Sinar matahari menerpa dirinya. Allena mengedarkan pandangan ke sekeliling. Dia tidak lagi ada di ruang bawah tanah ayahnya. Tetapi sebuah padang bunga matahari yang sangat luas.
"Ini dimana?" tanyanya ketakutan. Jangan-jangan dia berada di dunia penuh bahaya seperti film-film. Pikirannya mulai paranoid. Mulai dari tempat para zombie hingga perang dengan alien memenuhi pikirannya.
"Jangan takut, gadis kecil," sebuah suara laki-laki mengagetkannya. Allena segera mencari dari mana asal suara tersebut. Suara itu berasal dari seorang laki-laki bertubuh tinggi tegap, berambut hitam, dengan mata biru es. Laki-laki itu mendekati Allena.
"Siapa kau?" tanya Allena ketus. Dia menatap laki-laki itu curiga. Laki-laki itu terkekeh. "Jangan takut, aku tidak akan melukaimu,"
"Mana ada penculik bilang-bilang, itu namanya penculik bodo. Kamu pasti salah satu anggota perdagangan organ yang lagi booming itu kan," tuduh Allena berapi-api. Dia mengacungkan jarinya tepat di wajah laki-laki asing tadi. Allena mencari HP nya. "HP ku dimana? Kok nggak ada. Jangan bilang kalo jatuh sebelum aku masuk kesini tadi. Dasar Allena bodo" Batin Allena menyalahkan dirinya sendiri.
"Tenang lah, Aku Axel. Aku. "
"Maling tingkat tinggi!" sembur Allena. Axel terbelalak mendengar perkataan Allena. "Jangan sembarangan, aku bukan maling," balas Axel tak terima.
"Tuh kan, mana ada maling ngaku," Axel membuang muka. Gadis itu benar-benar susah dibilangi.
"Aku pangeran kedua dari Kerajaan Trevern, penerus dari Raja Avern," Allena terdiam. Dia tidak lagi menuduh Axel dengan tuduhan anehnya. "Puas?" Axel tersenyum tipis. Allena hanya menjawab dengan gumaman.
"Makanya dengerin dulu kalau ada orang bicara. Jangan asal menuduh," nasehat Axel dingin. "Maaf," Allena menundukkan kepalanya.
Axel memandangi Allena dari atas sampai bawah. "Dari penampilannya, dia bukan orang sini. Pantas saja menuduh ku aneh-aneh. Dia bahkan tidak tahu siapa aku," pikir Axel. "Ah, kau tak perlu minta maaf. Kau bukan orang sini kan?" Axel mencoba mencairkan suasana. Allena menganguk. "Allena," Allena mengulurkan tangannya, Axel membalas. "Axel, jangan pakai embel-embel lain,"
"Baiklah panglima X," balas Allena terkekeh. Axel menandangnya sebal. Dibilangi jangan pakai embel-embel malah ngeyel. "Yayaya, terserah," Axel mengajak Allena kesebuah pohon yang rindang. Mereka berdua duduk disana.
"Ngomong-ngomong, ini dimana?" Allena memulai pembicaraan.
"Ini Kerajaan Trevern, salah satu kerajaan besar yang ada di Benua Naga," cerita Axel.
"Apa ada naga disini?" tanya Allena antusias, dia tertarik dengan para naga.
"Tentu saja tidak," tawa Axel pecah seketika. Allena membuang pandangan.
"Benua naga tapi nggak ada naga, apaan itu?"
"Itu kan hanya nama, Len. Sudah jangan marah, kita ke kerajaan saja," hibur Axel.
Allena mengikuti Axel dari belakang. Letak Kerajaan Trevern tak jauh dari tempat mereka berada. "Untung saja dunia ini sangat mirip dengan bumi. Atau mungkin ini bumi masa dulu ya ?" pikir Allena sambil mengikuti Axel berjalan.
***
Mereka berdua sampai di gerbang Kerajaan Trevern. "Kamu kemana saja, Axel?" seorang laki-laki berambut dark brown menghampiri Axel dengan tatapan cemas. Laki-laki itu memperhatikan Axel dari atas sampai bawah dengan teliti. "Calm, dude," jawab Axel santai.
"Siapa dia?" laki-laki menunjuk Allena penuh curiga.
"Oh, dia Allena, temanku," jawab Axel santai.
"Sejak kapan kau mudah percaya dengan orang asing?" laki-laki mendekati Allena dengan tatapan mengintimidasi. Allena meliriknya sinis. "Ini orang gitu banget ngeliatnya," pikir Allena risih.
"Sudah lah, Matt. Dia bukan musuh kita. Kau tidak perlu curiga," Axel menjauhkan Matt dari Allena. Bisa-bisa Matt melakukan hal-hal aneh.
"Baiklah sobat, aku percaya," Matt akhirnya mengalah. Axel memandangi Allena dan Matt bergantian. Dia hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah keduanya saling menatap sinis.
"Sudah lah, kalian seperi anjing dan kucing saja," gurau Axel.
Allena memutar bola matanyamalas. Baru sampai kerajaan saja sudah dituduh yang bukan-bukan. Dasar."Len, ini Matthew, saudaraku. Matt, ini Allena," Axel memperkenalkan."Hmmm," mereka berdua hanya menjawab dengan gumaman singkat. Lalusaling mengalihkan pandangan. Akan susah untuk membuat mereka akur.
YOU ARE READING
THE MISSING
Teen FictionSinopsis Ketika Ayahnya menghilang tanpa jejak dan petunjuk yang jelas. Allena, anaknya terus mencari berbagai petunjuk hingga ahkirnya suatu hari, dia dapat membuka gerbang menuju dunia pararel dan dia sangat yakin bahwa ayahnya ada di dunia itu...