacau juga bila mereka memasuki wilayah Martix"
"Silahkan saja"
"Dari mana asal zombie-zombie itu?"
"Jika bertanya asal zombie-zombie itu aku tidak terlalu dapat menentukan lokasinya. Mereka muncul secara acak tetapi hanya di wilayah Artex saja, aku tidak pernah mengetahui atau melihat zombie itu muncul di wilayah Martix maupun di sekitar perbatasan"
"Begitu ya...terima kasih atas semua penjelasannya Aka, zombienya semakin mendekat. Lebih baik kita memusnahkannya sekarang!" aku langsung mengeluarkan cambuk emasku.
Aka pun juga mengeluarkan schyte miliknya. "Ayo Mizuo! kita habisi mereka!"
"Baik!" aku mengangguk dan berlari menuju para zombie.
*Kami bertarung melawan zombie-zombie itu*
'Ini...ini rasanya bertarung yang sesungguhnya...yoshaaa!!' baru kali ini aku merasakan bertarung menggunakan sebuah senjata. "Jadi...zombie itu setelah dikalahkan...mereka akan menghilang ya?"
"Benar. Aku juga tidak begitu mengerti kenapa mereka menghilang. Akhirnya zombienya habis juga, huh"
"Aka...caramu bertarung menggunakan schyte benar-benar kereeeeenn!!" aku memujinya karena sangat keren saat bertarung.
"A-ah...benarkah? Te-terima kasih. Kau juga keren tadi, semangatmu benar-benar membara" Aka tersipu malu.
"Waa...kelihatan sekali ya...hehe, aku baru pertama kali merasakan pertarungan yang sesungguhnya apalagi menggunakan senjata. Biasanya kan hanya dalam anime atau game"
"Begitu ya...lebih baik sering-sering lah berlatih menggunakan cambuk emas itu agar lebih terbiasa Mizuo"
"Baik! Aka" aku tersenyum lebar padanya.
"Masalah sudah beres. Ayo kita pulang" Aka memposisikan tubuhnya untuk menggendongku.
"Um!" aku menggangguk.
YOU ARE READING
Takdir Dari Sebuah Impian yang Kuat
FantasySeorang gadis otaku yang multitalenta (Mizuo) memiliki sebuah impian sejak kecil yaitu bisa hidup dan berpetualang di suatu dunia lain selain di dunianya saat ini. Bagaimanakah cerita dari kehidupannya? Ikuti cerita "Takdir Dari Sebuah Impian" :D