Calum's
××
Setelah duduk-duduk santai di ayunan, gue dan Audrey pun melanjutkan perjalanan. Namun sebelum itu, gue sempat membeli beberapa makanan ringan untuk bekal karena sejak masuk ke bonbin tadi, rasanya hambar sekali tidak ada camilan.
Gue menggandeng tangan Audrey yang sedikit berkeringat. Di sini memang sangat panas, gak sia-sia gue membeli topi.
"Cal, gue pingin masuk situ," kata Audrey, menunjuk sebuah papan bertuliskan 'Giant Aquarium'.
"Mau?" Audrey mengangguk antusias. Gue pun menariknya masuk ke dalam akuarium raksasa yang tidak terlalu besar.
Saat masuk ke dalam, kami disuguhi akuarium-akuarium kecil berbentuk silinder yang di dalamnya berisi ikan hias warna-warni. Gue pun mengambil handphone dan mulai memfotonya. Sayang kan, travelling bareng Audrey gak diabadikan dalam sebuah foto.
"Gilak, gede banget, Cal!"
Gue menoleh ke arah Audrey yang sedang memerhatikan sebuah kolam ikan. Gue pun mendekatinya dan ikut melihat isi kolam ikan tersebut. Iya, benar. Kolam ikan ini hanya terdapat satu ikan yang sangat besar, kira-kira besarnya sama dengan tubuh gue.
"Lo kalo nyebur kesitu pasti langsung sekali hap sama dia, Drey," kata gue sambil memfoto ikan besar itu.
Audrey menonyor kepala gue. "Serem anjir!"
"Ya Allah, Drey, kira-kira dong hp gue hampir nyemplung!" Jantung gue berdegup kencang karena tonyoran dari Audrey hampir membuat handphone gue nyemplung.
"Kalo nyemplung ya ambil aja," katanya cuek sambil berlalu.
"Mending nyemplung deh terus beli lagi, daripada gue jadi santapan tuh ikan." Gue mengikuti langkah Audrey, "ntar kalo gue mati dijamin pasti lo nangis bombay 7 turunan."
Gue yakin pasti muka Audrey merah banget. Tapi karena pencahayaan di ruangan ini minim banget, gue gak bisa lihat dengan jelas muka dia. Gelap. Bawaannya pingin ngajak ena ngh.
"Cal, kita masuk yang mana dulu nih?" tanya Audrey saat mendapati 2 pintu masuk menuju akuarium raksasa.
"Menurut gue bebas deh, kalo kita masuk pintu sini, ntar keluar lewat pintu sana. Kalo kita masuk pintuk sana, ntar keluar lewat― eh cabe! Jangan main tinggal!" Gue berlari menyusul Audrey yang sudah masuk ke pintu yang berada di depan kami.
"Woah! Look at that sharks!"
"Halah, masih anak, kecil banget itumah."
Audrey menatap gue sinis. "Shut the fuck up, Hood."
"Language, Shavreena. Eh, kok lo gak punya nama tengah sih?" tanya gue iseng.
"Biar gak ribet. Mending gak punya nama tengah, daripada punya nama tengah dan ujung-ujungnya kek nama lo, Thomas."
Gue hanya memutar bola mata malas. Kemudian gue membalikkan badan Audrey dan memposisikannya tepat di samping kaca akuarium.
"Say cheese!"
"Thomas!"
ckrek.
Bangsul. Hasil fotonya dia jadi mangap begini karena nyebut nama tengah gue.
"Ih lucu banget gue mangap-mangap gitu," pujinya pada diri sendiri saat melihat hasil fotonya.
"Lucu nenek lo nungging."
"Astaghfirullah, Calum, nenek udah meninggal! Ntar malem digentayangin mampus!" Audrey menunjuk-nunjuk gue.
"Eh, enggak, enggak, cuma bercanda kok jangan dianggap serius hehehe." Jujur gue takut sih. Karena neneknya Audrey tuh dulu galak banget suka jewer telinga gue kalau nakal.
"Yaudah, diem. Akuilah kalo gue imyut." Audrey menusuk-nusuk kedua pipinya.
Gue tersenyum kemudian mencubit kedua pipi tembamnya. "Iya, lo imut banget. Punya gue seorang."
Senyum Audrey memudar kemudian dia melepaskan tangan gue.
"You have Jessie."
"Elah, Drey, baperan banget janur kuning aja belum melengkung," celetuk gue kemudian merangkulnya dan membawanya kembali berjalan.
Maaf ya, Drey, ngebaperin lo mulu. Soalnya lo lucu banget kalo lagi malu.
"Ada berapa banyak sih, cewek yang digituin sama lo?" tanyanya.
"Gituin gimana? Enaena?"
Audrey menabok lengan gue yang berada di bahunya. "Bukan itu ih mesum."
"Terus apa?"
"Ya itu. Ih, lo mah!"
"Iya itu apa sih?"
"Ya, yang lo lakuin ke gue tadi."
"Emang yang gue lakuin ke elo gimana sih?" Asli, muka Audrey saat ini ngegemesin banget!
"Ck! Au ah dark."
"Ciyeee, ngambek." Gue menoel dagu Audrey yang segera ditepisnya.
"Drey?"
"Hm."
"Jangan cuek dong."
"Ya."
"Audrey...," Gue melendotkan kepala ke bahunya.
"Ih, Calum, apaan sih," rontanya berusaha menjauhkan kepala gue. Namun apa daya, tenaga gue lebih besar daripada tenaga Audrey yang gak ada apa-apanya. Gue tindihin langsung kicep lo.
Gue dan Audrey memasuki akuarium yang lebih besar dari sebelumnya. Audrey langsung tersenyum dan menatap penuh minat ikan-ikan raksasa yang ada di hadapannya. Kedua tangannya menyentuh kaca akuarium.
"Looks creepy," katanya lirih. "Tapi gue suka."
Gue dan Audrey melihat ikan-ikan di dalam akuarium dalam diam. Suasana menjadi agak canggung, dan gue gak suka itu.
"Kalo misal tiba-tiba kacanya pecah gimana ya, Cal?" tanya Audrey, kedua matanya masih setia menatap ikan-ikan.
Gue terkekeh, "Gak mungkin lah, Drey."
"Ck, kan kalo misal."
Baru saja gue ingin bersuara lagi, tiba-tiba handphone milik Audrey berdering. Dia merogoh kantung celana pendeknya kemudian terdiam saat melihat caller id.
Dari sini gue bisa melihatnya juga.
Dari Michael.
Audrey nampak bimbang antara menjawabnya atau tidak.
"Angkat aja, Drey."
Audrey menatap gue.
"Tapi kalo dia nanyain masalah seminggu lalu gimana? Gue belom siap."
Gue juga belum siap, Drey, kalau lo kasih jawaban ke Michael. Dengan satu tarikan napas, gue berkata, "Angkat aja Drey, gak apa-apa."
Audrey pun berjalan menjauhi gue, mencari privasi untuknya menjawab panggilan dari Michael. Sementara dari sini gue bisa melihat bagaimana gugupnya Audrey saat memainkan ujung kemeja kotak-kotaknya, bagaimana saat dia menyentuh tengkuknya, bagaimana dia menggigit kukunya.
Gue yakin, pasti Michael menelfon Audrey untuk menuntut jawaban. Terlihat dari betapa nervous-nya Audrey.
Gue mengalihkan pandangan dari Audrey ke akuarium. Kemudian gue mengambil headphone dan memutar sebuah lagu, agar gue gak bisa dengar jawaban dari mulut Audrey untuk Michael.
Can't deny that I want you but I'll lie if I have to.
××
sini hujan mbeb, di kalian gimana ?
KAMU SEDANG MEMBACA
7 days driver • cth ✓
Fiksi Penggemar🌿 [ft. Calum Hood] ❝Tentang Audrey yang jadi supir tujuh harinya Calum.❞ ________ ©yhahood 2017