Dia Kembali

60.6K 1.8K 32
                                    

Dengan hati tak rela, Andin menuruti kemauan suaminya Berhenti bekerja. Awalnya Andin menolak. Andin merasa masih mampu untuk bekerja. Namun Andin juga tau, dirinya tidak boleh egois. Yang terpenting saat ini adalah kondisi janinya. Jadilah mulai minggu ini Andin berhenti bekerja.

Dasaranya Putra orangnya prorective banget. Kemana-mana pun harus selalu dianter. Bahkan saat dinyatakan hamil, Andin mulai saat itu juga tak pernah diperbolehkan memegang pekerjaan rumah. Memasak pun Putra mengalihkanya ke Mbok Minah.

Sebenarnya Andin sempat menolak keinginan suaminya itu. Bahkan sempat ada acara ngambek-ngambekan antara keduanya. Namun dasaranya Putra orang yang keras kepala. Jadi, Andin mulai pasrah. Tak boleh melakukan pekerjaan apapun.

Andin yang punya banyak akal pun tak tinggal diam. Bagaimana bisa seharusnya orang hamil itu banyak gerak biar memudahkan saat nanti pas waktu lahir. Ehh ini malah disuruh nggak ngelakuin apa-apa. Andin juga tak mau jika nanti kakinya bengkak karna nggak pernah dibuat jalan.

Suatu hari Andin pun membuat sekenario agar Putra mengijinkan dirinya memasak lagi. Waktu itu Andin memilih nangis sampai-sampai membuat pusing Putra. Saat Putra tanya apa mau Andin,Andin bilang hanya ingin memasak lagi. Dengan berat hati akhirnya Putra pun mengijinkan. Sekeluarnya Putra dari kamar, Andin tak berhenti ketawa. Akhirnya sekenario buat mengelabui suaminya berhasil.
(Wkwk jahat banget sih Ndin. Suami sendiri dikerjain.)

-----------

Pagi ini terasa sangat berbeda dikediaman CEO muda ini. Yang biasanya mereka berangkat bekerja bersama. Namun sekarang hanya sang kepala rumah tagganya saja yang terlihat sudah rapi dengan stelan kerja. Sang istri yang biasanya juga sudah siap, sekarang istri tercintanya itu masih terlihat sibuk dengan dunianya sendiri. Ia lebih mementingkan dapurnya daripada sang suami.

"Yang. Kok aku dicuekin sih. Baru juga sehari kamu nggak kerja. Sekarang malah lupa waktu buat ngurusin suami." Putra datang dan langsung memeluk perut Andin.

"Ya ampun Mas. Mau bikin aku jantunganya. Ngagetin tau nggak."

"Maaf. Kamu kenapa nggak ke kamar hem. Aku udah nungguin juga."

"Mas nggak liat ya. Aku lagi masak. Ntar kalo aku tinggal, gosong gimana. Mbok juga lagi pergi kepasar. Apa susahnya sih sekali-kali kerjain sendiri. Kan udah aku siapin semua."

"Nggak mau. Pokoknya maunya pakein kamu. udah nih pakein dulu." Kata Putra sambil memberikan Andin sebuah dasi.

"Papa nih dek. Kebiasaan nggak mau pake dasi sendiri."

"Dedek jangan dengerin omongan Mama ya nak. Papa kan cuma mau manja sama Mama. Ntar kalo kalian udah lahir. Pasti Mama lebih sayang sama kalian."

"Mama sayang juga kok sama Papa. Pokoknya kalian itu kebahagiaan Mama."

"Mama sama baby twins juga harta paling berharga buat Papa.

Andin yang mendengar ucapan suaminya pun hanya menampilkan senyum bahagianya.

"Udah mas. Makan dulu gih."

Setelah mereka selesai makan. Putra pun segera berangkat kekantornya. Andin mengantar suami tercintanya itu sampai kedepan Pintu utama rumah mereka.

"Aku berangkat yha. Jaga diri baik-baik. Kalo mau kemana-mana ajak Mamang. Nggk boleh ngerjain pekerjaan rumah selain masak. Kalo kamu pengen sesuatu langsung telfon Aku."

"Siap kapten."

"Aku berangkat. Papa kerja dulu yha baby twins. Jagain Mama ya"

Cup. Memang sudah menjadi kebiasaan sebelum berangkat bekerja. Putra selalu menyempatkan untuk mencium kening Andin.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Setelah mengantarkan Putra. Andin pun langsung bergegas masuk kedalam rumah dan menyelesaikan pekerjaan yang terbengkalai.

Pov Putra.

Rasanya sangat membosankan. Baru satu hari kerja tanpa ada sang istri rasanya sepi . Fikiran Putra pun tertuju kepada Andin. Lagi apa dia, udah makan belum. Ditelfon dari tadi pun handphone Andin tak aktif.
Kegalauan Putra terbuyarkan saat mendengar ketukan pintu dari luar.

Toktok

"Masuk"

Munculah dari pintu itu sosok perempuan yang tak lain adalah sekertaris baru Putra.

"Permisi Pak. Ada orang yang ingin bertemu dengan Bapak. Dia bilang temen bapak."

"Suruh masuk aja Ra."

Rara nama sekertaris baru Putra. Itupun Andin ikut adil dalam memilih sang sekertaris. Andin memilih Rara karna memang Rara dirasa cocok. Dan satu lagi point utama,karna Rara sudah menikah jadi tidak akan ada hal yang dirasa menakutkan. Tau lah bagaimana gosip-gosip kantoran kalo sudah menyangkut antara Bos Besar dan Sekertaris.

"Silahkan masuk. Bapak suda menunggu didalam."

"Trimakasih." Kata seseorang tersebut.

"Aku menganggu yha."

Putra yang diajak ngomong pun dikagetkan dengan kemunculan orang itu.

"Kamu."

"Yha ini aku. Kenapa kaget."

"Kapan kamu pulang."

"Kemaren. Aku merindukanmu."

Tanpa ada komando. Seseorang itu langsung memeluk Putra. Rasa rindu yang telah lama ia pendam pun lama kelamaan hilang begitu saja.

Putra yang dipeluk pun hanya diam. Debaran jantung itu masih ada. Memang tak seperti dulu. Tapi hal itu mampu membuat fikiran Putra jadi kacau.

"Aku juga merindukanmu."

Hanya itulah kata yang terucap dari bibir Putra.

Kira-kira siapa itu orang.????

YaAllah Bang inget dirumah ada bini sama calon anak. Awas aja bang kalo sampe selingkuhin Andin. 😈😈

Dibuly para riders gue nggak tanggung jawab.😈

I LOVE YOU CEO (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang