Hyojin POV
Aku benar-benar lelah. Aku tidak bisa tidur setibanya di flat yang Eomma bilang akan menjadi tempat tinggalku selama aku berada di Korea ini. Bahkan ini sudah hampir pukul lima pagi, dan aku belum tidur sama sekali.
Sebenarnya letak flat ini cukup strategis. Eomma bilang, flat ini dekat dengan sekolahku dan juga minimarket dua puluh empat jam yang menyediakan kebutuhan sehari-hariku.
Walau tidak begitu besar, tapi lumayanlah.
Kamarku juga lumayan rapi dan bersih. Seperti seseorang baru saja menempatinya untuk waktu yang lama. Mungkin memang ada penghuni sebelum aku yang terpaksa pindah karena kedatanganku. Lagipula, aku ini sepupu Choi Minho. Pemilik gedung ini. Tentu saja, mudah bagiku—bagi Choi Minho—mendepak penghuni sebelumku kan?
Aku memandangi koper-koperku yang teronggok di sudut ruangan. Sama sekali tidak ada niatan untuk membuka isinya dan menatanya. Karena jujur saja, aku lelah dan lapar.
Kuambil beberapa lembar uang dari dalam dompet dan meraih jaketku yang tersampir di kursi meja makan dan mengenakannya dengan cepat. Aku harus mencari makan. Atau aku akan kelaparan. Karena demi Tuhan! Aku belum makan sama sekali sejak dari London.
Sebelum keluar aku pastikan bahwa pintu flatku sudah terkunci dan melangkah dengan pasti ke arah minimarket yang terletak tidak jauh dari lokasiku sekarang.
Bagaimana aku bisa tahu? Ya karena Choi Youngjae yang sibuk mengoceh ini itu selama perjalanan pulang kami tadi. Memberitahukan letak minimarket, kedai makanan, bahkan klinik hewan yang ada di wilayah ini.
Youngjae juga memberitahuku bahwa ada penghuni lain di lantai atas. Sekitar lima kalau tidak enam orang. Aku lupa. Tidak begitu ku pedulikan karena memang aku tidak peduli. Dan aku tidak ingin menjalin hubungan dengan siapapun selama aku disini. Aku akan menjalani kehidupanku seperti hantu. Tidak ada yang boleh mengenalku. Walau itu mustahil.
Tadj aku bahkan sudah mewanti-wanti Youngjae agar memberitahu seluruh penghuni lainnya supaya menganggapku tidak ada. Dan tidak usah beramah-tamah padaku apabila mereka melihatku.
Aku melihat minimarket tujuanku, kemudian mempercepat langkah dan mendorong pintunya perlahan.
"Selamat datang," ucap seorang kasir perempuan yang sedang berjaga diiringi senyuman ramah.
Walau sedikit kaku, kubalas senyumannya dan aku mulai mengitari minimarket untuk menemukan sesuatu yang aku butuhkan.
Di salah satu kaca yang terpasang disana, aku melihat pantulan diriku sendiri. Teringat pada rambut ombre merah menyala dengan gradasi cokelat yang kugulung keatas dan kututupi dengan snapback berwarna hitamku. Aku harus melakukan sesuatu pada rambutku. Tidak mungkin aku pergi ke sekolah dengan tampilan seperti ini. Aku pasti akan menarik banyak perhatian orang. Dan aku tidak suka.
Jujur saja, seandainya rambutku tidak kututupi dengan snapback seperti sekarang, orang-orang pasti akan memandangku nyalang. Dan mereka akan menganggapku gadis nakal dan urakan yang biasa keluar malam.
Bukan berarti semua orang begitu. Hanya saja, sebagian orang pasti akan berpikir begitu.
Ya, meskipun selama masih berada di London dulu aku memang termasuk murid yang bermasalah. Tapi, semua itu setara kan. Aku hidup di negara barat. Semua budayanya memang begitu.
Aku hendak meraih satu kotak pewarna rambut berwarna hitam ketika kudengar bunyi kling pelan dan kasir di depan mengucap salam yang sama seperti yang ia lakukan padaku beberapa saat yang lalu.
Aku menolehkan kepalaku sejenak kearah pintu, kulihat seorang pemuda dengan hoodie hitam menutupi kepalanya sedang berjalan menuju rak bagian makanan. Rambutnya berwarna pirang membuatnya tampak mengagumkan. Dan ia tampan tentu saja.
Mencoba untuk mengenyahkan pikiranku tentang pemuda tadi, aku bergegas memilih barang yang kubutuhkan. Saat membayar ternyata si pemuda yang kubilang tadi sedang sibuk memilih minuman di dalam kulkas.
"Jwesonghamnida," tegur kasir bernametag Jung Sohee itu padaku "Anda bisa mendapatkan potongan delapan persen jika membeli snack jenis ini satu lagi dengan ukuran yang sama."
Aku mengangguk mengiyakan, kemudian berbalik untuk mengambil snack yang dimaksud kasir tadi. Karena terburu-buru, ketika di belokkan aku malah menabrak seseorang yang mengakibatkan beberapa belanjaanya sebagian terjatuh dan berhamburan ke lantai.
Dan snapback di kepalaku pun ikut terjatuh.
"Sorry!" ucapku spontan dalam bahasa inggris. Aku mendongak. Dan ternyata ia adalah pemuda tampan berambut pirang yang sempat kuperhatikan tadi. Tatapan kami bertemu untuk sesaat.
"It's okay. No problem," balasnya dengan bahasa inggris yang tidak kedengaran aneh di telingaku—seolah-olah ia memang jago berbahasa inggris—sambil mengulurkan snapback milikku yang terjatuh di dekat kakinya yang berbalut sneakers berwarna putih bersih.
Aku membantunya memunguti beberapa barang belanjaannya, begitu selesai ia cepat-cepat pergi ke meja kasir dan aku pun menyelesaikan urusanku yang belum selesai.
Mengambil satu lagi snack sialan yang membuatku terpaksa menampilkan penampilanku yang urakkan pada orang tidak dikenal.
Tapi, tidak apa. Karena berkat snack itu aku bisa memandangi wajahnya dari dekat. Wajah si pirang yang tampan itu. Meskipun tadi aku agak takut jika sampai terjadi skinship diantara lengan kami yang sama-sama tertabrak.
Karena aku punya kemampuan aneh yang tidak begitu kusukai. Dan kemampuanku ini justru menyusahkanku. Sampai rasanya tidak ingin kuingat-ingat lagi.
Menyebalkan.
Ah ya... Aku tidak tahu siapa nama si pirang tadi omong-omong.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET NIGHTMARE (a GOT7 FANFICTION)
FanfictionChoi Hyo Jin. Gadis tujuh belas tahun yang merasa hidupnya baik-baik saja dan bahagia, sampai suatu ketika kedua orang tuanya memindahkannya ke Negeri Ginseng tempat kelahirannya. Memaksanya tinggal di apartemen butut tempat tinggal saudara sepupun...