Selamat menikmati bagi reader yang sudah tidak sabar menunggu cerita ini!
Victoria memandang pria itu dengan gugup, wajah pria itu terlihat lebih tampan dengan rambut tersisir rapi ke belakang. Tidak pernah dalam ingatan Victoria melupakan wajah kokoh didepannya ini. Victoria menghembuskan napas pendek pendek menghalau kegundahan hatinya. Wajahnya di tata sedatar mungkin agar pria itu tidak dapat mengetahui perasaan gugup yang melandamya.
"Ada apa ini? Kau mencoba untuk menculikku?" Tanya Victoria dengan datar.
Pria itu menyeringai makin lebar saat mendengar pertanyaan yang diajukannya.
"Aku hanya ingin menjemput Duchess-ku." Ujar Zac, pria itu dengan tak kalah datar.
"Dan siapa Duchess yang kau maksud itu?" Ujar Victoria berpura pura.
"Jangan menguji kesabaranku Lady, ayo kita pulang ke kediamanku sekarang." Ujar Zac sambil mengulurkan tangannya.
Victoria memandang takjub pada tangan Zac yang terulur, ingin sekali ia langsung menyambut uluran tangan itu. Tapi Victoria tahu ada resiko besar saat ia dengan suka rela menyambut uluran tersebut. Dan tentu saja ia tidak akan menyambutnya, tidak dalam keadaan seperti ini. Seandainya dulu tangannya dan tangan Zac saling bersambut kejadian seperti ini mungkin tidak akan terjadi.
"Lady Victoria . . . " lamat Zac, seakan mengeja namanya penuh ancaman. "Kau adalah istriku, sudah seharusnya kau berada di dalam kediamanku. Gelar Duchess adalah tanggung jawabmu sekarang. Jadi mari kita pulang, sekarang!"
Kata kata Zac terkesan datar tapi penuh ancaman, Victoria ragu keputusan apa yang akan di ambilnya. Ia tidak mungkin lari saat dirinya terjepit diantara segeromboral pengawal Zac. Tapi jika ia menyerah hukuman menantinya, hukuman itulah yang lebih menakutkan dari pada Zac sendiri.
Zac sendiri terkenal sebagai Duke yang dingin dan keras, walau ia tahu sifat asli Zac tidak selalu dingin bila menyangkut orang yang disayanginya. Juga tidak begitu keras bila kesalahan yang dilakukan oleh siapapun itu tidak terlalu fatal.
"Jangan memikirkan hal yang tidak perlu, Duchess. Sambut tanganku dan pulanglah bersamaku." Rayu Zac pelan.
"Aku bukan Duchess yang kau maksud, kau salah orang." Sanggah Victoria.
Terlihat jelas Zac mengeraskan rahangnya, seakan menahan amarah yang mulai membakarnya.
"Bagaimana bila kita cari tahu kau benar istriku atau tidak," ujar Zac dingin.
"Bagaimana?" Victoria bertanya tanya apa yang akan dilakukan Zac.
"Mudah sekali," gantung Zac.
Pria itu melangkah mendekat ke arahnya, Zac menyentuh kedua pundak Victoria. Langsung saja tubuh Victoria tegang seketika, yang di takutkannya terjadi. Jantungnya berdetak kencang, ia bahkan takut Zac mampu mendengar detakannya. Victoria menatap mata Zac yang juga menatap tajam dirinya. Tangan Zac masuk ke dalan surai lembut Victoria. Tangan Zac menarik kepala Victoria mendekat kearahnya.
"Apa yang kau coba humps . . ."
Suara Victoria menghilang ditelan lumatan bibir Zac. Bibir Zac meraup bibirnya seakan telah lama tak bertemu, suara seperti orang tercekik keluar dari tenggorokan Victoria. Victoria merasa dirinya lemas dan meleleh, bibir itu adalah bibir yang dirindukannya. Bibir yang menghantui malam malamnya, membuatnya tak bisa tidur.
"Rasamu bahkan masih tetap sama," gumam Zac pelan menatap mata Victoria. "Seperti anggur, sangat memabukkan."
Dengan gerakan cepat di angkatnya tubuh Victoria ke atas bahunya seperti karung beras,Victoria masih dalam mode syok hingga tidak menyadari dirinya sudah di angkut dan telah berpindah tempat.
Ketika sadar ia sudah berada di depan rumah besar milik Zac, Victoria mengingat kembali pernikahannya. Saat ia berada di dalam rumah ini sebagai pengantin Zac. Pengantin palsu. tidak seharusnya ia berada di tempat yang bukan tempat seharusnya ia berada. Victoria memejamkan mata dan menatap kamar pribadi milik Zac di depannya saat ini.
"Apa kau mengingatnya, sayang?" Bisik Zac di telinganya. "Apa kau ingat malam pengantin yang kita habiskan di ranjang itu. Kau berada di bawah ku, menyentuh tubuhku dengan tangan mungilmu itu. Kau mendesahkan namaku saat aku menyentuh seluruh tubuhmu. Desahan napasmu seperti melodi indah di telingaku. Tubuhmu yang sangat responsif karena jemariku . . . Juga saat kau menyeritkan namaku saat kau meledak bersamaku." Bisik Zac parau.
"Tapi bukan namaku yang kau sebutkan saat kau meledak dalam kenikmatan, Z-a-c!"
Tubuh Zac menegang.
Tbc
Dinda tidak menyangka respons dari cerita gak jelas ini sungguh luar biasa, padahal cerita ini masih bentuk corat coret gak jelas saat di up. Gak tahunya banyak yang suka, Dinda sungguh bersyukur. Moga reader semua tetap suka meski cerita ini dalam masa sedikit kekinian bukan dalam masa lampau. Tetap kasih semangat buat Dinda dengan cara tekan bintang dan kasih masukan dalam bentuk komentar yang mendukung. Terima kasih banyak.
hug and kiss from Dinda . . .
KAMU SEDANG MEMBACA
WEDDING SCANDAL (Tersedia Versi Cetak)
Historical FictionZac muntaich, Duke of Wesley merasa telah menikah dengan wanita yang dicintainya, tapi siapa sangka wanita yang dinikahinya bukanlah pengantinnya. Lady Victoria sanggup melakukan apapun asalkan kakaknya bahagia, meskipun dengan menculik pengantin ya...