care for you

41 13 4
                                    

"Lima puluh delapan!" Teriak ku di kamar mandi.

"Apa Din....udah menepouse donk kamu!" Kata nya shok.

Suami-istri-yang-tidak-bahagia. Yeah it's us!!! Sudah satu bulan lama nya usia pernikahan kami. Namun tak sedikit pun cerita bahagia di antara kami. Hanya ada pembicaraan yang biasa sesekali Ardi menggoda ku namun aku tetap aku. Yang tak pernah mempedulikan ocehan imposible nya.

Di meja makan yang cukup besar aku segera menghabiskan makanan yang disajikan oleh Ardi. Secepat mungkin aku harus segera berangkat ke sekolah untuk rapat osis acara PHBI. Otomatis di hari libur ini Ardi lah yang mengambil alih tugas-tugas rumah. Seperti menyapu, mengepel , cuci baju, masak, sampai belanja ke pasar. Semoga saja dia tidak pakai daster juga ya...

Di sekolah semua anggota osis, ketua dan wakil nya, dan MPK sudah berkumpul. Tinggal aku dan Thaif yang datang paaling akhir dan sangat terakhir. Semua menyambut kedatangan ku dengan tatapan sinis.

"Udah baca undangan kan Din? Jam 07 HA RUS U DAH DA TENG.! " Widia. Ketua osis labil itu sangat suka teriak. Kadang aku berfikir pita suara nya kaya apa ya...

"Ya maaf Wid. Aku kesiangan tadi." Kata ku melas.

"Yaudah sana duduk di sekbid masing-masing kita lanjutin rapat nya.!"

Aku mencari meja sekbid 1. Sekbid keTuhanan dan keagamaan. "Sorry ya teman-teman..aku telat!"

"Ih...kak Dinaya kita udah nunggu lama banget! Kak Widia minta susunan acara. Ini kan tugas sekbid kita.!". Nina. Adik kelas X mengomeli ku. Karena wajar aku sebagai koordinator sekbid 1 malah molor dateng nya.

"Maaf Nin kak Dinaya bangunnya kesiangan!" Aku cengengesan.

Jam 13:26

Rapat selesai dan kami diperbolehkan pulang. Besok siang setelah pelajaran selesai kami akan mempersiapkan barang-barang nya.

"Kamu sudah pulang Din?" Ardi menyambut ku dengan hangat seperti biasa nya. Tak pernah absen. Ada yang berbeda di diri Ardi saat ini. Apa ya... Ku perhatikan ia dari bawah sampai atas.

"Lo kenapa Ar?" Tanya ku heran kebingungan tak mampu menemukan kejanggalan dari nya.

"Enggak Din..ngga kenapa-napa.!"

"Lo pucet!"

"Masa sih!" Kata nya dengan senyum-senyum.

"Iya..tuh kan badan lo panas banget!"
Aku memastikan dengan menyentuh kening nya.

"Terus Din jangan di lepas!" Kata nya sambil memegangi tangan ku.

"Ih appan sih, sinting!" Ku lepas tangan nya dan meninggalkannya.

🌻🌻🌻

Sejak tadi siang Ardi terus tidur dan tak bangun. Hanya satu atau dua kali untuk ke kamar mandi. Sekarang sudah tengah malam namun aku masih belum bisa tidur. Ku perhatikan wajah Ardi yang memerah. Aku turun dari ranjang dan mendekat ke badan Ardi. Selimut yang menutupi badannya tetap rapat.

"Huuih...panas banget!!" Mengetahui kondisi nya aku sedikit panik. Aku segera pergi ke dapur untuk memasak air dan mengompres nya.

20 menit sudah aku menemani di samping nya namun ia belum bangun-bangun juga. Aku makin khawatir tentang keadaannya.

"Ar...Ardi bangun are you ok?" Aku menggoyah-goyahkan badannya yang kira kira bersuhu tinggi. "Ardi..." Panggil ku lirih.

Ia mulai membuka mata nya pelan. Tersenyum sejenak kemudian menutup mata nya lagi. "Bangun Ar..ayok ke rumah sakit, keadaan mu parah.!" Kata ku lagi.

"Enggak Din..udah malem!" Kata nya pelan.

"Badan kamu panas banget..aku pesen taksi ya!" Bujuk ku.

"Enggak sayang.." Oke kali ini aku mengalah dengan panggilan itu. "Buatin sop ayam aja ya.. Biasa nya ibu buatin itu kalau aku demam!" Aku segera pergi ke dapur. Dan segera memasak sop ayam yang Ardi inginkan. Untuk pertama kali nya aku melakukan tugas ku. Menjadi. seorang.istri.

"Ardi..bangun gih..ini udah aku masakin.!" Aku membawa satu mangkok sop ayam dan segelas susu hangat. Ardi bangun dan bersandar di kaki sofa dengan selimut yang masih menutupi badannya.

"Aku suapin ya..!" Sesendok demi sesendok aku suapkan ke mulut Ardi. Ia sangat lahap. Bahkan saat ia sehat pun tak selahap ini.

"Emang enak yah sop nya?"

"Heeumm (ia mengangguk) enak banget!" Dapat ku pastikan ada penekanan di kata'enak' Kemudian ia memberi ku dua jempol sekaligus. Aku tersenyum sedikit kemudian mengembalikan mangkok dan gelas ke dapur.

Setelah aku dari dapur, ku lihat Ardi masih duduk namun sekarang ia duduk di sofa. "Udah mendingan Ar ?"

"Iya Din berkat sop ayam kamu." Kemudian Ardi berdiri memegang tangan ku dan mencium nya. "Makasih ya istri ku sayang. Kamu udah nyembuhin aku." Entah mengapa bibir ku tak mampu berkata apapun seperti rasanya semua sendi ku lumpuh seketika. Pertama kali nya aku tak mampu menolak perlakuannya.

"Ardi. Biasa aja! Aku tidur dulu ya..!" Aku melepaskan tangannya dan beranjak ke tempat tidur. Sementara Ardi masih berdiri dan terus memperhatikan ku.
"Ardi. Kalau lo masih ngerasa sakit, tidur di kasur aja.!".

🌻🌻🌻

Pagi yang tak seperti biasa. Sedikit kaget sih aku dengan pemandangan seperti ini. Namun aku mencoba tenang. Sebab karena penawaran ku lah ia tidur bersama ku. Gini-gini aku masih punya hati loooh....


"Pagi istri ku sayang. Makasih ya..!" Sapa nya dengan mengusap pelan rambut ku yang biasa ku urai. Aku menyeringai pelan. Kali ini aku bersikap Dewasa untuk menjaga kesehatan nya moga aja dia bener sehat dan aku bisa bersikap cuek kaya biasa nya. Sebenernya aku geli bersikap sok lemah lembut untuk nya.

First care for you...but i never love you.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

i never love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang