Kesepakatan

4.4K 126 8
                                    

Udah gak sabar yah nunggu nunggu kelanjutannya Geandara yang bohong sama ibunya wkwkwk

Kuy ah langsung ke ceritanya aja ;)

.
.
.

"Waaah pintunya udah ditutup, sial. Mana tugas belum beres lagih, arrrgghhh apes dah ini mah udah" oceh Riasi saat melihat pintu kelasnya itu sudah tertutup, yang artinya keterlambatannya ini sudah tidak bisa diampuni.

tok... tok... tok...
Ceklek

"Pak maaf kesiangan lagi, boleh saya masuk pak?" tanya Riasi pada dosennya.

Yeah... Ini adalah kelas EFD Riasi. Geandara sedang menerangkan langkah kerja percobaan eksperimen kali ini, tentang pemuaian zat cair.

Semua mata anak kelas tertuju pada Riasi, yang sudah tidak aneh lagi jika dia datang terlambat.

"Tugasnya mana? Sudah selesai?" Pertanyaan yang sudah Riasi perkirakan akan keluar dari mulut dosennya itu.

"Hmm hehe maaf pak, sedikit lagi. Tapi hari ini pasti beres kok pak" cengir Riasi yang masih tetap pada posisinya, hanya kepalanya saja yang nongol dipintu.

"Bagaimana kalian saja saya tidak akan mengambil keputusan, takutnya saya terlalu baik. Hmm temanmu itu boleh masuk atau tidak?" tanya Geandara pada semua mahasiswa dikelasnya.

"Boleh ajalah pak kasian dia udah ngos ngosan gitu" celetuk Ambara, teman sekelas Riasi.

"Tapi dengan syarat nanti udah beres kelas dia langsung harus menyerahkan tugasnya yang katanya tinggal sedikit lagi itu" Keiko menambahkan pernyataan Ambara.

"Hmm ternyata mahasiswa saya sama baiknya ya dengan saya" ucap Geandara sambil tersenyum.

Uuuuhhh sangat mempesona sekali, bahkan mahasiswi yang sedang menulispun seolah meleleh seketika.

"Masuk Riasi, nanti satu jam setelah kelas kita selesai kamu serahkan tugasmu itu keruangan saya ya" ucap Geandara sambil tersenyum ramah.

"Baik pak, terimakasih. Terima kasih juga kalian" ucap Riasi sambil masuk dan berjalan menuju tempat duduk kosong yang ada dibelakang.

~~~

"Assalamualaikum pak..." Riasi mengetuk pintu ruangan Geandara kemudian membukanya.

"Masuk" jawab orang yang ada didalam ruangan itu.

"Pak ini tugasnya sudah selesai, saya taruh dimeja" ucap Riasi yang kemudian menyimpan LKM nya di meja yang penuh dengan kertas kertas tugas mahasiswa.

Saat Riasi datang Geandara sedang menatap keluar jendela, membelakangi pintu dan meja kerjanya.

"Saya permisi pak, terima kasih" Riasi pamit hendak keluar dari ruangan.

"Tunggu Ri, duduk dulu! Ada yang saya ingin bicarakan denganmu" Geandara membalik tubuhnya dan berjalan kearah mejanya.

Riasi pun duduk, mereka sekarang sedang berhadapan seperti seorang mahasiswa yang sedang konsultasi pada dosen pembimbingnya.

"Aku ingin kamu mencabut beasiswamu, aku akan membiayai kuliah kamu sampai selesai" Geandara berucap satu kalimat lepas tanpa jeda, dan dalam satu hentakan napas.

Riasi yang polos malah tertawa kecil, "baguslah pak, senang aku mendengarnya kalau bapak mau menjalankan kewajiban bapak sebagai suamiku. Kan enak aku jadi gak usah deg degan lagi bakal dipanggil dosen pembimbing karena ini itu yang berkaitan dengan IP dan status beasiswaku. Akan ku urus secepatnya pak" jawab Riasi sambil cengar cengir.

"Tapi kamu juga harus ambil semester padat taun ini, 4 mata kuliah sekaligus" ucapan Geandara langsung membuat suasana hening sejenak.

"Kenapa pak? Untuk apa? Aku masih ingin menikmati dunia kampusku ini. Masuk kesini kan susah pak, butuh otak jenius masuk sini. Sekarang aja aku berandal kayak gini, dulu gini gini aku ini juara umum pak, makanya aku dapet beasiswa. Kenapa harus buru buru sih, 4 tahun lulus juga gak masalah kali pak, nanti umurku saat lulus itu masih 22 tahun kok. Bapak mau anak berapa? Bikin tim basket aja aku masih bisa kok pak" Jawab Riasi dengan serius, tapi malah terdengar lucu ditelinga lawan bicaranya.

"Kalau aku maunya buat kesebelasan gimana?" tanya Geandara sambil tertawa mengejek.

"Bisa kok, nanti aku hamilnya anak kembar aja terus, gampang kan. Kayak bapak siap aja ngurus anak sebanyak itu, aku mah ogah" jawab Riasi sambil bergidik.

"Tapi Ri.." ucapan Geandara terhenti seolah berat terlepas dari mulut sang pemilik.

"Tapi apa pak? Apa yang buat bapak ingin aku secepat itu mengambil mata kuliahku, banyak lagih, kan mumet belajar pas lagi orang enak enaknya liburan" ceplos Riasi ngasal jeplak.

"Bapak lakukan kewajiban bapak membiayai kamu, tapi bapak juga minta hak bapak sebagai suami. Bapak ingin kamu hamil dalam waktu dekat ini, makanya bapak suruh kamu cabut beasiswa kamu dan ambil semester padat tahun ini, agar semerter nanti kamu bisa ambil cuti untuk melahirkan dan proses pemulihan" jelas Geandara.

Riasi diam tercengang mendengar penuturan lawan bicaranya. Sungguh ekspresinya sangat buruk, mulutnya ternganga dan mata yang seperti mau loncat keluar.

"Aku terlanjur bilang ke ibu, kamu hamil dan akan menjaga baik kandunganmu. Ibu sangat berharap segera menimang cucu dari kamu Ri" jelas Geandara prustasi sambil mengacak rambutnya.
"Aku gak tau harus lakuin apa Ri, aku bilang pada ibu kamu keguguran, atau aku bilang aku hanya bercanda saat bilang kamu hamil. Ri ibu gak pernah minta apa apa dari aku, ini permintaannya yang kedua setelah yang pertama memohon padaku untuk menerimamu jadi istriku" Geandara seperti sedang berada diluar kendali, dia mengacak rambutnya dan bahkan setetes airmata telah jatuh diwajah tampannya itu.

Ruangan hening sejenak, hanya terdengar lirih kecil isakan Geandara.

Riasi berdiri dari duduknya, kemudian berjalan menghampiri Geandara. Menyentuh pundak Geandara dan mengelusnya lembut.

"Aku akan belajar giat menjelang UAS nanti, aku akan ambil Semester Padat 4 mata kuliah dan mengusahakan nilainya baik semua, agar aku bisa mengambil SKS full semester depannya" ucap Riasi lembut.

Sebenarnya Riasi mengucapkan kalimatnya itu dengan ragu, dan sangat gemetar hatinya.

"Maksud kamu, kamu menerima permintaan aku Ri?" tanya Geandara tak percaya dengan ucapan Riasi, dan sambil menggenggam tangan Riasi.

"Iya pak" ucap Riasi sambil tersenyum hambar.

"Hmm makasih Ri, makasih. Kamu emang gadis yang baik" tanpa sadar Geandara sedang memeluk Riasi.

"Pak sebentar, tapi aku ada syaratnya sih" ucap Riasi takut-takut sambil melepas diri dari pelukan Geandara.

"Apa Ri, apa syaratnya?" tanya Geandara tidak sabar.

"Nanti kalau ngidam gak mau ngerjain tugas, bapak yang ngerjain ya... Hehe" jawab Riasi sambil nyengir malu.

"Hahaha kirain aku kamu mau ngomong apa Ri" Geandara tertawa lepas. "Berapa usia kandunganmu sekarang Ri?" lanjut Geandara masih sambil tertawa kecil.

"Hah... Aku masih gadis pak. Kenapa bapak jahat mikir kalau aku ini bukan perempuan baik baik. Aku mau bapak suruh hamil bukan karena aku sedang hamil diluar nikah kok. Kan bapak juga dengar dokter kemarin bilang aku ini ngga hamil pak" ucapan Riasi terdengar serak menahan tangis, wajahnya memucat pasi, dan matanya mulai berkaca-kaca.

"Hey kenapa kamu nangis Ri, maafin aku" ucap Gendara sambil memeluk Riasi.

"Kenapa bapak nanya gitu ke aku, aku kan gak hamil pak" ucap Riasi terisak dalam pelukan Geandara.

"Aku hanya bercanda Ri. Abis kamu sih bilangnya kalau ngidam males ngerjain tugas, kan itu mah sekarang juga gitu, kamu males ngerjain tugas mulu kan.. Berarti kamu lagi ngidam dong... Makanya aku nanya kamu hamil berapa bulan" Geandara menjelaskan maksud ucapannya sambil tertawa geli melihat tingkah Riasi.

Riasi langsung bergerak melepas pelukan Geandara.

"Hah... Ih bapak jahat. Kesel ah. Aku pergi" Riasi keluar ruangan sambil menghentak hentakkan kakinya.

Geandara masih tertawa diruangannya "Kadang kamu lucu Ri"

...

TBC

My Lecturer is My Husband [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang