BAGIAN 16 : PEMBUNUH!

1.3K 74 3
                                    

Kesalahpahaman adalah jalan menuju kesesatan. Jika tidak diluruskan, maka selamanya akan tersesat tanpa tahu arah tujuan yang sebenarnya.

"Pagi bunda." Thalia menyapa bunda yang sedang menghidangkan makanan di atas meja makan. Ia kemudian duduk di atas kursi yang dulu memang tempatnya duduk, berhadapan langsung dengan kursi yang diduduki oleh sang bunda. Setelah kejadian di rumah sakit kemarin, bunda menyuruh Thalia untuk pulang ke rumah mereka dan Thalia langsung menganggukkan kepalanya mantap. Maka merekapun saling berpelukan dan menyalurkan kehangatan serta kerinduan yang mereka pendam selama ini.

Thalia sudah berpakaian rapi, bahkan sangat rapi sampai bundanyapun heran dengan perubahan Thalia. Ia mengikat rambutnya menyerupai ekor kuda dengan sangat rapi tidak seperti biasanya yang selalu menggerai rambutnya, dasi yang biasanya tidak ia pakai sekarang dia memakainya, juga sepatu dan kaos kakinya berwarna sesuai dengan ketentuan sekolah. Tas yang biasanya terlihat sangat ringan dan kosong, kini terlihat berisi.

"Bunda seneng kamu kembali lagi jadi Lia yang bunda kenal dulu."

"Lia juga seneng bisa kayak dulu lagi." Thalia melemparkan senyum manis pada bundanya, bunda membalasnya dengan senyum haru.

"Gimana keadaan ayah?" Tanya Thalia kemudian, dia memang belum berani menampakkan batang hidungnya di depan sang ayah.

"Udah sadar. Dia juga nanyain kamu. Kamu tengok ayah nanti, ya?"

Thalia menggeleng lesu. "Aku takut."

Bunda duduk di kursi yang berada tepat di samping Thalia, lalu tangannya terulur untuk mengusap kepala putrinya yang tertunduk lesu.

"Takut kenapa sayang? Hm?"

"Lia takut ayah benci Lia, Lia kan gak pulang udah hampir 1 bulan. Gimana kalau nanti ayah nampar aku lagi? Lia takut." Lirih Thalia membuat sang bunda terhenyak dan menyadari kesalahannya bersama suaminya. Seharusnya ia tidak terlalu kasar dan keras pada Thalia.

"Yaudah. Nanti bunda ngomong ke ayah buat gak marahin Lia, ya? Tapi Lia juga gak boleh ngilang atau kabur – kaburan kayak gitu lagi, ayah kalap nyariin kamu tau. Dia sekhawatir itu."

Thalia tersenyum, setidaknya ketakutan itu kini sudah sedikit mereda. "Sarapan dulu nak, nanti kamu terlambat ke sekolah."

Baru saja bunda Thalia hendak duduk di kursinya, suara bel rumahnya mengintrupsi kegiatan keduanya. Bunda lalu berjalan menuju pintu dan membukakannya. Kedua alisnya berkerut saat mendapati seorang cowok dengan seragam yang sama dengan seragam yang dipakai Thalia, berdiri di hadapannya dengan senyum kikuk di wajahnya. Tapi, walaupun cowok itu tersenyum, bunda Thalia menangkap aura dingin dan cuek dalam diri cowok itu, persis seperti aura yang dikeluarkan oleh ayah Thalia.

"Nyari siapa?" Tanyanya kemudian.

"Thalia tante. Thalianya belum berangkat, kan?" Ucap cowok itu sesopan mungkin.

Bunda Thalia melipat kedua tangannya di depan dada, ia menatap cowok itu dari atas hingga bawah. Penampilannya memang keren, tampan pula, namun bunda Thalia harus ekstra berhati-hati.

"Kamu siapanya Tha-"

"Siapa bun? Oh, hai Axal. Ayo masuk dulu."

Thalia menarik tangan Axal agar mengikuti langkahnya. Axal sendiri terkesiap melihat penampilan Thalia yang sangat berbeda 180 derajat! Mereka kemudian duduk di kursi yang bersebelahan. Setelah duduk, Thalia mengoleskan selai blueberry kesukaan Axal pada roti panggang buatan bundanya.

"Makan dulu." Ucap Thalia menyuruh Axal makan. Bunda duduk di depan Thalia, namun tatapannya terarah pada Axal yang kelihatan tidak nyaman ditatap begitu oleh bundanya Thalia.

So Far Away ✔✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang