M&M -16

37 11 17
                                    

"Kalo misalnya emang cinta, perjuangin lah, jangan diem aja kayak ayam sayur gini," -Sello

{***}

4 tahun sebelumnya.

Sore ini Monic sedang duduk diam di balkon kamarnya. Angin sore ini cukup sejuk, dan itu membuat Monic betah untuk berlama-lama dibalkon.

Padahal Monic hanya diam dan menatap atap-atap rumah tetangga dengan pandangan kosong.

Monic sudah kehilangan moodnya sejak kejadian Jim lebih memilih Riri daripada Monic. Bukan apa, hanya saja Monic kesal dan juga marah disaat yang bersamaan.

Bagaimana tidak? Riri memutar balikkan fakta, padahal Monic tidak menyentuh Riri barang sesenti pun. Riri yang menampar Monic. Riri juga yang menyuruh Monic menjauhi Jim.

Hidup ini emang gak adil, ya. Lo punya muka cakep aja gak cukup, pikir Monic.

Bahkan, Monic tidak menyentuh ponselnya sama sekali. Menurut Monic, buat apa juga, Jim juga tidak akan meminta maaf padanya. Lebih baik Monic melakukan sesuatu yang -sedikit- bermanfaat.

Contohnya; melamun di balkon kamarnya.

Kriet.

"Cih, masih ngegalauin Jim? Gak guna, Mon. Mending sini yuk makan, gue udah bawain mi sapi lada hitam kesukaan lo," tukas Sella sambil memperlihatkan bawaannya pada Monic.

Monic hanya melirik sebentar dan kembali menatap atap-atap rumah tetangganya. Sella menghela napas panjang. Sella duduk di bangku yang berada dibalkon tersebut.

"Mon, kalo misalnya emang cinta, cobalah lo kejar. Gue gak suka ngeliat lo yang rapuh gini, gue lebih suka ngeliat lo yang kayak biasanya," saran Sella. Monic menatap Sella dalam.

"Tapi, Sel-"

"Cinta itu emang harus dikejar, Mon. Emangnya lo mengharapkan apa sekarang? Jim yang harus perjuangin lo terus? Terus si Theo apa kabar? Dia aja yang udah perjuangin lo dari SMP gak pernah lo tanggepin," potong Sella yang membuat Monic terdiam.

"Setidaknya kalo lo gak berhasil, lo udah berusaha semampu lo, Mon," tambah Sella sembari menepuk pundak kiri Monic dua kali dan segera pergi dari sana. Sella juga meninggalkan makanan yang ia bawa.

Monic melirik makanan tersebut dan menghela napas, "Gue harus berjuang kayak apa? Kayak kantong kresek? Kantong kresek berjuang menahan suhu panas dan dingin minuman atau makanan, tapi gue gak sekuat itu. Gue juga rapuh."

Terserahlah, gue ikutin rencana Tuhan aja kedepannya gimana.

{***}

Kembali ke masa sekarang.

Hari ini hari Jumat dan Monic membolos kuliah. Kedua orang tua Monic sedang ada bisnis di London dan Sello sedang ada urusan dengan temannya.

Alhasil Monic sendirian dirumah.

Yang Monic lakukan hanyalah menonton serial televisi yang menurut Monic sangatlah aneh, memakan camilan yang ia ambil dari kamar Sello, dan tiduran tidak jelas di sofa.

Monic memang masih sedikit terganggu dengan ucapan Theo kemarin. Rasanya Monic ingin sekali mengubur Theo dalam-dalam di tanah tandus.

"Ngapain ya? Telfon Sella? Eh, dia 'kan lagi ada kelas sekarang. Nando? Oh iya, udah mantanan ya. Dello? Dih, ngapain gue telfon dia, kurang kerjaan banget," gumam Monic yang sedang memperhatikan langit-langit rumahnya.

Monic & Memories✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang