Kamu menghela napas panjang lalu menatap langit, seolah di atas sana ada sesuatu yang menakjubkan. Tapi sorot mata kagum itu hanya kulihat sekilas, kepalamu menunduk lagi. Lalu kau bersuara,
"Jika Tuhan Maha Pengampun, mengapa aku merasa tidak terampuni?" katamu padanya.Dia yang duduk di sampingmu mendengar jelas cerita-cerita masa lalumu. Dia juga hanya mematung mendengarnya. Ekspresinya seperti berkata: Aku harus bagaimana? Aku harus merespons seperti apa? Kukira dia akan menghiburmu, memotivasimu yang merasa jatuh karena teringat masa lalu. Tidak, dia tidak begitu. Dia hanya diam mematung. Sepertinya dia hanya ingin jadi pendengar yang baik saja. Menurutku dia belum jadi pendengar yang baik, karena menatap matamu saja seperti enggan.
Kamu perhatikan wajahnya yang membisu, lalu menghela napas lagi.
"Kamu bisa pergi, jika kau ingin pergi, dan kau punya kesempatan pergi. Aku tidak akan menahanmu di sini lebih lama untuk mendengar keluh kesahku yang penuh kejahatan. Kau anak baik, pergilah. Biar aku mengadu pada Tuhanku, walau sebenarnya aku tak tahu apakah Dia mau menerima aduanku atau tidak."
Lalu kau menunduk lagi. Dia akhirnya menoleh padamu. Dia bangkit pergi meninggalkanmu, kamu menoleh padanya berharap dia menoleh padamu, lalu kembali duduk bersamamu. Namun tidak, dia tetap jalan. Kau menunduk lagi lebih dalam.
Kamu ingin teriak, tapi tercekat, seperti sudah bosan dengan cerita-cerita bukan? Terjebak masa lalu adalah hal yang membuatmu ingin sekali menyerah.
"Minumlah." Tangan yang menggenggam segelas air putih berada di hadapan wajahmu yang menunduk. Kamu pun menongak. Ternyata dia kembali, mengambilkan air untukmu.
"Tenanglah. Berceritalah jika memang perlu diceritakan. Simpanlah, jika memang itu tak perlu lagi diceritakan. Tuhan Maha Pengampun selama kita terus berusaha memperbaiki diri menjadi lebih baik bukan?" katanya, dia duduk lagi di sebelahmu.
"Boleh aku bercerita lagi?"
"Tentu saja."
"Aku ingin menceritakan rencana-rencana yang akan kulakukan."
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMU
Short StoryCerita singkat tentang kamu dan dia. Dari aku yang hanya mengamati.