[ Part 11 ] Malady

6.5K 717 10
                                    

Seulri berjalan lunglai, dengan tatapan mata kosong kedepan, keluar dari bangunan besar putih beserta penghuninya yang berpakaian serba putih.

Seulri sangat kacau, kesedihan sangat nampak dari sorot matanya yang tengah menahan tangis. Otak, hati, dan jiwa Seulri berpikir keras menghadapi kenyataan pada dirinya.

Seulri terus berjalan hingga akhirnya terduduk di bangku taman. Suasana di taman itu sangat menyenangkan, banyak anak kecil yang penuh dengan kebahagiaan tengah bermain bersama sama.

Sejenak Seulri merasa iri pada anak kecil itu, mereka bermain dengan penuh semangat tanpa sedikit pun ketakutan menghampiri mereka. Seulri tersenyum kecil saat menyadari bagaimana dulu waktu kecil dia senang bermain bersama Jimin dan Yoora. Sangat bahagia tanpa memikirkan semua masalah di dunia.

Setetes air mata turun di pipinya saat mengingat kembali kenyataan yang baru di dapatnya tadi. Dan kali ini Seulri membiarkan dirinya menangisi kenyataan dalam hidupnya.

Dokter telah memvonis Seulri mengidap leukimia stadium 4, dengan sisa umur yang tak begitu lama. Seulri berkali kali menolak kenyataan yang didengarnya. Namun penjelasan dokter dengan hasil lab yang diterimanya merupakan suatu kanyataan.

Seulri menghapus kasar air matanya dari wajahnya saat seorang anak kecil menghampirinya.

"Nunna, kamu baik baik saja?"

Seulri mencoba tersenyum dengan anak kecil itu, dan kepalanya hanya bisa menggeleng memberi jawaban.

Nampak anak kecil itu mengambil sesuatu dari kantongnya, dan memberikannya kepada Seulri. Seulri tersenyum saat menerima sebuah lolipop strawberry di tangannya.

"Aku selalu makan permen saat sedih. Aku harap nunna tidak sedih lagi saat menerima permen ini."

Seulri kembali tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada anak kecil. Tingkah anak kecil itu mengingatkannya pada Jimin saat kecil, yang selalu menghiburnya dikala sedih.

"Koo Seungjae.."

Anak kecil didepannya menoleh saat seseorang meneriakan namanya.

"Nunna, oemmaku sudah memanggilku untuk pulang. Aku pamit pulang ya nunna. Semoga nunna berbahagia selalu."

"Terima kasih Seungjae-ah"

Seungjae, anak kecil itu memberikan senyum dan kemudian berbalik dan berlari ke arah ibunya.

Seulri mengamati permen itu, segera dibuka bungkusnya dan memakan permen hingga habis.

Setidaknya dia ingin percaya pada Seungjae bahwa permen itu bisa membuatnya melupakan semuanya.

~~~

Seulri tengah melempar jauh pandangannya keluar. Menatap langit gelap yang mencekam bagi Seulri. Ramainya kota kelahirannya dan masa kecilnya itu tak bisa ikut meramaikan hati Seulri.

Seulri terlalu menyedihkan menghadapi kenyataannya.

Kini Seulri tengah didalam taxi pada perjalanan pulang ke tempat bunda Hana. Jam sudah menunjuk angka 10 saat kereta malam dari Seoul tadi tiba di Busan.

Ya, bunda Hana adalah satu satunya orang yang bisa meredakan Seulri. Gadis itu terlalu rapuh menghadapi semuanya sendirian. Dia membutuhkan bunda Hana disampingnya.

Lamunan Seulri terpecah saat ponselnya berdering. Diambilnya ponsel putih miliknya dari tas kerjanya, nampak nama Yoora muncul di layar ponselnya. Sejenak rasa bersalah merayapinya saat dia lupa memberi kabar pada Yoora dan Jimin.

DEAD AT HEART ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang